Kisah Kekuatan Gadis Cilik Andini Merawat Dua Bayi di Dusun Telayap

Dengan sabar dan telaten, Andini menjaga dua adiknya. Mereka bertiga tinggal di sebuah rumah papan sederhana yang hanya menyisakan dua pintu dan satu jendela.

diperbarui 11 Jan 2019, 08:03 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2019, 08:03 WIB
Andini dan Dua Adik Perempuannya
Andini, 14 tahun, menyusui adik perempuannya berusia 4 bulan dengan susu formula

Pekanbaru - Andini, gadis kecil 14 tahun itu, duduk di depan pintu rumah papan sederhana. Tubuh mungilnya menopang bayi berusia 4 bulan bernama Siaratul Jannah, sambil memberikan susu formula.

Di samping kirinya, bayi perempuan berusia 1 tahun 8 bulan bernama Purwanti menangis meminta susu. Panas terik membuat suara bayi tersebut semakin keras, seakan-akan mengundang tetangga untuk datang menghampirinya.

Dengan sabar dan telaten, Andini menjaga dua adiknya. Mereka bertiga tinggal di sebuah rumah papan sederhana yang hanya menyisakan dua pintu dan satu jendela.

Andini tak tergoda ajakan bermain teman seusianya. Ia tetap memilih menjaga kedua adiknya.

Gadis berhijab itu menanggung beban berat, lebih berat dari usianya saat ini, 14 tahun. Andini menjadi ibu, sekaligus bapak bagi kedua adiknya.

Status itu ia sandang usai sepekan silam, tujuh hari lalu, ia dan kedua adiknya ditinggal pergi ibunya menghadap sang khalik. Ibunda tercinta, Ijaz, tutup usia dalam usia 40 tahun, setelah mencoba melawan sakitnya Tubercolosis (TBC) akut. Sementara bapak anak-anak malang itu pergi, entah ke mana.

Mereka tinggal di Dusun Telayap, Desa Pangkalan Tampoi, Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Riau. Tanpa orangtua, tanpa pengawasan dan kasih sayang. Andini-lah yang kini menjadi pembimbing dan pemberi kasih sayang untuk adik-adiknya nan malang.

Ekonomi semakin terhimpit, ditambah waktu luang semakin sempit, gadis kecil itu terpaksa melepas seragam sekolah. Saat ia duduk di kelas VII SMP setempat.

Tetap Tersenyum

Rumah Papan Kayu Tempat Tinggal Andini
Di sinilah Andini hidup bersama dua adik perempuannya berusia 1 tahun 8 bulan dan 4 bulan.

Andini tetap tersenyum, meski di balik matanya ada duka mendalam. Pancaran wajahnya tak lagi gembira, dan lebih banyak diam. Namun, kedua adiknya menjadi pelipur lara.

Dedi Azwandi, pegiat sosial setempat, tak kuasa menahan lara ketika menceritakan kondisi Andini. Dengan suara terbata-bata, ia mengaku telah berusaha mengajak ketiga anak perempuan itu ke Kota Pangkalan Kerinci, ibu kota Pelalawan. Jarak rumah Andini dan Pangkalan Kerinci ditempuh selama 4 jam perjalanan.

"Andini bilang terlalu banyak kenangan di rumah itu untuk ditinggalkan," kata Dedi kepada RIAUONLINE.CO.ID, Kamis, 10 Januari 2019.

Dedi, juga Wakil Ketua Yayasan Mualaf Center Riau, mengatakan di Pangkalan Kerinci nantinya, Andini akan diasuh oleh keluarga yang siap menjaga mereka.

Saat ini, tutur Dedi, sejumlah pihak telah menyalurkan bantuan kepada keluarga itu. Andini juga dijamin sekolah oleh Badan Amil Zakat Sedekah Nasional (Baznas) hingga mencicipi pendidikan tinggi.

Namun, Andini lagi-lagi belum bersedia meninggalkan rumah peninggalanya ibunya. "Dia semangat sekolahnya, tapi lebih memilih menjaga adiknya. Kita sedang berusaha mencari solusi terbaik dan membujuk Andini agar bersedia pindah," ujarnya.

Selain itu, Dedi juga berharap ada bantuan dari para tangan dermawan untuk membantu Andini dan adik-adiknya. Hanya bantuan itu yang dapat meringankan duka gadis Andini dan kedua adiknya.

Baca juga berita RIAUONLINE.CO.ID lainnya di sini. 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya