Liputan6.com, Cilacap - Hujan dengan intensitas tinggi sejak awal pekan ini menyebabkan sejumlah kecamatan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dilanda bencana longsor. Beberapa wilayah yang dilanda longsor di antaranya Karangpucung, Cimanggu, dan Dayeuhluhur.
Sementara, 14 desa di lima kecamatan lainnya dilanda banjir. Belasan desa ini berada di Kecamatan Sidareja, Kedungreja, Gandrungmangu, Bantarsari, dan Kecamatan Kawunganten.
Hal itu mencerminkan tingginya potensi bencana di Cilacap. Tak mengherankan, bila Cilacap menjadi daerah paling rawan bencana di Jawa Tengah. Sementara di Indonesia, Cilacap menempati urutan ke-17 sebagai daerah paling rawan bencana.
Advertisement
Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap, Tri Komara Sidhy mengungkapkan, 64 desa di Kabupaten Cilacap merupakan daerah rawan longsor. Itu berarti mencakup lebih dari 22 persen keseluruhan desa di Cilacap, yang berjumlah 283 desa dan kelurahan.
Baca Juga
Sebagian besar dari 64 desa rawan longsor tersebut berada di lima kecamatan di wilayah Cilacap bagian barat, yakni Karangpucung, Cimanggu, Majenang, Wanareja, dan Dayeuhluhur.
Wilayah kecamatan itu berada di lereng pegunungan tengah Jawa yang menjulur dari wilayah timur perbatasan Banyumas dan Brebes, hingga perbatasan Jawa Barat. Tingkat kemiringan yang tinggi menyebabkan desa-desa tersebut rawan bencana longsor. Sebagian kecil lainnya, bahkan rawan bencana banjir bandang, lantaran terdapat aliran sungai arus deras.
Komara menerangkan, di luar lima kecamatan itu, masih ada sejumlah desa di kecamatan lain yang juga rawan longsor. Di antaranya, Cipari, Sidareja, Gandrungmangu, dan Jeruklegi.
"Titik-titiknya sudah kita prediksi, sehingga kita antisipasi dengan sosialisasi," ucap Komara, Kamis, 19 Oktober 2017.
Terkait mitigasi bencana, BPBD Cilacap berharap masyarakat bisa mandiri. "Agar jangan sampai ketergantungan kepada aparat pemerintah maupun pihak lainnya," katanya.
Komara mencontohkan, saat ini, ada ratusan warga di tiga wilayah permukiman yang berada dalam proses relokasi. Dua di antaranya, bahkan, sampai dibuatkan hunian sementara (huntara). Tiga wilayah itu adalah Dusun Jatiluhur di Desa Padangjaya, Dusun Cijeunjing di Desa Cibeunying, dan Desa Pangadegan, Kabupaten Cilacap.
Sementara di Dusun Jatiluhur, 24 keluarga dipastikan direlokasi. Sebanyak 12 di antaranya sudah tinggal di huntara lantaran rumahnya hancur akibat gerakan tanah. Sepuluh keluarga lainnya masih tinggal di rumah saudara atau tetangganya.
Sedangkan di Desa Pangadegan, Kabupaten Cilacap, dari 12 keluarga yang harus direlokasi, delapan di antaranya tinggal di huntara. Sementara, sisanya mengungsi ke rumah anak atau sanak.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Rawan Banjir
Tingginya potensi bencana di Cilacap, juga lantaran sebagian wilayahnya berada di dataran rendah yang terpengaruh pasang surut air laut. Daerah-daerah itu memang rawan bencana banjir. Jumlahnya mencengangkan. Data BPBD menunjukkan bahwa 138 desa di Cilacap rawan banjir.
Komara mengungkapkan, hujan deras sejak awal pekan ini juga menyebabkan sejumlah kecamatan dilanda banjir rendaman. Di antaranya, Sidareja, Gandrungmangu, Bantarsari, dan Kawunganten.
Dari keseluruhan daerah yang terendam, Kecamatan Sidareja adalah yang terparah. Di kecamatan ini, sebanyak tujuh desa dilaporkan dilanda banjir.
Akibatnya, puluhan keluarga mengungsi. Sejak Selasa pagi hingga Rabu lalu, puluhan keluarga mengungsi ke aula dan musala di Markas Koramil Sidareja. Adapun pada Kamis, 19 Oktober 2017, mereka mulai kembali ke rumah masing-masing.
"Sudah mulai surut. Sudah pada pulang," ujar Komara.
Namun begitu, ia memperkirakan, jika hujan deras kembali terjadi di wilayah Sidareja, bukan tak mungkin ketinggian banjir bakal tinggi lagi. Komara menambahkan, Cilacap juga berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, sehingga rawan gelombang tsunami. Sebab itu, Cilacap juga rawan gempa.
Advertisement