Cerita Warga Musi Banyuasin, Mendulang Uang dari Batok Kelapa

Warga Kabupaten Muba Sumsel memanfaatkan limbah batok kelapa menjadi cairan pembeku getah karet untuk para petani.

oleh Nefri Inge diperbarui 03 Apr 2018, 07:32 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2018, 07:32 WIB
Kreatifitas Warga Muba Olah Limbah Kelapa Jadi Cairan Pembeku Karet
Asap Cair Cap Ayam Jago merupakan olahan limbah batok kelapa yang diproduksi warga Kabupaten Muba Sumsel (Liputan6.com / Nefri Inge)

Liputan6.com, Palembang - Limbah batok kelapa yang sering dibuang dan menumpuk di tempat pembuangan sampah, diubah warga Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi barang yang bernilai jual tinggi di pasaran.

Warga Desa Nusa Serasan, Kecamatan Sungai Lilin, Kabupaten Muba Sumsel, yang tergabung dalam Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) dan kelompok Usaha Ekonomi Masyarakat (UEM) Karya Utama, memanfaatkan limbah batok kelapa menjadi cairan pembeku karet.

Proses pengolahan menjadi cairan pembeku karet dimulai saat penyulingan asap batok kelapa yang dibakar di dalam tungku. Asap limbah kelapa ini disalurkan ke pipa yang dialiri air dingin, sehingga menghasilkan proses pengembunan.

Tetesan embun tersebut dikumpulkan dan diendapkan selama 21 hari. Hasil endapan tetesan embun tersebut menghasilkan asap cair yang masuk kategori Grade-3. Asap cair ini bisa digunakan untuk pembekuan getah karet.

Menurut Akhmad Fajari, Direktur BUMDes dan kelompok Usaha Ekonomi Masyarakat (UEM) Karya Utama Kabupaten Muba Sumsel, kapasitas produksi asap cair Grade-3 berlabel Ayam Jago ini, bisa mencapai 2.000 liter per bulan.

Dalam sebulan, mereka menggunakan sekitar 40 kilogram limbah batok kelapa. Asap cair ini dikemas dalam botol berisi 1 liter dan 500 mililiter, yang dijual dengan harga Rp 18.000 per botol.

"Bahan pembeku getah karet tersebut cukup membantu para petani kebun karet di Kabupaten Muba Sumsel. Usaha ini sangat membantu para warga untuk meningkatkan perekonomiannya," ujarnya kepada Liputan6.com, Senin (2/4/2018).

Bersama lima orang warga Desa Nusa Serasan, mereka menargetkan peningkatan produksi hingga puluhan ribu liter per bulannya. Mereka juga memproduksi asap cair Grade-2 dan Grade-1, yang bisa digunakan sebagai pengawet makanan, olahan kosmetik, dan sejenisnya.

Untuk meningkatkan produktivitas olahan limbah sampah ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muba membantu dengan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan Dana Desa 2017 sekitar Rp 134 Juta.

 

 

 

Promosi ke Malaysia

Kreativitas Warga Muba Olah Limbah Kelapa Jadi Cairan Pembeku Karet
Limbah batok kelapa di Kabupaten Muba Sumsel dibakar dan asapnya disuling menjadi asap cair pembeku getah karet (Liputan6.com / Nefri Inge)

"Kita juga dapat bantuan permodalan dari Kementrian Pedesaan, Pembangunan Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) sebesar Rp 50 Juta," katanya.

Selain Asap Cair Cap Ayam Jago, warga Kabupaten Muba Sumsel juga rutin memproduksi olahan makanan lainnya yang cukup menarik minat pasar. Seperti makanan ringan Stik Singkong (Stikong), Keripik Singkong Anggun, Keripik Pisang Getas, serta Sambal Salai Ikan Patin dan Gabus.

Lima olahan limbah kelapa dan makanan ini ternyata lolos seleksi Kemendes dan PDTT RI dan Kedubes RI di Mayalsia untuk dipromosikan di Kuala Lumpur. Produk olahan Kabupaten Muba ini mewakili Sumsel dalam ajang Indonesia Archipelago Exhibition 2018 awal April 2018 ini.

Direktur Pengembangan Usaha Ekonomi Desa Kemendes PDTT Nugroho, mengatakan ajang ini menjadi wadah promosi produk unggulan desa di seluruh Indonesia untuk bisa menembus pasar internasional.

"Ini upaya pemerintah untuk mendorong pelaku bisnis daerah dan BUMDes,agar lebih berkreasi dan meningkatkan produktivitasnya. Kita harapkan setiap desa di Indonesia bisa menggali potensi yang ada di desa dan bisa menjadi mandiri," katanya.

 

Tingkatkan PAD Desa

Kreatifitas Warga Muba Olah Limbah Kelapa Jadi Cairan Pembeku Karet
Warga Kabupaten Muba Sumsel memproduksi makanan ringan yang dipamerkan ke Malaysia (Liputan6.com / Nefri Inge)

Pelaksana tugas (Plt) Bupati Kabupaten Muba Beni Hernedi mengungkapkan, kreativitas warga Kabupaten Muba Sumsel, akan mendorong kemandirian dan tidak tergantung APBD atau Dana Desa dari pusat.

"Seperti asap cair ini merupakan hasil produksi yang sangat inovatif dan ramah lingkungan. Produk asli Kabupaten Muba ini diharapkan bisa menyedot minat konsumen dari Malaysia," katanya.

Usaha mandiri ini juga, diakui Beni Hernedi, bisa menjadi solusi pengurangan angka pengangguran di Kabupaten Muba Sumsel. Serta bisa berkontribusi besar terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Desa.

Menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) Kabupaten Muba, Habiburrahman, mereka akan melakukan langkah strategis untuk penguatan lembaga, termasuk BUMDes Karya Utama.

"Kami terus mengembangkan Bumdes, yaitu Internal Capacity Building, Development of Bumdesa Holding, Bussines Scalling Up, The Next level of Business and Exit Strategy menuju BUMDes mandiri," dia menandaskan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya