Drama Penangkapan Kapal China di Laut Natuna

Kapal KRI pun menambah kecepatan kapal 16 knot. Beberapa kali kapal China itu diperingatkan melalui kontak radio dan pengeras suara.

oleh Ajang Nurdin diperbarui 29 Mei 2016, 18:47 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2016, 18:47 WIB
Pengkapan kapal
Penangkapan kapal asal China ini sempat terjadi kejar-kejaran di laut Natuna.

Liputan6.com, Riau - KRI Oswald Siahaan-354 menangkap kapal ikan asal China, Gui Bei Yu 27088 dengan delapan anak buah kapal (ABK), yang diduga sedang melakukan illegal fishing di laut Natuna, Kepulauan Riau.

Pangarmabar Laksamana Muda TNI A Taufiq R menjelasakan, kapal tersebut diperiksa saat memasuki wilayah Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Dugaan sementara, kapal tersebut melakukan kegiatan illegal fishing.

"Proses penangkapan tersebut menurut semata-mata untuk memberikan pengetahuan kepada dunia, bahwa Koarmabar secara tegas menindak kapal-kapal yang melakukan pelanggaran di wilayah yurisdiksi Indonesia," ujar Taufik dalam keterangan tertulisnya, Minggu (29/5/2016).

Taufik menjelaskan, penangkapan Kapal Gui Bei Yu 27088 pada Jumat 27 Mei lalu ini, berlangsung dramatis, karena dibayang-bayangi kapal Coast Guard China.

Peristiwa ini bermula pada pukul 13.30 WIB, saat KRI Oswald Siahaan-354 jenis Frigate berpatroli mengamankan perairan Natuna, dan terdeteksi ada kapal asing di jarak 12 Nautical Mile.

Selanjutnya, Komandan KRI Oswald Siahaan-354  Kolonel Laut (P) I Gung Putu Alit Jaya memerintahkan perwira jaga, mendekati kontak radar tersebut.

Mengetahui kehadiran KRI Oswald Siahaan-354 pada jarak lima Nautical Mile, kapal ikan tersebut teridentifikasi bernama Gui Bei Yu, dan mengubah haluan serta menambah kecepatan hingga delapan knot.

Kapal KRI pun menambah kecepatan kapal 16 knot. Beberapa kali kapal China itu diperingatkan melalui kontak radio dan pengeras suara. Bahkan, peringatan dengan tembakan ke kanan dan kiri haluan pun dilakukan, tapi tak diindahkan.

Kapal ikan China tersebut malah bermanuver, dengan zig zag. Alhasil, petugas melakukan tindakan paling keras, yaitu tembakan di anjungan.

Sementara, Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Danlantamal) IV Tanjung Pinang Laksamana Pertama TNI S Irawan mengatakan,

"Banyaknya potensi kekayaan laut Natuna yang berlimpah seperti ikan dan lain-lain, banyak mengundang kapal nelayan asing masuk secara ilegal, menguras sumber daya laut kita yang ada di Natuna," kata dia.

"Sehingga masyarakat nelayan lokal tidak merasakan berlimpahnya sumberdaya ikan tersebut karena habis dikuras nelayan asing," sambung Irawan.

Menurut Irawan, jajarannya kerap menangkap dan meledakkan kapal-kapal nelayan asing yang melakukan pelanggaran di Natuna. Namun mereka tidak jera dan masih ada yang melakukan illegal fishing seperti sekarang ini.

Karena itu, dia butuhnya dukungan dan peran pemerintah daerah serta masyarakat Kepulauan Riau, dalam penegakkan hukum dan mengamankan kekayaan laut Natuna.

"Karena keterpaduan dukungan dari segenap stakeholder merupakan sumber kekuatan yang tidak bisa dilawan oleh siapa pun. Yang paling penting adalah kehadiran unsur-unsur KRI di Natuna tidak lain dan tidak bukan, untuk mengamankan wilayah kita NKRI," pungkas Irawan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya