Babak Akhir Operasi Camar Maleo

Tidak ada perbedaan yang mencolok dalam operasi lanjutan kali ini. Karena, target utama masih sama yakni, menangkap Santoso.

oleh Dio Pratama diperbarui 13 Jan 2016, 04:00 WIB
Diterbitkan 13 Jan 2016, 04:00 WIB
Babak Akhir Operasi Camar Maleo
Tidak ada perbedaan yang mencolok dalam operasi lanjutan kali ini. Karena, target utama masih sama yakni, menangkap Santoso.

Liputan6.com, Poso - Operasi pengejaran dan penangkapan terhadap kelompok sipil bersenjata Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso di Poso kembali dimulai.

Sebelumnya operasi ini bersandi  'Camar Maleo', kini berubah menjadi Operasi Mandiri Kewilayahan (OMK) yang memiliki tujuan sama dengan operasi sebelumnya.

"Yang membedakan dengan operasi Camar Maleo adalah dulu melibatkan personel BKO dari Mabes Polri. Kali ini, operasinya hanya melibatkan anggota Polri di bawah jajaran Polda," ujar Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah, Brigadir Jendral Idham Aziz di Palu, Selasa (12/1/2015).

Dia menyebutkan, OMK mulai diberlakukan pascaoperasi Camar Maleo IV berakhir 9 Januari 2016. Dimana semua pasukan yang dikirim dari mabes ke Poso sudah ditarik.

"Hari ini personel dari internal Polda juga sudah diberangkatkan ke Poso untuk melanjutkan operasi pengejaran," jelas Idham.

Tidak ada perbedaan yang mencolok dalam operasi lanjutan kali ini. Karena, target utama masih sama yakni, menangkap hidup atau mati kelompok Santoso.

"Yang berbeda mungkin hanya pemetaan medan dalam operasinya saja. Karena dulu pemetaannya pasti tidak sama dengan pemetaan dalam operasi lanjutan ini," tandas Idham tanpa bisa merinci jumlah personel yang diterjunkan dalam OMK.

Sebelumnya, operasi Camar Maleo yang telah digelar secara gabungan oleh Mabes Polri dan TNI, berhasil menangkap sejumlah anak buah Santoso. Bahkan beberapa di antaranya, sudah ditemukan tidak bernyawa.

Selain itu, tim gabungan dalam operasi itu juga mengamankan sejumlah barang bukti yang digunakan kelompok Santoso. Di antaranya senjata api, bom, dan serangkaian peralatan teror lainnya.

Hingga kini, kelompok tersebut masih bersembunyi di hutan pegunungan Poso. Berdasarkan data intelejen Polri, kekuatan kelompok itu masih tersisa 30-an orang termasuk di dalamnya Santoso beberapa warga negara asing, dan tiga orang wanita.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya