Buaya Sepanjang 4 Meter Muncul di Sawah Warga Kebumen

Buaya sepanjang 4 meter di sawah mendadak menghilang sebelum polisi datang.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 18 Okt 2017, 12:01 WIB
Diterbitkan 18 Okt 2017, 12:01 WIB
Buaya
Buaya naik ke areal persawahan akibat luapan Sungai Luk Ulo di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. (Foto: Polres Kebumen/Istimewa/Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Kebumen - Seekor buaya sepanjang empat meter tiba-tiba muncul di areal persawahan. Mendadak sontak, kemunculan reptil raksasa ini mengejutkan warga Desa Kedungwinangun, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Puluhan warga lantas menonton buaya itu. Beberapa di antara mereka berupaya menjerat buaya dengan tali. Sejumlah warga lainnya mencoba melumpuhkan dengan tongkat bambu dan kayu. Namun, sang buaya tampak masih gesit berenang di lumpur sawah.

Mereka ketar-ketir, buaya akan membahayakan karena berada di bukan habitatnya. Lantaran tidak ada seorang pun yang punya keahlian menangkap buaya, mereka akhirnya melaporkan ke Kepolisian Sektor (Polsek) Klirong.

Kepala Sub Bagian Humas Polres Kebumen, AKP Willy Budiyanto mengatakan, kepolisian langsung mendatangi Desa Kedungwinangun, begitu memperoleh laporan kemunculan buaya di sawah. Namun saat tiba di lokasi, buaya telah kembali ke habitatnya.

Dia menduga buaya itu naik ke areal persawahan akibat luapan Sungai Luk Ulo, pada malam harinya. Bahkan hingga pagi pun, debit Sungai Luk Ulo masih besar. Jarak antara Sungai Luk Ulo dan petak sawah ditemukannya buaya sekitar 50 meter.

"Sungai Luk Ulo sempat meluap. Buaya itu mungkin terbawa arus sungai dan kemudian terdampar ke sawah," ucap dia kepada Liputan6.com, Selasa, 17 Oktober 2017.

Willy juga menduga, reptil raksasa tersebut adalah salah satu kawanan buaya yang sempat diketahui warga pada musim kemarau lalu. Kepolisian sempat menerima laporan ada sekitar empat hingga lima ekor buaya yang menampakkan diri di Sungai Luk Ulo.

"Habitat buaya ada di sungai muara. Sungai Luk Ulo sendiri, bermuara di Pantai Selatan," ujarnya.

Ia menjelaskan, setelah kejadian ini, kepolisian bakal lebih rutin memantau desa-desa yang wilayahnya terkena luapan air sungai. Pasalnya, setelah kejadian ini, warga dihinggapi kekhawatiran akan kemunculan kembali buaya di tempat lain saat sungai meluap.

Hujan deras diperkirakan masih akan sering terjadi di awal musim penghujan ini dan memicu luapan sungai. Sebab itu, kepolisian mengimbau agar warga lebih waspada dengan kemungkinan munculnya buaya di tempat lain.

"Kami mengimbau warga agar mewaspadai. Jika melihat lagi kemunculan buaya segera lapor ke polsek terdekat," Willy memungkasi.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Buaya Juga Kerap Muncul di Kalteng

Binatang Buas Buaya
Ilustrasi Foto Buaya (iStockphoto)

Bukan hanya warga Kebumen, Jawa Tengah, yang ketar-ketir terhadap kemunculan buaya. Makin sering buaya muncul di Sungai Mentaya Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, juga membuat warga setempat kian takut beraktivitas di sungai karena khawatir dimangsa reptil raksasa tersebut.

Komandan Pos Jaga Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah Pos Sampit Muriansyah, mengaku menerima laporan dari camat yang memberitahukan ada buaya muncul. Kali ini disebutkan ukuran buayanya cukup besar dengan panjang diperkirakan sekitar tujuh meter.

Warga melihat buaya tersebut muncul sekitar pukul 23.00 WIB pada Kamis 12 Oktober 2017 di Desa Bebaung, Kecamatan Pulau Hanaut. Buaya itu diketahui naik ke bantaran sungai dan memangsa ayam milik warga. Warga bernama Sugian yang melihat kejadian itu, tidak berani mengambil tindakan karena takut menjadi mangsa predator ganas tersebut.

Warga sekitar pun kini cemas setelah mengetahui kejadian itu, apalagi sungai sering pasang tinggi sehingga khawatir merambah ke permukiman. Masyarakat makin hati-hati beraktivitas di sungai karena buaya bisa muncul kapan saja. Diduga, buaya muncul karena kelaparan dan habitat mereka mulai rusak sehingga makin sulit mendapatkan makanan.

"Sulit untuk merelokasi buaya-buaya itu karena sungai kita besar dan banyak anak sungai. Kami juga tidak tahu berapa populasi buaya di Sungai Mentaya. Yang kami lakukan adalah gencar mengimbau masyarakat berhati-hati saat beraktivitas di sungai," kata Muriansyah, dilansir Antara, Jumat, 13 Oktober 2017.

Pertengahan September lalu, seorang pengendara sepeda motor juga melihat kemunculan buaya di perairan kawasan Mentaya Seberang Kecamatan Seranau. Saat itu buaya yang muncul merupakan buaya muara atau sering disebut buaya kodok karena bentuk kepalanya seperti kodok.

Selama ini buaya sering muncul di perairan kawasan Mentaya Hilir Selatan dan sekitarnya, khususnya di sekitar Pulau Lepeh, yakni pulau kecil di tengah Sungai Mentaya yang diduga menjadi habitat buaya karena buaya sering terlihat berjemur di kawasan itu.

Kemunculan buaya di kawasan permukiman diduga dampak habitat aslinya yang semakin rusak. Akibatnya, buaya mencari tempat-tempat lain untuk mendapatkan makanan.

Serangan buaya memang masih menjadi ancaman bagi masyarakat yang beraktivitas di Sungai Mentaya. Beberapa tahun terakhir, hampir tiap tahun ada saja warga yang diterkam buaya. Sebagian korban meninggal dunia, bahkan ada yang jenazahnya tidak ditemukan lagi.

BKSDA gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk mewaspadai serangan buaya. BKSDA juga telah memasang papan imbauan di sejumlah dermaga dan kawasan permukiman supaya masyarakat waspada.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya