Jogja Menyapa, Cara Istimewa Pemerintah Yogyakarta Menyambut Mahasiswa Baru

Jogja Menyapa digelar pertama kali oleh Panidya Kaistimewaan di UGM. Jogja Menyapa mengajarkan budaya yang ada di Yogya kepada mahasiswa baru.

oleh Yanuar H diperbarui 20 Agu 2019, 09:00 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2019, 09:00 WIB
Jogja Menyapa Cara Jogja Menyambut Mahasiswa Baru
Jogja Menyapa digelar pertama kali oleh Panidya Kaistimewaan di UGM. Jogja Menyapa mengajarkan budaya yang ada di Yogya kepada mahasiswa baru.

Liputan6.com, Yogyakarta - Mahasiswa baru yang belajar di Kota Yogyakarta mendapat sambutan dari Pemerintah Daerah DIY melalui Paniradya Kaistimewan, lembaga mengurusi soal keistimewaan, dengan Jogja Menyapa.

Pejabat Paniradya Kaistimewan atau Paniradya Pati DIY Beni Suharsono mengatakan lewat Jogja Menyapa mahasiswa baru yang datang ke Yogyakarta akan dikenalkan budaya Yogyakarta sehingga tidak gagap budaya.

"Mahasiswa baru tinggal hidup dan berinteraksi dengan budaya Jawa tanpa harus menjadi orang Jawa. Namun tetap membawa unsur dan identitas budayanya sendiri untuk saling melengkapi dan membaur di dalam kerangka kehidupan bermasyarakat," katanya di Kepatihan Senin (19/8/2019).

Beni mengatakan kehadiran mahasiswa yang datang ke Yogya tidak terpisahkan dengan budaya Yogya. Sehingga sebagai tuan rumah maka perlu untuk mengenalkan adat sopan santun dan aturan saat tinggal di Yogya.

"Ada seorang anak yang bertanya naik motor dia masih pakai kacamata, motornya tidak dimatikan saat bertanya nah nanti kita dunungke, ngaruhke agar tidak ada yang tersinggung,"katanya.

Tema Jogja Menyapa : Ngaruhke, Ngarahke - Tepung, Dunung, Srawung, ini akan digelar pada 20 Agustus 2019, pada pukul 16:00 WIB - 20:00 WIB, di Fakultas Ilmu Budaya UGM Yogyakarta.

Beni mengatakan Ngaruhke maksudnya menerima, menyambut, atau sapaan selamat datang. Sementara, Ngarahke maksudnya mengarahkan atau menunjukkan berbagai hal tentang DIY, sehingga antara warga baru dan tuan rumah dapat saling mengenal dan memahami.

"Harapannya para warga baru, bisa Tepung (paham dan mengerti), Dunung (mengenal lebih dekat), dan Srawung (menjalin hubungan lebih dekat dan akrab)," katanya.

Menurut Beni acara ini merupakan gagasan awal yang nantinya dapat membuat mahasiswa baru betah belajar dan tinggal di Yogyakarta. Acara ini nantinya juga akan dihadiri oleh Wakil Gubernur DIY PA X.

"Gagasan ini kami buka agar bisa srawung dan krasan sehingga jadi daya tarik di daerah lainnya," katanya.

Beni menjelaskan kegiatan hasil kerjasama antara Paniradya Kaistimewan, Bank Pembangunan Daerah DIY, dan Fakultas Ilmu Budaya UGM ini, akan terdiri dari beberapa rangkaian kegiatan antara lain, guyonan, gojekan, plesetan, dialog budaya, tarian tradisional dari beberapa daerah Indonesia Rampoe UGM, Tarian Sumba, Tarian Halmahera, penampilan Beksan Wanara dari Kraton Jogja, Semata Wayang, Traffix Jam, Keroncong Plesiran, Trio A Selososelo, serta Didi Kempot.

"Anggaran Danais hanya Rp50 juta lainnya dari BPD DIY. Kami belajar dari pengalaman asyik di tempatnya masing-masing melalui Jogja Menyapa," katanya.

Setelah UGM, Kampus Lain di Yogyakarta

Jogja Menyapa Cara Jogja Menyambut Mahasiswa Baru
Jogja Menyapa digelar pertama kali oleh Panidya Kaistimewaan di UGM. Jogja Menyapa mengajarkan budaya yang ada di Yogya kepada mahasiswa baru.

Beni mengatakan UGM yang menjadi tempat awal memulai program Jogja Menyapa. Nantinya program serupa juga akanmenyapa di beberapa kampus lainnya di Yogyakarta.

"Kami menyasar ke UGM tapi nanai akan bergeser ke tempat selanjutnya. Kami akan bergeser ke tempat kampus lain," katanya.

Meskipun lokasi kegiatan di UGM, namun acara ini terbuka untuk mahasiswa baru dari semua kampus di Jogja dan gratis. Lokasi pertama di UGM ini dapat menampung sekitar 1.500 mahasiswa baru.

"Ini gratis bagi mahasiswa baru di Yogya semua kampus. Monggo datang dengan registrasi di media Jogja Menyapa," katanya.

Beni menjelaskan acara ini digelar karena banyak mahasiswa baru yang dari awal sampai akhir kuliah tidakpernah keluar dari asrama daerahnya masing-masing. Padahal setelah tahun kedua mahasiswa ini dapat srawung dengan masyarakat.

"Entah nge-kos atau ngontrak di tengah masyarakat maka Srawung ini dapat terjadi, efek dominonya ke ekonomi masyrakat sekitar," katanya.

Sementara itu salah satu pengagas acara Anang Batas mengatakan jika ada mahasiswa baru yang ebrtindak tidak sesuai dengan adat Yogyakarta menurutnya tidak salah. Sebab, selama ini belum pernah ada mahasiswa baru diaruhke dan diarahke.

"Kalo ada mahasiswa baru datang ke Yogya yang tidak sopan menurut saya karena tidak tahu," katanya.

Anang mengatakan saat acara nanti lebih banyak ke dialog soal Yogya walaupun ada penampilan dari pengisi acara. Hal ini untuk menguatkan imbas dari acara ini.

"Di dalamnya ada dialog nanti dikemas tidak serius. Ya serius tapi santai,"katanya

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya