Palu - Penyelamatan buaya berkalung ban yang dilakukan aktivis pencinta satwa, Panji Petualang, dan tim dari Jawa Pos Group di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), berlanjut pada hari ini. Kini sedang dicoba opsi penggunaan pukat dan jala untuk membendung buaya berkalung ban supaya tidak lari ke muara.
Buaya berkalung ban itu memang kerap kabur ketika hendak dievakuasi dari dalam sungai. Buaya malang itu mungkin terganggu dengan kegaduhan yang timbul dari kerumunan warga yang datang menonton.
Sebenarnya, buaya itu kerap menampakkan diri di sekitar reruntuhan Jembatan Dua Sungai Palu. Namun, ketika tim coba mendekat, banyak warga yang gaduh. Akhirnya buaya masuk sungai dan menghilang.
Advertisement
Pada Minggu malam lalu, Panji dan tim sempat bertemu dengan beberapa ulama di Sulteng. Kebetulan, tim bertemu ketika sedang bersantap malam di sebuah restoran. Dari situ sebagian ulama memberikan saran untuk mencoba penggunaan pukat atau jala untuk membendung buaya lari menjauh ke arah muara.
Baca Juga
Pukat dan jala itu nantinya dipasang membentang dari sisi timur ke sisi barat sungai. Kemungkinan dipasang tak jauh dari reruntuhan jembatan di dekat Jembatan Dua Sungai Palu, yang diduga menjadi sarang buaya berkalung ban tersebut.
"Semua upaya akan kita coba. Kami pagi ini akan memastikan dulu lokasi buaya. Sebab, kemarin kan terdeteksi melintas Jembatan I, kemungkinan ke arah muara," terang Panji Petualang, dikutip JawaPos.com, Senin (22/1/2018).
Baca berita menarik dari JawaPos.com lain di sini.Â
Dekati Sarang Buaya Berkalung Ban
Sebelumnya, penyelamatan buaya berkalung ban di Sungai Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), yang dilakukan aktivis pencinta satwa, Panji Petualang, dan tim Jawa Pos Group nyaris berhasil pada Minggu sore, 21 Januari 2018. Panji sebenarnya berhasil mendekat ke sarang buaya malang itu. Namun, buaya itu terganggu dengan kerumunan warga dan lari ke muara.
Buaya muara itu memang selama ini kerap ditemukan di sekitar reruntuhan jembatan yang tak jauh dari Jembatan Dua Sungai Palu. Panji dan tim Jawa Pos Group dengan dibantu personel Ditpolair Polda Sulawesi Tengah sebenarnya berhasil "menyergap" rumah itu.
Buaya berkalung ban itu sempat terlihat. Pemuda bernama lengkap Muhammad Panji itu lalu memberi umpan ayam hidup.Cukup lama untuk memancing buaya itu untuk mau melahap ayam yang telah disiapkan. Buaya malang itu sempat muncul ke permukaan. Namun, teriakan warga rupanya mengganggunya. Buaya tersebut kemudian masuk lagi ke dalam sungai.
Panji yang terkenal setelah berperan sebagai pawang dan penjinak hewan di sebuah acara televisi itu tak menyerah. Pemuda yang kini genap berusia 28 tahun itu tetap menunggu di atas perahu. Sesekali turun ke reruntuhan jembatan.
Â
Advertisement
2 Jam Menunggu
Hampir dua jam, pemuda asal Purwakarta, Jawa Barat, itu menunggu buaya muncul ke permukaan air. Sampai akhirnya Panji nekat masuk ke sungai untuk memastikan ada tidaknya keberadaan buaya di sekitar reruntuhan jembatan. "Ternyata sudah tidak ada," ucap Panji, Minggu, 21 Januari 2018.
Minggu sekitar pukul 15.00 Wita, tim penyelamat mendapat informasi dari warga bahwa buaya tersebut melintas di atas Jembatan Satu, atau biasa dikenal dengan nama Jembatan Gajah Mada.
Panji menduga buaya itu akan mengarah ke muara untuk mencari tempat yang tenang. Mengetahui buruannya lepas, Panji dan tim mengarah ke Jembatan Satu. Lalu dilanjutkan ke Jembatan Dua dan terakhir ke Jembatan Empat dekat muara.
Hasilnya ternyata nihil dan operasi penyelamatan buaya berkalung ban pun diakhiri. "Kita akan cek lagi malam hari apakah dia kembali ke rumahnya lagi atau tidak," ujar Panji.
Sebelumnya, Jawa Pos bersama Radar Sulteng menghadirkan Panji Petualang untuk mengevakuasi buaya berkalung ban di Sungai Palu. Buaya itu sebenarnya sudah lama mengalami nasib sial, sekitar satu tahun lebih. Berbagai upaya evakuasi coba dilakukan, tapi belum berhasil.
Saksikan video pilihan di bawah ini: