Liputan6.com, Bandung - Enam penari berdansa dan menari laiknya orang gila diiringi musik kontemporer yang tidak beraturan. Di latar serbahitam dan merah, gabungan kelompok tari dari Kelompok Anak Rakyat, Shocking Rajah Performing Art serta Teater Lakon itu menampilkan Dance Theater dengan visualisasi gangguan mental yang disebut Skizofrenia.
Para penari itu memperlihatkan simbol-simbol melalui tarian tentang gangguan mental saraf yang dialami orang-orang tidak normal atau gila seperti biasa terlihat di jalanan kota. Diiringi musik yang memekik telinga, para penari itu tampak seperti penderita Skizofrenia.
Beberapa properti yang digunakan saat pertunjukan menyimbolkan barang-barang bawaan penderita Skizofrenia pada umumnya. Di antaranya boneka, kasur bekas, koran bekas, dan tikar.
Santi Pratiwi sebagai koreografer mengatakan, pertunjukan itu adalah untuk mengungkap cara pandang yang berbeda dari penderita Skizofrenia.
"Dari pertunjukan Dance Theatre ini kita berusaha mengungkapkan intelektual kehidupan mereka penderita Skizofrenia dari cara pandang kehidupan mereka," kata Santi di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Kota Bandung, Minggu, 31 Juli 2016.
Menurut Santi, pertunjukan tersebut berawal dari kegelisahan pribadinya menghadapi penderita gangguan mental tersebut. Menurut dia, bagi masyarakat awam para penderita Skizofrenia secara mudah dijuluki orang gila.
Baca Juga
"Stigma inilah yang membuat para penderita semakin terintimidasi. Pertunjukan ini secara tegas mengajak apresiator untuk mengubah cara pandang mereka terhadap penderita Skizofrenia. Kepekaan dan perlakuan kita terhadap penderita akan sangat membantu kesempatan sembuh mereka," kata dia.
Untuk mempersiapkan pertunjukan itu, Santi mengaku telah melakukan riset secara pribadi selama dua tahun. Tidak hanya Santi, para penari Dance Theatre pun melakukan riset agar mendalami peran penderita Skizofrenia.
"Riset secara pribadi selama dua tahun, melakukan pendekatan dan belajar kedokterannya. Saya juga terjun langsung ke Rumah Sakit Jiwa di Surabaya dan pengalaman pribadi waktu kecil ada saudara saya yang mengalami Skizofrenia. Penari-penari juga melakukan riset pribadi dan melakukan terapi Skizofrenia dengan suara-suara yang memicu," jelas dia.
"Ekspresi berupa simbol-simbol seperti gerak, visual, audio, yang hadir di tengah pertunjukan diharapkan mampu diterima oleh masyarakat yang lebih luas," sambung Santi.
Advertisement