Liputan6.com, Semarang - Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Semarang Widoyono menyebut wilayahnya sebagai daerah endemis Demam Berdarah Dengue (DBD). Saat ini tercatat 104 pasien suspect DBD dirawat di rumah sakit di Semarang.
Tetapi, tidak menutup kemungkinan di antara pasien itu terjangkit virus Zika. Itu karena vektor pembawa kedua virus itu sama, yaitu nyamuk Aedes Aegypti.
"Saat ini ada 104 pasien suspect DBD di kota Semarang. Apakah ada yang terkandung virus Zika? Entahlah," kata Widoyono, Rabu 3 Februari 2016.
Dinkes Kota Semarang sudah meminta 37 puskemas dan 26 rumah sakit waspada. Fasilitas kesehatan tersebut harus ekstra waspada karena ciri-ciri penyakit yang mirip DBD dan Chikungunya.
"Tapi, menentukan itu Zika atau tidak itu yang susah karena yang tahu hanya laboratorium di Jakarta," kata Widoyono.
Baca Juga
Ia kini tengah berkomunikasi dengan Dinkes Provinsi Jateng membahas perlu tidaknya mengirim contoh para penderita suspect DBD atau Chikungunya yang mirip pasien Zika ke laboratorium di Jakarta atau tidak.
Di sisi lain, RSUD Kota Semarang menyatakan siap menangani pasien Zika. Utamanya saat ini yang populasi nyamuk Aedes Aegypti sangat tinggi, ditandai dengan tingginya penderita DBD.
Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD kota Semarang Sutrisno mengatakan, pihaknya belum mendapatkan protokoler atau petunjuk teknis, mulai dari pengertian Zika hingga teknis penanganannya. Namun sebagai lembaga kesehatan, RSUD harus selalu siap menerima pasien apapun penyakitnya.
"Kita punya laboratorium yang canggih. Namun bagaimana membaca Zika, apa yang perlu dianalisa, diperiksa semua belum kita ketahui. Namun, prinsipnya kita siap," kata Sutrisno.
Sutrisno menyebut tak ada persiapan khusus, misalnya ruangan atau tenaga medis khusus karena memang belum ada petunjuk teknis penanganan Zika dari Kementerian Kesehatan.