Liputan6.com, Pekanbaru - Merana adalah gambaran perasaan Salomon Pardede, ayah bocah Angelika Boru Pardede yang ditemukan tinggal tulang. Ia merasa polisi menggantung kasus pembunuhan yang dialami putri sulungnya.
Sejak kasus tersebut diambil alih Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Riau dari Polsek Siakhulu, harapan Salomon untuk mengetahui penculik dan pembunuh Angelika belum juga kesampaian. Ia bahkan tidak pernah diberitahu penyidik tentang setiap perkembangan pengusutan kasus.
"Sejak kasus ini ditangani Polsek Siakhulu dan diambil alih Polda, kami tidak pernah menerima itu apa namanya hasil tes forensik, laboratorium," kata Salomon, Selasa, 26 April 2016.
Meski begitu, Salomon masih menggantungkan harapan agar kepolisian bisa mengungkap kasus penculikan dan pembunuhan bocah berusia 11 tahun itu.
"Harapannya masih digantungkan kepada Polda untuk segera ditangkap. Meski ibarat pepatah, kami digantung tapi tak diberi tali," ucap Salomon mengulang perkataannya.
Baca Juga
Memang, kata Salomon, penyidik Polda Riau pernah mendatangi rumahnya di Jalan Siakhulu, Kabupaten Kampar, dan melakukan serangkaian pemeriksaan.
"Namun apa hasilnya kami tak tahu, apakah ini memang strategi penyidik atau gimana," kata Salomon.
Sementara itu, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menyebut kasus itu merupakan pekerjaan rumah Kapolda Riau yang baru, Brigjen Supriyanto.
Pengungkapan kasus ini bakal memberikan penilaian tersendiri dari masyarakat terhadap kinerja Supriyanto. Tentu jika terungkap, hal itu akan memberikan citra baik.
"Sementara kalau tidak terungkap, tentu citra yang didapat tidak baik atau buruk," ujar Kepala Bidang Pelayanan Anak Komnas PA, Nanda Pratama.
Menurut Nanda, kasus itu mendapat sorotan khusus dari Komnas PA, khususnya Ketua Komnas PA Seto Mulyadi. Kak Seto sudah pernah mendatangi Mapolda Riau sewaktu kasus pembunuhan Angelika baru ditangani Polda Riau.
"Sekarang sudah hampir dua bulan, penanganan kasus ini belum ada titik terang. Kasus ini tetap kita pantau hingga tuntas," ucap Nanda.
Polda Riau sebelumnya beralasan pengusutan kasus bocah Angelika masih menunggu hasil tes DNA dari tengkorak yang dikirim ke Laboratorium Pusat Dokter dan Kesehatan Mabes Polri.
Keluarnya hasil tes DNA dikatakan menjadi salah satu jalan untuk memastikan apakah tengkorak itu milik Angelika, mengetahui penyebab kematian dan menelusuri siapa pelakunya.
Orangtua Angelika menyatakan anak perempuan itu hilang setelah pamit hendak meminjam buku ke rumah temannya. Kehilangan itu dilaporkan ke Polsek Siakhulu pada 9 Maret 2016 malam tapi sempat ditolak karena kejadian belum sampai 24 jam, sehingga orangtua melaporkan kembali keesokan hari.
Pada 23 April 2016, warga menemukan tengkorak di semak-semak di Desa Pasir Putih, Kecamatan Siak, Kabupaten Kampar, Riau. Berdasarkan uji postmortem dan antemortem oleh Rumah Sakit Bhayangkara menyatakan jasad itu identik dengan [Angelika](/2469226 "").