Masih Ada Guru Bergaji Rp 50 Ribu/Bulan di Sumba Timur

Rata-rata guru honorer di Sumba Timur digaji Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu per bulan.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Feb 2018, 15:30 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2018, 15:30 WIB
Ribuan guru honorer dari berbagai daerah demo
Ribuan guru honorer dari berbagai wilayah duduk di ruas jalan Asia Afrika Jakarta, Selasa (15/9/2015). (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Waingapu - Pemerintah Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, mengakui hingga masih ada guru honorer di kabupaten itu yang diberi gaji Rp 50 ribu sebulan. Hal itu disampaikannya di sela-sela kegiatan program INOVASI bersama sejumlah wartawan serta humas provinsi dan kabupaten di Pulau Sumba.

"Jumlahnya tidak banyak. Tetapi hanya sekitar dua sampai tiga guru saja yang diberikan honor seperti itu yang diperoleh dari dana biaya operasional sekolah (BOS)," kata Kepala Dinas Pendidikan Sumba Timur, Yusuf Waluwanja kepada wartawan di Waingapu, Sumba Timur, Selasa, 20 Februari 2018, dilansir Antara.

Ia mengatakan bahwa dengan gaji per bulan yang hanya mencapai Rp 50 ribu. tentu saja tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidup para guru yang mendapatkan penghasilan seperti itu.

"Tetapi selain dana BOS, ada bantuan juga dari pemerintah desa kepada para guru yang gajinya minim itu, sehingga sedikit demi sedikit bisa membantu," tambahnya.

Namun, ia mengatakan pada umumnya, gaji para guru honorer di Sumba Timur sudah dibilang di atas dari Rp 50 ribu, yakni berkisar dari Rp 300 hingga Rp 500 ribuan.

Pemerintah daerah, lanjut Yusuf, terus berusaha memberikan yang terbaik bagi pendidikan di Sumba Timur. Salah satu cara, yakni bekerja sama menjalankan Program Inovasi yang dinilai mampu memperbaiki pendidikan di Sumba Timur agar lebih maju lagi.

"Pendidikan di Pulau Sumba, khususnya di Sumba Timur, masih sangat memprihatinkan mulai dari masalah gurunya, sarana prasarana, serta juga murid-muridnya," katanya.

 

 

Belum Bisa Bahasa Indonesia

Bertaruh Nyawa untuk ke Sekolah, Anak-Anak Ini Butuh Bantuan
Anak-anak di Sumba Timur saat menyeberangi sungai Lambanapu untuk pergi ke sekolah

Dari sisi siswa, masih banyak yang belum bisa berbahasa Indonesia karena saat kegiatan belajar mengajar, bahasa yang digunakan oleh para guru lebih pada bahasa ibu atau bahasa daerah.

Hal itulah yang kemudian, menurut dia, berujung pada masih rendahnya tingkat pendidikan di Pulau Sumba, khususnya di Sumba Timur itu.

Sementara, Comunication Manager dari Program Inovasi Stephanie Carter mengatakan bahwa kehadiran mereka di Sumba dalam rangka menjadikan Sumba sebagai pilot project pendidikan di NTT.

Di Sumba penyebaraannya dilakukan di empat kabupaten, yakni Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat daya. Program Inovasi adalah sebuah program pendidikan yang dibiayai pemerintah Australia dengan bekerja sama dengan NTT.

Program Inovasi sendiri telah memulai program ini di NTT sejak Juli 2017. Proses penandatanganan kesepakatan dengan Pemprov NTT dilakukan sejak November 2017 hingga 2019.

"Program ini berjalan atas kerja sama dengan Pemprov NTT yang sebelumnya sudah ada MoU. Kami harap kegiatan ini mampu memberi pemahaman lain tentang berbagai kesulitan yang dihadapi oleh para guru maupun siswa yang ada di Sumba dalam rangka peningkatan mutu pendidikan," ujarnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya