Liputan6.com, Malang - Umat Nasrani di seluruh penjuru dunia sedang merayakan Natal. Berbagai persiapan pun sudah dilakukan jauh hari sebelumnya. Misalnya mempercantik gereja dengan dekorasi. Salah satunya berupa pohon natal unik dengan beragam hiasannya dan penuh pesan sosial.
Seperti di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Kedungkandang, Kota Malang. Jemaat gereja ini membuat pohon natal unik memanfaatkan botol plastik bekas dan kantong plastik. Ada lima replika pohon natal berbahan limbah plastik tersebut.
Masing-masing kreasi pohon natal itu dibuat lima kelompok atau rayon jemaat gereja tersebut. Dua di antaranya diletakkan di depan gereja dan sisanya berada di dalam. Ditaksir seluruhnya membutuhkan seribu botol plastik dan plastik kantong belanja para jemaat.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
“Pembuatannya butuh waktu seminggu, dikerjakan bersama-sama jemaat di tiap rayon gereja,” kata juru bicara GKJW Jemaat Kedungkandang, Palupi Suciati di Malang, Selasa, 24 desember 2019.
Pohon natal berukuran lebih dari dua meter itu jauh lebih ekonomis dibanding yang berasal dari pohon cemara asli atau beli di toko. Karena memanfaatkan daur ulang limbah, biaya yang dikeluarkan hanya sekitar Rp200 ribu. Sedangkan cemara bisa sampai Rp2 juta-Rp4 juta.
“Kalau karya sendiri seperti ini bisa lebih hemat. Ini juga jadi ajang perlombaan kreatifitas di antara kami,” ucap Palupi.
Pohon natal unik berbahan botol bekas dan kantong plastik ini baru kali pertama dibuat oleh para jemaat GKJW Kedungkandang. Pada perayaan Natal tahun-tahun sebelumnya, biasanya mereka membeli dalam bentuk jadi.
Pesan Sosial dari Pohon Natal Unik
Pohon natal dari daur ulang limbah plastik ini juga menyesuaikan tema natal 2019 yang sudah ditentukan. Pada tahun ini tema yang diusung adalah ‘Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang’. Pemanfaatkan barang bekas ini sebagai bentuk peduli lingkungan.
“Generasi sekarang kan suka yang serba instan. Minuman botol, belanja pakai kantong plastik. Semua itu bahan yang sulit terurai di tanah,” kata Palupi.
Dengan memanfaatkan limbah tersebut, sekaligus jadi pesan agar sebisa mungkin menghindari turut mencemari lingkungan. Agar dalam jangka panjang, kerusakaan lingkungan tidak merugikan umat manusia.
“Manusia harus juga bersahabat dengan lingkungan. Ini yang ingin kami sampaikan,” tutur Palupi.
Pendeta Kukuh Kristiawan mengatakan, selama ini perayaan natal selalu diidentikkan dengan pohon cemara. Padahal tidak selalu harus ada pohon cemara yang ditebang untuk perayaan tersebut.
“Cemara itu kan hijau. Semangat hijau dan peduli lingkungan itu juga harus kita utamakan,” katanya.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement