Hari Sampah, Gunungan Plastik hingga Diet Kantong Kresek

Gunungan ini merefleksikan Indonesia darurat sampah plastik.

oleh Eka HakimDian KurniawanFajar AbroriYanuar H diperbarui 21 Feb 2016, 18:02 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2016, 18:02 WIB
Hari Peduli Sampah Nasional
Gunungan Sekaten terbuat dari sampah plastik merefleksikan Indonesia darurat sampah plastik. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Dalam rangka peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Pawitra Universitas PGRI Adi Buana Surabaya memamerkan Gunung Sekaten yang terbuat dari sampah plastik. Gunungan ini merefleksikan Indonesia darurat sampah plastik.

Ketua Umum (Ketum) Mapala Pawitra, Romadhon Arif Firmansyah mengatakan, puluhan anggota Mapala Pawitra ingin mengajak dan menyadarkan masyarakat Kota Surabaya tentang bahaya sampah plastik dan styrofoam.

"Kita membuat gunungan sampah di mana gunungan sampah ini seolah-olah adalah Gunungan Sekaten, tapi di sini kali ini kita membuatnya dengan sampah plastik," ucap mahasiswa semester akhir yang akrab disapa Bojes saat berbincang dengan Liputan6.com di area Taman Bungkul, Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu (21/2/2016).

Tujuan mereka yang kedua adalah mendukung program pemerintah tentang kantong plastik berbayar yang ada di seluruh Indonesia.

"Untuk mengurangi sampah plastik berbayar, kita membagikan 250 goody bag atau tas daur ulang atau tas kain yang bisa dimanfaatkan beberapa kali," imbuh Bojes.

Adapun tujuan terakhir kegiatan Mapala tersebut adalah mendukung Indonesia bebas sampah plastik tahun 2020. "Dan pada acara ini kami juga memamerkan beberapa foto sampah yang ada di Kota Surabaya," tutup Bojes.

Semangat Nenek Zaenab

Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 2016 dihelat secara serentak di seluruh kota besar di Indonesia pada Minggu (21/2/2016). Tak terkecuali Kota Makassar, Sulawesi Selatan yang sejak awal di bawah kepemimpinan Wali Kota Moh Romdhan Pomanto menyatakan perang terhadap sampah.

Pemerintah Kota Makassar pun menginstruksikan setiap aparat kecamatan dan kelurahan mengajak partisipasi warga untuk serentak mengikuti kerja bakti massal sekaligus mengejar penghargaan Museum Rekor-Dunia Indonesia (Muri).

Dalam rangka merayakan Hari Peduli Sampah Nasional, seorang nenek di Makassar, mengumpulkan sampah yang berceceran di jalan. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Berdasarkan pantauan Liputan6.com di Kecamatan Rappocini, Makassar, peringatan Hari Peduli Sampah Nasional tak hanya melibatkan peran kaum muda saja. Namun, ada seorang nenek yang terbilang sudah lanjut usia dengan semangatnya mengumpulkan sampah yang berceceran di jalan. Ia kemudian memasukkannya ke sebuah karung. Dia adalah nenek Hajah Zaenab Daeng Inji.

Dengan gesit ia ingin menunjukkan semangatnya dalam berpartisipasi memperingati Hari Peduli Sampah Nasional. Meski sudah berusia lanjut, ia tetap aktif dalam komunitas ibu-ibu Malebbi RW 6, Kelurahan Bonto Makkio, Kecamatan Rappocini, Makassar.

"Bersih bersih itu bagian daripada iman, kita ingin hidup sehat sehingga wajib hukumnya kita paling tidak mulai bersih bersih dari lingkungan kita dulu. Sejak awal memang saya juga agak risih ketika melihat sampah di mana-mana apalagi yang dekat dari lingkungan rumah," ujar Zaenab.

Diakui Zaenab, sekalipun bukan dalam rangka Hari Peduli sampah, menjaga kebersihan lingkungan dari sampah itu wajib dilakukan dan dilestarikan. Sebab, kebersihan dapat terjaga dari dorongan dalam diri masing masing orang, bukan karena disuruh atau ada waktu waktu tertentu.

"Apalagi tinggal di kota besar, tentu produksi sampah meningkat sehingga jika kita tidak memperhatikan kebersihan maka jangan harap dapat hidup sehat," papar Zaenab.

'Diet' Kantong Kresek

Pemerintah Kota Solo, Jawa Tengah, turut berpartisipasi pada Hari Peduli Sampah Nasional dengan menggelar sosialisasi 'diet' atau pengurangan sampah kantong plastik (kresek). Warga diajak untuk menggunakan tas yang bisa digunakan secara berulang-ulang saat berbelanja.

Kampanye 'diet' sampah plastik kresek dipusatkan di Solo Car Free Day, tepatnya di kawasan Ngarsopuro, Minggu (21/2/2016). Acara tersebut dilakukan dengan menggelar simulasi penggunaan tas pengganti tas kresek, seperti tas rajut, tas kain dan tas lainnya yang memiliki kualitas lebih bagus dibandingkan tas kantong kresek.

Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional dengan membagikan tas ramah lingkungan. (Liputan6.com/Reza Kuncoro)

Selain sosialisasi, Pemkot Solo juga membagikan beraneka ragam sayuran secara gratis yang dibungkus dengan tas ramah lingkungan. Tak ayal, aksi tersebut menyebabkan warga antusias untuk ikut memperebutkan bingkisan tas berisi sayuran.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Solo, Widdi Srihanto mengatakan, kampanye pengurangan sampah plastik, terutama tas kresek di Solo dilakukan karena Kota Bengawan ini menjadi salah satu dari 23 kota/kabupaten di Indonesia yang ditunjuk menerapkan uji coba pembatasan penggunaan tas plastik. Terutama di pusat perbelanjaan modern dan tradisional.

"Pagi ini merupakan launching program pengurangan penggunaan belanja tanpa plastik, khususnya untuk tas kresek. Oleh sebab itu, kita melakukan sosialisasi ini secara terus-menerus ke depannya," kata Widdi di sela kampanye pengurangan sampah plastik.

Dia mengungkapkan, sampah plastik kresek merupakan limbah yang tidak bisa diuraikan, sehingga mengancam kerusakan lingkungan. Padahal di Solo jumlah sampah plastik mencapai 20 persen dari jumlah total sampah yang mencapai 260 ton per hari.

"Dari jumlah 20 persen itu sekitarnya setengahnya merupakan sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang. Sedangkan sisanya itu masih bisa dipungut lagi untuk didaur ulang," papar Widdi.

Lantaran dampak limbah plastik mengancam lingkungan, BLH Solo pun akan terus melakukan sosialisasi dan kampanye 'diet' sampah plastik kepada warga, baik di pasar modern maupun tradisional. Diharapkan pada tahun 2021 nanti jumlah sampah plastik berangsur-angsur berkurang.

"Target sosialisasi sampah seperti yang ditargetkan pihak Kementerian Lingkungan Hidup hingga tahun 2021. Pada tahun tersebut diharapkan sudah tanpa sampah plastik. Kita usahakan ke arah sana tujuannya," Widdi memungkasi.

Kantong Plastik Berbayar

Sementara itu ada yang berbeda saat membeli di minimarket Alfamart di Yogyakarta. Pembeli mulai dikenakan biaya dalam penggunaan kantong plastik. Bagi pembeli dikenakan biaya Rp 200 per kantong plastik.

Arini salah satu karyawan Alfamart di Jalan Wates mengatakan jika mulai hari ini minimarket tersebut menerapkan biaya kantong plastik bagi pembeli. Hal ini sebagai bentuk komitmen pemilik usaha, untuk melakukan gerakan bersama mengurangi penggunaan kantong plastik.

Pemberian biaya ini juga bagian dari respons Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) yang melakukan uji coba penerapan aturan penggunaan kantong plastik mulai 21 Februari hingga Juni 2016.

"Mulai hari ini penggunaan kantong plastik dimulai. Apakah pakai kantong plastik atau tidak?" ujar Arini di Yogyakarta, Minggu (21/2/2016).

Sementara itu Suyono Kepala Badan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta mengatakan hari ini Pemerintah Kota Yogyakarta menggelar pernyataan sikap bersama untuk mengurangi ketergantungan akan kantong plastik.

Pernyataan sikap bersama ini digelar saat acara Yogya Kreatif di Jalan Jenderal Sudirman, Yogyakarta. Dalam acara ini, masyarakat, pedagang pasar, pemilik usaha toko swalayan, dan toko jejaring turut menyatakan sikap atas sampah plastik.

"Kita sudah lakukan sosialisasi dan hari Minggu akan ada kebulatan tekad bersama. Yang hadir para pemilik toko swalayan dan toko yang berjejaring itu. Lalu pengusaha dan para pedagang pasar yang ada di Yogyakarta," Suyono menegaskan.


BPOM mengimbau masyarakat untuk menghindari penggunaan kantong plastik hitam sebagai tempat untuk membungkus daging kurban

Acara ini adalah langkah Pemkot Yogyakarta dalam berkomitmen bersama-sama mengurangi penggunaan kantong plastik. Suyono mengatakan bagi para pelaku usaha membebaskan dalam sistem pengurangan kantong plastik. Apakah akan menerapkan kantong plastik berbayar atau akan menggunakan sistem diskon bagi yang membawa kantong sendiri.

"Kita serahkan sesuai kreativitas masing-masing pemilik usaha. Apakah mau diskon atau berbayar, itu kan hanya sistemnya," ujar Suyono.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya