Liputan6.com, Bangkalan - Jumat, 22 Desember 2017, saya ke Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat. Naik pesawat dari Bandara Juanda Surabaya, cuaca bagus, langit cerah.
Berangkat pukul 09.30 WIB, pesawat mendarat tengah hari di Lombok Internasional Airport. Ini pertama kali saya menjejakkan kaki di Lombok.
Di pintu kedatangan, sopir-sopir taksi merubung menawarkan jasa. Tampilan mereka rapi, pakai kemeja, celana kain, sepatu dan kopiah hitam. Mereka juga ramah, ketika tawaran ditolak, tidak memaksa dan beralih pada penumpang lain.
Advertisement
Suasana bandara agak lengang meski libur panjang akhir tahun. Andri, tour guide yang menemani saya bilang, itu disebabkan Gunung Agung di Bali erupsi. Beberapa negara di Asia dan Eropa kemudian keluarkan travel warning, minta warganya menjauhi Bali sementara waktu.
Namun, Presiden Joko Widodo sudah memastikan "batuk" Gunung Agung telah reda dan aman buat wisatawan. Sabtu, 23 Desember 2017, Jokowi gelar rapat di Bali buat buktikan Bali aman dari erupsi, meski sehari setelah status darurat dicabut, Gunung Agung erupsi lagi.
Lombok Airport terbilang baru, dibangun akhir 2011, diresmikan Presiden SBY kala itu. Letaknya di Kecamatan Praya, Kabupaten Lombok Tengah. Luasnya 500 hektare, dikelilingi pagar kawat.
Bandara lama Lombok ada di Kota Mataram, namanya Selaparang, kini tak dipakai lagi. Selaparang nama Kerajaan Islam pertama di Lombok. Islam masuk Lombok pada abad ke-16.
Baca Juga
Di areal bandara banyak kerbau keliaran. Orang Lombok panggil kerbau dengan ‘gajah’. Keluar bandara banyak anjing liar keliaran di jalan. Mereka salah satu pemicu kecelakaan, banyak pengendara motor terjatuh karena menabrak anjing.
Kata Andri, anjing-anjing liar itu pernah coba dimusnahkan. Tapi, perbuatan itu bikin turis asing sedih dan marah. Sejak itu, pemusnahan anjing berhenti. Lagipula, anjing-anjing itu tidak mengganggu wisatawan, menjauh bila diusir.
Meski ada bandara, suasana Lombok Tengah masih asri dan alami. Keluar bandara jarang kita jumpai bangunan tinggi. Sepanjang mata memandang hanya hamparan sawah di kanan kiri jalan dan bukit-bukit menjulang di kejauhan.
Tanah di sana sifatnya tadah hujan, hanya ditanami saat penghujan. Umumnya ditanami padi, ada juga kebun semangka, buahnya kecil-kecil. Kalau kemarau mayoritas tanah retak-retak tak bisa buat cocok tanam.
Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau besar, yaitu Lombok dan Sumbawa. Masing-masing pulau punya empat kabupaten dan satu kota. Jadi, NTB terdiri dari dua kota dan delapan kabupaten.
Pulau Lombok terdiri dari Kota Mataram sebagai pusat pemerintahan. Ada juga Kabupaten Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Lombok Utara. Pulau Gili Trawangan yang jadi tempat tujuan saya masuk wilayah Lombok Utara.
Meski dalam satu provinsi, Pulau Lombok dan Sumbawa dihuni dua suku berbeda. Lombok dihuni suku Sasak, sedangkan Sumbawa suku aslinya Suku Bajo.
Sasak sendiri konon penduduk kerajaan Majapahit yang pindah dan menghuni Pulau Lombok. Keterikatan dengan Majapahit ini bisa dilihat dalam tata bahasa.
Beberapa istilah dalam bahasa Jawa masih digunakan dalam bahasa Sasak hingga saat ini. Seperti kalimat selamat datang, dalam bahasa sasak juga disebut sugeng rawuh.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Ayam Taliwang Kuliner Khas Lombok
Dari bandara, saya ke Kota Mataram, sekitar 40 menit naik bus. Makan siang di rumah makan Irama 3, letaknya di Jalan Ade Irma Suryani. Menu andalannya ayam Taliwang, kuliner khas Lombok. Taliwang adalah nama desa di Mataram. Jadi, ayam Taliwang adalah kuliner asli Desa Taliwang.
Ayam Taliwang merupakan ayam bumbu panggang dengan daging lembut dan pedas. Rempah-rempah begitu terasa. Seporsi Rp 45 ribu. Menu pendampingnya pelecing kangkung dengan sambal tomat.
Selesai makan, keliling Kota Mataram. Meski Lombok jadi tujuan wisata, pembangunan di Kota Mataram biasa saja. Satu-satunya bangunan termegah adalah gedung Islamic Centre. Tak ada tempat hiburan malam, mungkin itu pengaruh dari slogan Mataram Kota Beribadah.
Mataram juga dijuluki kota seribu masjid. Saya lihat ada dua masjid letaknya berseberangan jalan. Tapi kalau salat Jumat, hanya satu masjid dipakai.
Kantor Wali Kota Mataram dan Gubernur NTB letaknya berseberangan. Kalau Wali Kota mau ke kantor gubernur, bisa jalan kaki. Bahkan, ada kantor partai politik bertetangga.
Advertisement
Senggigi 'Las Vegas'nya Lombok
Setelah keliling kota Mataram, bus berbelok di jalan Mohammad Hatta. Tujuan selanjutnya ke daerah Senggigi, Kecamatan Batu Layar di Kabupaten Lombok Utara.
Desa ini sekitar 45 menit dari Mataram. Jalanan mulus tapi berkelok, sesekali mesin bus meraung-meraung di jalan menanjak. Senggigi desa yang indah, dikelilingi bukit-bukit dan garis pantai berpasir hitam.
Di kalangan pelancong, Senggigi dijuluki ‘La Vegas’-nya Lombok. Banyak hotel berbintang dan vila di pinggir pantai. Lengkap dengan ‘puskesmas’-nya. Puskesmas di sana bukan tempat berobat, tapi pelesetan dari pusat kesenangan mas-mas.
Vila itu banyak dimiliki bule. Kawin-mawin bule dan warga lokal sudah biasa di Senggigi. Yang awet kalau pria bule menikahi wanita lokal, yang tak awet kalau wanita bule menikahi pria lokal.
Di Senggigi ada pelabuhan kecil Teluk Nare. Di pelabuhan ini bisa sewa speed boat atau kapal klotok untuk pergi ke Pulau Gili Trawangan. Sewa speed boat mahal, Rp 1,2 juta pulang pergi. Jarak tempuh satu jam, tergantung cuaca dan gelombang.
Naik kapal klotok lebih murah antara Rp 20 sampai 25 ribu per orang. Tapi, kapal tak langsung berangkat, menunggu penumpang penuh. Kapal ini biasa buat angkut barang dagangan yang dikirim ke Pulau Gili Trawangan. Jarak tempuh sekitar dua jam.