Liputan6.com, Jambi - Desa Muara Jambi yang berada di sekitar komplek percandian Muara Jambi di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, kaya akan budaya dan makanan tradisional. Salah satunya adalah makanan tradisional berbahan dasar beras pulut yang diberi nama ketan jando.
Nama makanan tradisional ini terbilang cukup unik karena dalam bahasa Melayu Jambi, jando berarti 'janda', atau sebutan untuk seorang perempuan yang ditinggal suaminya. Lantas, apakah ketan jando ini dimasak oleh seorang janda?
Menurut Roy dari Padmasana, sebuah kelompok yang konsen terhadap pelestarian sejarah dan budaya di Desa Muara Jambi, asal mula nama ketan jando karena warga menyebut ketan yang disajikan itu sangat sederhana seperti seorang janda yang hidup seorang diri di kampung.
Advertisement
Baca Juga
"Karena itulah disebut ketan jando, tidak banyak ragam jenisnya, atau hanya ketan dan cocolan sambal, yang masak bukan janda," kata Roy kepada Liputan6.com, Sabtu, 31 Agustus 2019.
Selain itu, nama ketan jando, kata Roy, mempunyai makna yang cukup dalam. Ketan jando bisa juga diartikan sama halnya seperti seorang janda yang selalu mengonsumsi makanan sederhana tanpa lauk yang mewah karena tidak ada suami yang mencarikan nafkah. Sama seperti halnya ketan jando yang disajikan dengan cocolan sambal teri di atas selembar daun pisang.
"Bisa dicicipi, rasanya juga sederhana, tapi tetap enak dan mengenyangkan," ujar Roy saat menawarkan sajian kudapan ketan jando itu dalam sebuah pertunjukan Baselang T'ngah Laman di Desa Muara Jambi.
Heri salah seorang warga Kota Jambi yang datang dalam sebuah pertunjukan kreasi karya seni itu sempat mencicipi ketan jando. Menurut dia, kudapan khas ini memiliki rasa yang sederhana dengan cocolan sambal ikan teri.
"Sajian makanan ketan jando memang rasanya sederhana betul, tapi tetap enak dan bikin kenyang," katanya.
Sementara itu, komposisi untuk pembuatan ketan jando ini cukup mudah, antara lain beras ketan. Kemudian cabai, tomat, garam, teri dan minyak sayur untuk sambalnya.
Sedangkan, untuk memasak ketan jando ini yang pertama beras ketan dicuci terlebih dahulu, dan kemudian dimasukan ke dalam panci penanak. Untuk mendapatkan hasil rasa yang enak dianjurkan menanak menggunakan tungku api.
Kemudian untuk pembuatan sambal teri sebagai cocolan ketan jando ini juga cukup mudah, atau sama seperti membuat sambal pada umumnya.
Â
Disajikan Saat Gotong Royong
Makanan ketan jando ini biasanya disajikan ketika ada proses Baselang Kayu Bakar, atau kegiatan gotong royong mencari kayu bakar oleh masyarakat di kampung. Gotong royong mencari kayu bakar ini adalah awal dari rangkaian menyongsong pesta pernikahan.
Masyarakat di Desa Muara Jambi memang sudah dikenal dengan sifat gotong royongnya, termasuk gotong royong membantu mencari kayu bakar yang akan digunakan memasak untuk pesta pernikahan. Saat gotong royong itulah, tuan rumah yang punya hajat akan menyediakan makanan ketan jando yang sederhana itu.
Biasanya makanan ketan jando ini, disajikan dengan paduan minuman air dari rebusan pohon spang. Ketan jando dan air spang, keduanya menjadi pemersatu masyarakat di Desa Muara Jambi saat ada kegiatan gotong-royong.
Namun, seiring berjalannya waktu dan untuk tetap melestarikan kuliner khas ini, ketan jando juga menjadi andalan untuk disajikan kepada wisatawan yang berkunjung ke Desa Wisata Muara Jambi. Keberadaan desa wisata tersebut, kian populer karena langsung berada di sekitar komplek percandian Muara Jambi, yang merupakan kompleks percandian terluas di Asia Tenggara.
Jadi untuk bisa menikmati ketan jando dan menjelajah keunikan budaya dan sejarah percandian Muara Jambu, wisatawan bisa berkunjung ke Desa Wisata Muara Jambi. Desa ini bisa tempuh perjalanan darat sekitar 40 menit dari Bandara Sultan Thaha Jambi.
"Sekarang tidak mesti saat ada acara gotong-royong, ketan jando juga disajikan kepada wisatawan yang menginap di home stay di Desa Muara Jambi," Roy memungkasi.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement