Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita menemukan orang yang rajin sholat lima waktu, tetapi enggan menjalankan ibadah puasa. Hal ini tentu menjadi dilema bagi banyak orang, apakah harus menegur, menasihati, atau bahkan membiarkan begitu saja.
Sebagian orang mungkin langsung memberikan label negatif kepada mereka yang meninggalkan puasa, padahal dalam Islam, cara menasihati seseorang harus dilakukan dengan hikmah dan kelembutan.
Ada juga yang berpikir bahwa sholat dan puasa adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisahkan, sehingga ketika seseorang masih sholat tetapi tidak puasa, mereka dianggap tidak sempurna dalam beribadah.
Advertisement
Pendakwah yang kharismatik asal Cirebon, KH Yahya Zainul Ma’arif atau yang lebih dikenal dengan Buya Yahya, memberikan pandangan bijak mengenai fenomena ini dalam salah satu kajiannya.
Dalam sebuah video yang dirangkum dari kanal YouTube @buyayahyaofficial, Buya Yahya menegaskan bahwa tidak ada manusia yang sempurna dalam beribadah.
"Tidak ada orang yang sempurna dalam ibadah. Ada yang sholat lima waktu tetapi tidak puasa. Masih lumayan, alhamdulillah masih sholat lima waktu," ujar Buya Yahya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Rajin Sholat tapi Belum Mau Puasa, Begini Saja
Menurutnya, jika seseorang masih melaksanakan sholat tetapi belum mampu menjalankan ibadah puasa, maka itu bukan alasan untuk mencela atau meremehkan. Sebaliknya, itu adalah tanda bahwa masih ada harapan untuknya.
Orang yang masih menjaga sholat memiliki potensi untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Dari kebiasaannya melaksanakan sholat, bisa saja di masa depan dia akan tergerak untuk melengkapi ibadah lainnya, termasuk puasa.
"Yang repot itu kalau sudah tidak sholat dan tidak puasa. Maka kalau ada yang masih sholat tapi tidak puasa, jangan langsung dihakimi, tetapi doakan agar dia mendapat hidayah untuk menyempurnakan ibadahnya," jelasnya.
Sholat memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam Islam. Bahkan, meninggalkan satu waktu sholat dengan sengaja sudah menjadi dosa besar di hadapan Allah.
"Kalau ada orang seperti itu, jangan langsung kita caci. Jangan sampai dia malah meninggalkan sholat juga. Itu lebih berbahaya di hadapan Allah," kata Buya Yahya.
Ia mengingatkan bahwa meninggalkan satu sholat saja bisa menjadi sebab seseorang mendapat azab yang besar di akhirat. Oleh karena itu, yang sebaiknya dilakukan adalah mendukungnya agar tetap menjalankan sholat.
Apakah kita rela jika saudara kita terjerumus ke dalam neraka hanya karena kesalahan dalam beribadah? Ini menjadi pertanyaan mendalam yang harus direnungkan sebelum memberikan penilaian kepada orang lain.
Advertisement
Begini Sikap yang Bisa Diambil
Buya Yahya menyarankan agar sikap yang sebaiknya diambil dalam menghadapi orang yang sholat tetapi tidak puasa adalah dengan mendoakan, bukan mencela.
Sebagai sesama Muslim, kewajiban kita bukanlah menghakimi, tetapi mengajak kepada kebaikan dengan cara yang baik.
"Alhamdulillah, masih ada kebaikan yang dilakukan. Kita doakan agar dia semakin sempurna dalam beribadah," tambahnya.
Menghadapi seseorang yang belum sempurna dalam menjalankan ibadah memerlukan kebijaksanaan. Jika didekati dengan cara yang kasar, dikhawatirkan dia justru akan semakin menjauh dari ajaran Islam.
Sebaliknya, jika kita menunjukkan kasih sayang dan perhatian, hati mereka bisa lebih terbuka untuk menerima kebaikan.
Selain itu, penting untuk memberikan pemahaman secara perlahan mengenai keutamaan puasa, tanpa harus menghakimi atau memaksa.
Rasulullah sendiri telah mencontohkan bagaimana cara menyampaikan kebaikan dengan penuh kelembutan, sehingga orang-orang yang tadinya jauh dari agama menjadi lebih taat.
Buya Yahya juga mengingatkan bahwa seseorang bisa saja memiliki kekurangan dalam satu ibadah, tetapi memiliki kelebihan dalam ibadah lainnya.
Tugas kita adalah membantu sesama agar terus berkembang dalam ibadah, bukan menjatuhkan dengan kritik yang menyakitkan.
Setiap Muslim memiliki perjalanan spiritualnya masing-masing. Ada yang langsung bisa menjalankan semua ibadah dengan sempurna, ada pula yang butuh proses.
Dengan pendekatan yang tepat, insyaAllah orang yang belum sempurna dalam beribadah akan semakin dekat dengan Allah dan mampu menjalankan ibadah secara penuh.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
