Kabut Asap Masih Selimuti Palembang, Ini Kata BPBD Sumsel

Setidaknya ada 50 titik panas di Sumatera Selatan yang terpantau dan berdampak kabut asap makin tebal.

diperbarui 04 Okt 2018, 15:00 WIB
Diterbitkan 04 Okt 2018, 15:00 WIB
Kabut asap di Palembang
Kabut asap di Palembang (Liputan6.com/ Nefri Inge)

Palembang - Penghentian pemadaman kebakaran hutan dan lahan sejak 30 September 2018 berdampak pada meningkatnya kabut asap di Kota Palembang. Di Sumatera Selatan sendiri setidaknya ada 50 titik panas yang terpantau dan berdampak kabut asap yang makin tebal sejak Rabu, 3 Oktober 2018.

Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengakui hal tersebut. Menurut dia, sejak beberapa hari terakhir, titik panas selalu meningkat karena sumber air yang mengering. Akses menuju titik api juga sulit. Ditambah lagi adanya penghentian operasi udara atau waterboombing karena akan dievaluasi BNBP.

"Titik panas ini tersebar di Kabupaten Ogan Ilir, OKI, Banyuasin, Muba, Muara Enim, OKU, OKU Selatan, dan Musirawas," kata Ansori kepada Jawapos.com, Kamis (4/10/2018).

Berdasarkan evaluasi BNBP, operasional helikopter untuk penanganan karhutla hanya sebatas 300 jam. Artinya, helikopter yang waktu terbangnya telah mencapai batasan tersebut harus diistirahatkan.

Di lain pihak, bagi helikopter yang belum mencapai batas operasional, maka dapat melanjutkan proses pemadaman. Hal ini berbeda dengan Kalimantan Selatan yang operasi helikopternya tetap berjalan.

"Saat ini ada 10 helikopter untuk waterboombing, enam di antaranya belum mencapai batasan waktu. Artinya masih dapat digunakan untuk Sumsel, sedangkan empat pesawat lagi di-standby-kan di BPBD," ungkap Ansori.

Terkait dampak kabut asap, Ansori menyebutkan bukan hanya berasal dari karhutla, melainkan dari asap akumulasi keseluruhan atau radiasi. "Jadi, bukan dampak karhutla," ucapnya.

Sementara itu, Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Kenten Palembang Nandang Pangaribowo menjelaskan, udara kabur atau haze merupakan kabut radiasi akibat campuran debu, asap kendaraan bermotor, asap limbah rumah tangga, dan asap karhutla.

Asap tersebut terakumulasi bercampur naik hingga udara atas. Biasanya, asap turun pada malam hari hingga dini hari. Terlebih lagi sejak 10 hari terakhir, Palembang dan sekitar belum mendapatkan curah hujan di atas 50 mm, sehingga proses akumulasi asap gampang terjadi.

Baca juga berita menarik Jawapos.com lainnya di sini.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya