Liputan6.com, Yogyakarta - Juru kunci Merapi, Mas Kliwon Suraksohargo Asihono atau Mas Asih, bersama dengan warga lereng Merapi menggelar doa bersama di Masjid Al Amin hunian tetap (huntap) Karang Kendal, Dusun Pelemsari, Desa Umbulharjo, Kecamatan, Cangkringan, Sleman, Kamis (24/5/2018) malam.
Kegiatan yang dilakukan setelah salat tarawih ini merespons kondisi Merapi saat ini yang berstatus waspada.
"Doa untuk meminta kepada Tuhan ketika Merapi sedang mengadakan 'kegiatannya' di lereng Merapi, penghuninya tetap selamat," ujar Ramijo, Kepala Dusun Pelemsari.
Advertisement
Ia bercerita selama Merapi berstatus waspada, warga juga ikut waspada, akan tetapi tidak panik. Menurut Ramijo, yang terpenting saat ini warga menyiapkan mental dan fisik.
Baca Juga
Ia juga menegaskan erupsi 2010 menjadi pelajaran bagi warga lereng Merapi. Kewaspadaan mereka muncul ketika mendengar suara deru mesin yang mirip suara gunung.
"Warga mendengar dan mengamati tanda-tanda alam, apalagi kalau ada suara dari arah utara," tuturnya.
Dia menyebutkan, sampai sejauh ini warga dusun yang berjumlah 83 KK belum disuruh mengungsi. Wilayah ini termasuk kawasan rawan bencana (KRB) II yang berjarak sembilan kilometer dari puncak Merapi.
Usaha Lahir dan Batin
Juru kunci Merapi, Mas Asih, menuturkan, warga melakukan doa bersama atau mujahadah sebagai bentuk usaha sebagai umat Tuhan. Ia menilai ada dua macam usaha yang bisa dilakukan, yakni usaha secara lahir dan batin.
"Kalau ada apa-apa ya menjauhi Merapi, itu sebagai usaha lahiriah," ucapnya.
Sedangkan, usaha batiniah lewat permohonan atau doa kepada Sang Pencipta. Selain meminta keselamatan dunia akhirat, warga juga memohon ketenteraman hidup.
"Mudah-mudahan Allah menjauhi dari malapetaka," kata Mas Asih.
Ia menilai warga Merapi saat ini sudah tanggap dengan bencana. Mereka lebih peka dan sigap membaca tanda alam. Ketika merasakan hal yang tidak nyaman atau tidak mengenakkan di hati, secara spontan mereka melakukan evakuasi mandiri.
Advertisement