2 Kasus Keracunan Massal di Kalimantan dalam Sebulan

Kasus keracunan massal di Kalimantan, dulu karena coklat kini diduga karena mi dan kerupuk.

oleh Aceng Mukaram diperbarui 17 Mar 2016, 16:04 WIB
Diterbitkan 17 Mar 2016, 16:04 WIB
Keracunan Massal
Salah satu korban keracunan makanan tradisional pallu basa dirawat di ruang UGD RS Faisal, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Liputan6.com, Pontianak - Dalam kurun sebulan ini terjadi dua kasus keracunan massal di Pontianak. Kedua kasus ini cukup menghebohkan. Pertama kasus keracunan massal dengan korban anak-anak, diikuti keracunan warga usai pengajian.

Dari informasi yang dihimpun, pada keracunan massal kali ini korbannya ibu-ibu yang tinggal di  RT 3/4, Kampung Telok Lerang, Desa Kuala Mandor A, Kecamatan Kuala Mandor B, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Mereka keracunan setelah menyantap kerupuk dan mi buatan tuan rumah pengajian.

Berdasarkan keterangan Staf Umum Puskesmas Lingga, Syamsiar, korban mencapai 59 orang terdiri atas 25 anak-anak. Sebanyak 18 orang dewasa terpaksa dilarikan ke Puskesmas Desa Lingga untuk mendapatkan pertolongan medis. Sementara, 16 orang warga lainnya harus dibawa ke Polindes terdekat di Desa Korek.

"Karena pasien cukup banyak, akhirnya pimpinan puskesmas meminta bala bantuan empat orang dokter dan 16 tenaga paramedis dari Desa Kuala Mandor B dan dokter dari Dinas Kesehatan Kubu Raya," ujar Syamsiar, Rabu, 16 Maret 2016.


Kapolsek Kuala Mandor B, IPDA Sarmidi Sakerah, mengatakan pihaknya telah mengambil langkah- langkah atas kejadian yang menghebohkan itu. Polisi  mengambil sampel makanan yang tersisa berupa mi hasil industri rumahan milik Sundari, makanan ringan, dan kerupuk serta muntahan makanan, untuk dikirim ke Balai POM Pontianak.

"Pengambilan sampel ini untuk mengetahui penyebab keracunan. Apakah dari mi atau dari kue atau dari kerupuk yang disantap dalam acara pengajian warga Telok Lerang," kata Sarmidi.

Hingga saat ini, pihaknya terus berkoordinasi dengan pihak puskesmas dan Balai POM  Pontianak untuk mengetahui perkembangan kasus yang ditangani.

"Pemilik rumah Ibu Sundari ketika akan dimintai keterangan oleh pihak kepolisian masih dalam kondisi lemah. Karena yang bersangkutan juga merupakan bagian dari 59 korban keracunan bersama teman-teman pengajian," kata Sarmidi.

Direktur Bidang Bimbingan Masyarakat Kepolisian Daerah Kalimantan Barat Kombes Suhadi SW mengklaim, pihaknya juga turun ke lokasi kejadian keracunan mi instan tersebut. Suhadi mengimbau agar masyarakat lebih berhati-hati dalam mengonsumsi makanan.

Sebelumnya, pada 1 Maret lalu, 95 siswa Sekolah Dasar Negeri 10 Siantan, Kecamatan Siantan, Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, keracunan camilan berupa cokelat kedaluwarsa. Cokelat itu sedianya untuk makanan ikan, tapi ternyata dijual di sekolah.

Kepala Puskesmas Jungkat, Sri Lestari, mengatakan pihaknya langsung menangani para siswa SD yang keracunan. "Rata-rata mual, muntah, dan pusing," kata Sri, di Puskesmas Jungkat, Rabu, 2 Maret 2016.

Pihak Puskesmas menerima 87 siswa keracunan pada Selasa, (1/3/2016) dan pada hari ini masuk lagi delapan siswa. Ada sebagian siswa yang sudah dipulangkan.

"Nanti bakal ada pemeriksaan lanjutan. Ada sampel makanan diambil, sudah kedaluwarsa tahun 2013, 2014, 20015," ujar Sri.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya