Menguji Kesaktian Sabut Kelapa di Pantai Selatan Cilacap

Tak hanya efektif menanggulangi abrasi, tanggul sabut kelapa diklaim mampu mengembalikan permukaan pasir pantai ke kondisi semula

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 16 Nov 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2018, 12:00 WIB
Pemasangan tanggul sabut kelapa di pantai Kemiren, awal Oktober 2018. (Liputan6.com/BPBD CLP/Muhamad Ridlo)
Pemasangan tanggul sabut kelapa di pantai Kemiren, awal Oktober 2018. (Liputan6.com/BPBD CLP/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Ombak pantai selatan Jawa dikenal ganas lantaran langsung berhadapan dengan Samudera Hindia. Abrasi pantai selalu menjadi masalah klasik, dari masa ke masa.

Beragam cara dilakukan untuk mengatasi abrasi. Mulai dari pembangunan talut, pemasangan bronjong, dam pemecah ombak, hingga menumpuk batu koral berukuran besar di garis pantai.

Selama beberapa waktu, kelihatannya cara itu cukup berhasil, hingga ketika malapetaka berupa amukan gelombang tinggi menerjang pantai selatan Jawa. Garis pantai Cilacap pun tak luput dari bencana ini, pantai yang tadinya landai, mendadak berubah curam.

Talut dan cor yang digadang-gadang mampu menahan gelombang justru runtuh lantaran pondasinya turut hanyut saat gelombang pantai surut. Pantai yang tadinya menjadi area parkir perahu-perahu nelayan jadi curam. Pun dengan pantai wisata yang kini justru nampak mengerikan.

Padahal, untuk membangun dam, talut maupun tumpukan batu koral mestinya berbiaya tinggi. Diperlukan sebuah inovasi untuk menanggulangi abrasi yang bertambah tahun semakin parah.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cilacap, Jawa Tengah berinovasi untuk menanggulangi abrasi pantai dengan cara ramah lingkungan. Caranya, dengan memasang sabut kelapa sebagai tanggul.

Kepala Pelaksana Harian BPBD Cilacap, Tri Komara Sidhy mengatakan selain berfungsi sebagai penahan abrasi, sabut kelapa itu diklaim juga mampu menahan pasir yang terdorong dari luar garis pantai.

Dengan demikian, hamparan pasir di bagian luar tanggul yang berhadapan dengan pantai lepas bakal akan landai dan secara teori bisa mengembalikan pantai seperti sediakala.

“Ini inovasi baru memang, sabut kelapa yang dianyam. Jauh lebih murah,” ucapnya, Rabu, 14 November 2018.

Komara mengakui, pemasangan tanggul sabut kelapa penahan abrasi pantai ini masih dalam taraf uji coba. Pemasangan sabut kelapa dilakukan sebulan lampau pada dasarian pertama Oktober 2018.

Sabut Kelapa Diklaim Mampu Mengembalikan Kelandaian Pantai

Perkembangan kenaikan permukaan pasir di garis pantai bagian luar setelah sebulan aplikasi tanggul penahan abrasi yang terbuat sabut kelapa. (Liputan6.com/BPBD CLP/Muhamad Ridlo)
Perkembangan kenaikan permukaan pasir di garis pantai bagian luar setelah sebulan aplikasi tanggul penahan abrasi yang terbuat sabut kelapa. (Liputan6.com/BPBD CLP/Muhamad Ridlo)

Perkembangannya, dalam jangka sebulan ada penambahan volume pasir yang tertahan di tanggul sabut kelapa dan di bagian luar yang berhadapan dengan garis pantai. Sebelumnya, antara titik tertinggi tanggul sabut kelapa dengan garis pantai berjarak kurang lebih satu meter.

Dalam jangka sebulan, permukaan pasir pantai naik secara signifikan. Diyakini, tanggul sabut kelapa ini secara bertahap akan mengembalikan kelandaian pantai seperti sebelum diterjang gelombang pasang.

“Perkembangannya cukup bagus,” dia mengklaim.

Cara pemasangannya pun cukup mudah. Sabut kelapa dibuat semacam anyaman mirip keset. Lantas, anyaman ini dibentuk lembaran karung dan diisi dengan pasir sebagai tanggul penahan abrasi.

Tanggul kemudian diperkuat dengan cerucuk bambu yang juga ramah lingkungan.

“Kalau dulu kan istilahnya webbing cut. Ini serabut kelapa yang berongga. Kalau yang ini, sabut kelapa yang dianyam, seperti alas kaki atau keset itu,” dia menjelaskan.

Meski dibuat dengan bahan organik, kekuatan sabut kelapa diklaim tak kalah dari talut atau tanggul yang terbuat dari pasangan batu dan semen. Bahkan, talut semen justru terbukti tak mampu menahan abrasi lantaran turut ambrol saat diterjang bencana gelombang tinggi.

“Karung, diisi pasir, kemudian dibuat tebing atau talud. Kekuatannya tidak kalah dengan batu belah,” ujarnya.

Saat ini BPBD tengah menguji coba tanggul sabut kelapa di Pantai Kemiren Kelurahan Tegalkamulyan, Cilacap yang sebelumnya mengalami abrasi parah akibat dampak gelombang pasang. Panjang tanggulnya 50 meter.

Dia masih menunggu hasil evaluasi selama beberapa bulan mendatang, utamanya saat kembali terjadi gelombang tinggi.

Jika terbukti efektif, maka penanganan abrasi dengan sabut kelapa ini ini akan diterapkan secara luas di pantai Cilacap yang mengalami abrasi parah lantaran gelombang tinggi pada awal hingga semester kedua tahun 2018.

Sebelumnya, inovasi juga dilakukan oleh BPBD Cilacap dengan memasang jaring sabut kelapa atau webbing cut penahan longsor. Meski sama-sama berbahan sabut kelapa, tetapi desain anyamannya berbeda. Anyaman Webbing Cut lebih lebar untuk memberi ruang tumbuhnya pepohonan.

“Kita dibantu oleh Pertamina untuk penyediaan anyaman sabut kelapanya,” dia menerangkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya