Pemkot Bandung: Masalah Sampah Pasar Gedebage Paling Kritis Dibanding Pasar Lain

Pemerintah Kota Bandung mencatat, terdapat tumpukan sampah mencapai 1.120 meter kubik di Pasar Gedebage.

oleh Dikdik Ripaldi Diperbarui 26 Apr 2025, 11:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2025, 11:00 WIB
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan
Wali Kota Bandung, M Farhan. (Dok. Pemkot Bandung, 2025).... Selengkapnya

Liputan6.com, Bandung - Permasalahan sampah di Pasar Gedebage diklaim paling kritis dibandingkan kondisi pasar tradisional lainnya yang ada di Kota Bandung. Pekan ini, Pemerintah Kota Bandung mencatat, terdapat tumpukan sampah mencapai 1.120 meter kubik di pasar tersebut.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menyampaikan, pemerintah kota bakal melakukan investigasi untuk menelusuri masalah sampah di Pasar Gedebage. Sementara ini, katanya, hasil pengawasan dari 19 titik pasar menunjukkan Pasar Gedebage menjadi lokasi dengan permasalahan terberat.

“Di Pasar Gedebage terjadi penumpukan 1.120 meter kubik (sampah). Ini harus diinvestigasi, dan siapapun yang bertanggung jawab wajib mempertanggungjawabkannya secara hukum,” kata dia dalam keterangannya di Bandung (22/4/2025).

Kawasan lain yang turut disoroti adalah TPS Ciwastra dengan volume tumpukan sampah sekitar 500 meter kubik. Lokasi lainnya ialah kawasan Cicadas.

Sebagai langkah penanganan, Pemerintah Kota Bandung diaku akan melakukan pendataan ulang terhadap volume sampah yang dihasilkan dari rumah tangga, pasar, dan titik-titik keramaian lainnya. Selain itu, Pemkot Bandung menutup sementara beberapa TPS, dikosongkan secara bergilir.

“TPS kita tutup bergilir agar bisa dikosongkan dulu. Setelah kosong, baru TPS lain dibuka. Ini menyebabkan penumpukan atau titik kumpul (tikum), tapi ini sudah dalam pantauan,” jelasnya.

Pemkot Bandung juga diklaim bakal mempercepat operasionalisasi beberapa fasilitas pengolahan sampah, termasuk RDF (Refuse Derived Fuel) dan teknologi thermal. Akselerasi ini akan dimulai pada 25 April 2025.

“Kita akselerasi pengoperasian RDF dan thermal. Pengolahan terbesar sekarang baru ada di Tegalega, Cicukang Holis, dan Bandung Kulon. Itu belum cukup, makanya kita percepat,” kata Farhan.

Farhan juga menegaskan, upaya pengurangan sampah dari hulu juga terus dijalankan melalui penguatan program Kang Pisman dan Buruan SAE. Program ini akan didorong bekerja sama dengan tim PKK di tingkat kecamatan dan kelurahan.

Ia juga menargetkan penambahan jumlah Kawasan Bebas Sampah (KBS) dari 413 menjadi 700 KBS hingga akhir 2025. Program ini menyasar seluruh RW di Bandung yang berjumlah 1.597.

“Sekarang baru 413 KBS. Kita targetkan bisa capai 700 KBS tahun ini,” tutupnya.

Targetkan 750 Kawasan Bebas Sampah

Di sisi lain, Pemkot Bandung menargetkan 750 Kawasan Bebas Sampah (KBS) pada akhir 2025 ini. Saat ini, yang telah terealisasi diklaim mencapai 414 KBS RW dari total seluruh RW di Kota Bandung itu 1.597 RW.

“Masalah sampah di Kota Bandung masih menjadi pekerjaan rumah yang besar. Setiap hari, kita menghasilkan lebih dari 1.500 ton sampah, dan belum seluruhnya dikelola secara optimal, baik di tingkat rumah tangga, TPS, maupun TPST,” kata Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, lewat siaran pers dikutip Kamis, 24 April 2025.

“Mari kita galakkan kembali sosialisasi dan edukasi mengenai gerakan zero food waste di tingkat rumah tangga, dengan semangat sampah hari ini habis hari ini,” katanya.

Sebelumnya, Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan menegaskan perlunya perubahan paradigma dalam pengelolaan sampah, khususnya di lingkungan perkotaan.

“Kita perlu masuk ke paradigma baru: sampah hari ini adalah tanggung jawab kita hari ini juga,” ujar Farhan. Ia menyoroti pola pikir lama seperti buang sampah pada tempatnya kini tidak lagi cukup, sebab kenyataannya banyak sampah yang tetap berakhir di sungai.

“Setiap hari kita memproduksi sampah dan sampah itu tidak akan hilang sendiri. Maka kita sendiri yang harus membersihkannya,” tegasnya.

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya