Liputan6.com, Ponorogo - Siapa yang tak kenal dengan kuliner satu ini, satai. Makanan ini pun sukses masuk jadi salah satu makanan khas Bumi Reog. Tak heran banyak masyarakat Ponorogo mencari rezeki dari usaha satu ini.
Melihat peluang usaha satai yang menggurita di Ponorogo, Didik (35 tahun) warga Desa Turi, Kecamatan Jetis ini memilih berwirausaha dengan memproduksi tusuk satai.
Tak tanggung-tanggung, dana Rp 100 juta ia gelontorkan. Mulai dari membeli bahan utama, bambu, mesin pembuat tusuk satai, belerang, dan upah pekerja.
Advertisement
Dalam satu bulan, produksi tusuk satai Didik mencapai 1 ton lebih. "Padahal awalnya saya kesulitan memasarkan tusuk satai buatan saya," tuturnya kepada Liputan6.com, Jumat, 11 Agustus 2017.
Didik tidak hanya membuat tusuk satai, dia juga membuat tusuk bambu untuk tempura, pentol, dan sempol.
Baca Juga
Kesulitan itu tak lantas membuatnya patah semangat, pontang-panting ia mencari pelanggan. Setelah delapan bulan berjalan, usahanya kini mulai menuju kesuksesan.
"Saya tidak lagi cari pelanggan, justru pelanggan yang malah datang ke sini," katanya.
Didik menjual tusuk satainya Rp 12 ribu untuk per kilogram. Tusuk satai buatan Didik ini memiliki keunggulan dibandingkan yang lain. Pasalnya, saat proses pembuatan ada tahap penguapan dengan menggunakan belerang.
"Tusuk satai buatan saya tahan sampai enam bulan tanpa jamuran," ucapnya.
Saat ini, Didik menggunakan dua jenis bambu, petung dan ori. "Saya mendatangkan bambu jenis petung dari Wonogiri, sedangkan ori dari Ponorogo," ujarnya.
Â