Pulau Tikus Pelan-Pelan Tenggelam, Ayo Kita Selamatkan

Ada dua cara untuk menyelamatkan Pulau Tikus dari acaman tenggelam dan abrasi, yaitu melalui reklamasi serta membangun benteng perlindungan alami dari tanaman bakau.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2018, 18:03 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2018, 18:03 WIB
Pulau Tikus, Destinasi Snorkling di Pojok Bengkulu
Dari bentuknya, pulau ini berukuran tidak terlalu besar, tidak lebih dari 2 hektar dan didominasi oleh karang laut.

Liputan6.com, Bengkulu - Pemanasan global yang memicu lumernya es kutub dan pemuaian air laut telah menaikkan muka air laut sekitar tiga milimeter per tahun. Dampaknya meluas ke seluruh dunia. Di Indonesia, antara lain berakibat mempercepat penenggelaman Pulau Tikus di Kota Bengkulu.

Pakar Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Zamdial Ta'alidin mengatakan, dalam kurun waktu lima tahun abrasi telah menenggelamkan 1,4 hektare daratan di pulau tersebut.

"Tahun 2013, luas daratannya masih mencapai dua hektare. Pada 2015, luasnya mengecil menjadi 0,8 hektare. Sedangkan saat ini 2018, daratan yang tersisa di Pulau Tikus hanya 0,6 hektare," kata Zamdial di Bengkulu, Senin (5/11/2018), dilansir Antara.

Dia menuturkan, bahwa dengan adanya pemanasan global, maka Pulau Tikus di Bengkulu sangat rentan dari ancaman tenggelam dan hilang karena abrasi.

Pulau Tikus yang ditopang gugusan terumbu karang seluas 250 hektare merupakan pulau kecil tak berpenghuni yang mulai dilirik untuk wisata bahari. Jarak pelayaran dari Kota Bengkulu menuju Pulau Tikus berkisar 30 menit menggunakan perahu wisata.

"Apabila tidak ada upaya penyelamatan maka Pulau Tikus akan tenggelam dalam beberapa dekade ke depan," tuturnya.

Menurut dia, pemerintah harus membuat skala prioritas guna mencegah tenggelamnya pulau yang memiliki sejarah panjang bagi populasi masyarakat dan perkembangan perekonomian di Kota Bengkulu tersebut.

"Ada dua cara untuk menyelamatkan Pulau Tikus dari ancaman tenggelam dan abrasi, yaitu melalui reklamasi serta membangun benteng perlindungan alami dari tanaman bakau," ujar Zamdial.

Dia menambahkan, apabila pemerintah hanya mengupayakan reklamasi tanpa memperbanyak populasi tanaman bakau, maka program reklamasi itu akan sia-sia karena kuatnya arus Samudera Hindia pemicu abrasi.

"Reklamasi dan membangun tanggul butuh biaya besar. Peningkatan populasi bakau dan terumbu karang menjadi cara ampuh yang murah dan ramah lingkungan untuk menyelamatkan Pulau Tikus dari ancaman tenggelam dan abrasi," imbuhnya.

Saksikan video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya