Diduga Stres Makan Daging Babi, Harimau Mati di Bengkulu

Elsa si harimau biasanya diberi ayam, namun belakangan diganti jadi daging babi.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 28 Jan 2016, 19:59 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2016, 19:59 WIB
20160128-Harimau Bengkulu
Bangkai Elsa, Harimau Sumatra yang ditemukan tewas di dalam kandang di Taman Wisata Alam Seblat Bengkulu. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo Putra)

Liputan6.com, Bengkulu - Penyebab kematian Elsa, seekor harimau Sumatra (Panthera tigris Sumatrae), yang ditemukan mati di dalam kandang di Taman Wisata Alam (TWA) Seblat Bengkulu Utara terkuak. Elsa mati pada Minggu dinihari, 24 Januari lalu.

Tim dokter menduga Elsa mati karena stres setelah mengkonsumsi daging babi yang diberikan oleh petugas Balai Konservasi Sumbar Daya Alam (BKSDA) Bengkulu. Hasil autopsi tim dokter menunjukkan pada organ hati harimau yang diamankan dari Hutan Buru Semidang Bukit Kabu, Kabupaten Seluma, itu sudah menguning.

"Saat diotopsi ada penimbunan lemak dan hatinya sudah menguning," ujar Kepala BKSDA wilayah Bengkulu Anggoro Dwi Sujiarto, di Bengkulu, Kamis (28/01/2016).

Kondisi itu dipicu perubahan jenis makanan yang diasup Elsa, dari daging ayam sebanyak 4 kilogram per hari berganti daging babi pagi dan sore. Melihat kondisi yang melemah, pihak BKSDA kembali memberikan asupan daging ayam, tetapi terlambat, kondisi kesehatan Elsa sudah menurun drastis.  


Pantauan tim di lapangan menemukan pola gerakan atau perilaku Elsa dalam seminggu terakhir memang menurun. Elsa yang biasanya lincah bergerak di dalam kandang berukuran 5x5 meter itu lebih banyak tertidur.

Saat uji coba adaptasi di alam liar, jalannya terlihat terhuyung huyung dan sesekali terduduk di tanah. Secara psikologi, Elsa juga dipantau sangat tidak siap untuk dilepas liar di kawasan seluas 7.737 hektare yang dikuasai BKSDA Bengkulu sebagai Taman Wisata Alam Seblat.

Untuk memastikan penyebab kematian Elsa, hasil autopsi terhadap organ dalam Elsa yang dilakukan tim dokter hewan itu dikirim ke laboratorium milik Universitas Airlangga dan Institut Pertanian Bogor.

"Sesuai protap, organ tubuhnya kami kirim untuk diteliti lebih cermat di Airlangga dan IPB," ucap Anggoro.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya