Liputan6.com, Jayapura - "Woy Nay (kawan, sahabat), bagaimana ini?" teriak Pater (Pastor) Johanes Jonga, Pr saat berkunjung ke kamar nomor 6 di Rumah Sakit Carolus Jakarta yang dihuni oleh Pater Neles Tebay Pr. Teriakan khas ini pun disambut tangisan Pater Neles Tebay dipelukan Pater Jonga.
"Firasat saya saat itu sudah tra (tidak) baik ini. Karena Pater Neles tidak seperti ini jika dalam keadaan sakit. Saya berpikir, jika seseorang sedang sakit dan menangis, firasat saya sudah buruk," kata Pater Jonga, kepada Liputan6.com, Minggu (14/4/2019).
Ibarat dua mata uang, sosok Pater Neles dan Pater Jonga tak bisa dipisahkan. Kedua Imam berordo Praja ini selalu lantang menyuarakan masalah Papua, soal ketidakadilan, HAM hingga kehidupan sosial ekonomi masyarakat asli Papua. Pater Jonga menyebutkan hari ini adalah tepat satu minggu, ia terakhir bertemu dengan Pater Neles.
Advertisement
Baca Juga
Pekan lalu, selama tiga hari berturut-turut, mulai dari Jumat–Minggu, Pater Jonga selalu menemani Pater Neles di rumah sakit.
"Kebetulan saya sedang di Jakarta saat itu. Setiap hari selama tiga hari itu, saya temani dia dari pagi hingga malam dan selalu ajak dia bercerita. Dia sangat senang, tapi saya lihat juga dia seperti orang kecapean," katanya.
Bahkan Pater Jonga memberikan tawaran kepada Pater Neles untuk berobat bedua bersama ke luar negeri, atas sakit yang dideritanya.
"Nay, kita berobat ke Malaysia kah atau Singapura?" ucap Pater Jonga.
Tapi, ajakan itu hanya ditanggapi datar oleh Pater Neles.
"Tidak usah Nay. Ini resiko. Apalagi saya sudah tidak bisa jalan, tidak bisa duduk, biar sudah," kata Pater Jonga menirukan ucapan Pater Neles.
Pater Jonga mengaku marah, saat ada kata resiko yang diucapkan oleh Pater Neles. Ajakan Pater Jonga tak terhenti sampai disitu, hari kedua hingga ketiga pun terus ditawarkan untuk pengobatan ke luar negeri, tapi Pater Neles tetap tidak mau. Tiba saatnya, Pater Jonga untuk berpamitan dengan Pater Neles, karena Pater Jonga harus kembali ke Papua dengan penerbangan Minggu malam. Kala itu, Pater Neles langsung angkat jempol seperti biasanya.
"Perpisahan malam itu pun adalah pertemuan kami terakhir," kata Pater Jonga.
 Simak video pilihan berikut:
Pemersatu Papua dan PR Pemerintah
Sosok Pater Neles Tebay dikenal selalu ceria dan pendengar yang baik bagi semua orang, kini telah tiada. Imam praja yang dikenal setia, sabar dan sederhana, lahir di Moanemani, Kabupaten Dogiyai, 13 Februari 1964.
Neles Tebay juga dikenal sebagai pencetus gagasan dialog Jakarta-Papua yang didengungkan sejak 2010. Gagasan dialog ini terus didengungkan sampai hari ini. Pada dasarnya ide dialog Jakarta-Papua harus dilakukan untuk mencari tau akar masalah yang terjadi di Papua.
Tahun 2017, Pater Neles sempat dipanggil oleh Presiden Joko Widodo, untuk memfasilitasi dan menunjuk tokoh siapa saja yang bisa diajak dalam dialog itu.
"Tapi sampai hari ini, dialog ini juga belum terwujud. Indonesia telah kehilangan sosok pemersatu bangsa. Sebenarnya ini juga kegagalan pemerintah Indonesia dalam melaksanakan gagasan luar biasa untuk dialog Jakarta-Papua," jelas Pater Jonga.
Kini, dua tokoh penting untuk dialog Jakarta-Papua sudah tiada. Pertama untuk tokoh Jakarta, telah kehilangan Muridan S. Widjojo yang telah meninggal dunia pada 2014. Kemudian, Pater Neles Tebay, sebagai tokoh Papua dalam ide dialog Jakarta-Papua telah meninggal, Minggu (14/4/2019), sekitar pukul 12.15 WIT di Rumah Sakit Carolus Jakarta.
Pater Neles sebagai tokoh spiritual di Papua dan seorang dosen ahli yang melahirkan banyak pemimpin gereje katolik di Papua dikenal bukan hanya saja sebagai Imam Katolik, tetapi juga dikenal sebagai seseorang yang memiliki sifat rendah hati, serta selalu menerima semua pikiran dan kritikan orang lain. Bukan hanya itu saja, Pater Neles Tebay juga dikenal sebagai penulis hebat.
Pernah sebagai penulis di surat kabar Kompas, Suara Pembaruan, The Jakarta Post, dan Tifa Papua. Pater yang dikenal humoris ini pun banyak menulis buku. Jurnalis Senior, Nethy Dharma Somba mengenal pater Neles sebagai seorang sahabat, guru, dan kakak yang baik.
"Kami biasa bertukar pikiran bersama. Kadang lewat telepon, kadang juga kami baku janji untuk bertemu, sekedar cerita lepas atau cerita hal yang lebih serius. Saya banyak belajar dari beliau. Selamat jalan, Pater," ujar Nethy yang mengenal sosok Pater Neles sejak 2001.
Jenazah Pater Neles Senin (15/4/2019), tiba di Jayapura dan rencananya diantar oleh Wakil Uskup Jakarta dan akan diinapkan dua malam di Sekolah Tinggi Fajar Timur Padangbulan, sebelum dimakamkan di Timika, atas kesepakatan keluarga besar Pater Neles.
Advertisement