Liputan6.com, Sukabumi - Berwisata dengan orang yang tersayang bisa jadi obat lelah setelah melewati rutinitas harian. Seperti yang dilakukan sekelompok pemuda asal Perumahan Alinda, Bekasi, Jawa Barat. Mereka memutuskan berangkat menuju lokasi wisata Situgunung di Sukabumi, Jawa Barat, pada Senin, 1 Oktober 2018, dini hari dengan menggunakan sepeda motor.
Lima jam perjalanan dari Bekasi dibayar tuntas dengan pemandangan di lokasi. Saat itu sekitar pukul 07.00 WIB. Udara pagi di jembatan Situgunung seolah membasuh lelah dan membangun semangat. Jembatan Situgunung sendiri masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
Tidak jauh dari pintu masuk lokasi wisata Situgunung, para wisatawan disambut pengelola di pendopo atau saung dengan kopi pagi dan makanan ringan. Lokasinya sekitar 200 meter dari pintu masuk. Untuk makan dan minum di saung, wisatawan sudah tidak lagi dikenakan biaya.
Advertisement
Usai menikmati minuman dan santapan ringan, wisatawan bisa menuju ke jembatan. Di sana para pengunjung biasanya berswafoto sambil menikmati keaslian alam Sukabumi. Kabut pagi pun menambah sejuk suasana.
Jembatan gantung Situgunung sendiri membentang dengan panjang sekitar 250 meter, ketinggian 150 meter, dan lebar 2 meter. Keberadaan jembatan ini memungkinkan wisatawan menghemat waktu treking dari sekitar 1 jam menempuh jalan sejauh 45 kilometer dari Situgunung menuju Curug Sawer, menjadi hanya 10 menit saja.
Apalagi jembatan gantung ini menawarkan panorama pemandangan alam yang masih sangat alami, hutan tertutup, udara yang sejuk, dan air yang masih jernih.
Biaya masuk sebesar Rp 51.000 pun terbilang murah dikenakan pada setiap pengunjung.
"Dari atas jembatan kita bisa lihat landscape Kota Sukabumi. Asli segar, enggak terasa jalan dari Bekasi. Kaya di tengah hutan," kata Andri Cahya Pratama, salah satu pemuda Bekasi tadi bercerita kepada Liputan6.com.
Dari jembatan Situgunung, Curug Sawer jadi lokasi wisata selanjutnya.
Curug Sawer
Konon diberikan nama Curug Sawer lantaran banyak daun berguguran di sekitar curug. Gugurnya daun tersebut seolah tidak pernah berhenti dan diidentikkan dengan sawer.
Taufik Nugroho (24), salah satu pengunjung, pun mengamini cerita tersebut. Menurut dia, sejak datang sampai akan meninggalkan lokasi curug, guguran daun di sekitar curug tak berhenti. Sinar matahari pun seolah setia mengawal gugurnya daun. Peristiwa itu juga diabadikannya lewat kamera telepon.
"Setiap saya ke sini dan tanya sama orang atau warga sekitar kebanyakan bilang begitu. Seperti orang menyawer aja," ujar dia.
Suara gemercik air curug juga menjadi bagian yang dia senangi. Panorama pemandangan alam yang masih sangat alami, hutan tertutup, udara yang sejuk, dan air yang masih jernih jadi penenang hati. Berulang kali ucapan rasa syukur terlontar dari Taufik.
Menurut dia, keaslian alam juga menjadi spot jagoan untuk berswafoto. Lebih jauh dia pun berharap bagi para wisatawan lainnya mau menjaga kearifan lokal dan keindahan curug.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement