Liputan6.com, Cilacap - Cilacap dikenal dengan wilayah pesisirnya yang rupawan dan juga diberkahi tanah nan subur. Warga menanam berbagai komoditas, termasuk yang kini sedang naik daun, bahan jamu yang diyakini meningkatkan daya tahan tubuh untuk menangkal virus Corona alias Covid-19.
Biasanya, pagi hari para petani atau pengepul kampung mulai membawa berbagai rempah ke pasar. Tentu saja, bahan jamu penangkal virus Corona itu masih segar lantaran baru dipanen dari kebun petani.
Saking melimpahnya, lonjakan harga empon-empon alias bahan jamu penangkal virus Corona atau Covid-19 yang terjadi di berbagai daerah tak terjadi di Cilacap. Bahkan, beberapa di antaranya justru turun.
Advertisement
Baca Juga
Seorang pedagang hasil pertanian di Pasar Karna, Sidareja, Cilacap, Suryati mengatakan beberapa komoditas yang turun tersebut, yakni jahe, kencur dan bawang putih. Penurunan harga disebabkan melimpahnya pasokan dari petani.
Harga jahe Emprit misalnya. Sebelumnya harga pembelian jahe dari petani mencapai Rp50 ribu per kilogram. Tetapi kini harga jahe hanya Rp35 ribu per kilogram.
“Dijualnya nanti Rp40 ribu sampai Rp45 ribu,” katanya, beberapa waktu lalu.
Penurun harga juga terjadi pada komoditas bawang putih. Sebelumnya, harga pembelian bawang puting mencapai Rp50 ribu per kilogram. Akan tetapi, kini harga bawang putih hanya Rp38 ribu per kilogram.
“Dijualnya ya Rp45 ribu. Untuk jenis Kating,” ujarnya.
Hal yang sama terjadi pada komoditas kencur. Komoditas kaya curcumin dan antioksidan yang diyakini bermanfaat untuk menangkal virus Corona alias Covid-19 ini sebelumnya mencapai Rp70 ribu per kilogram. Akan tetapi harga kencur kini turun drastis hanya Rp26 ribu per kilogram.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Meski Langka, Harga Kunyit Penangkal Corona Tetap Murah
Menurut Suryati, sebelumnya terjadi kelangkaan barang lantaran musim kemarau dan awal penghujan. Pada musim itu, tak ada petani yang panen. Namun, kini petani sudah mulai panen dan langsung dijual ke pasaran.
“Waktu kemarau tidak ada yang panen. Kekeringan itu membuat gagal panen. Kalau sekarang sudah banyak yang panen,” dia menjelaskan.
Suryati mengungkapkan, wabah virus Corona tak terlampau berpengaruh terhadap rempah yang mengandung Curcumin. Pasalnya, di Cilacap hasil panenan melimpah.
Kondisi berbeda terjadi pada komoditas kunyit. Harga rimpang kuning ini naik seturut tingginya permintaan. Meski begitu, harga kunir (Curcuma longa Linn. syn. Curcuma domestica Val.) ini masih terbilang sangat murah.
Sebelumnya kunyit hanya dijual dengan harga Rp6.000 per kilogram. Namun kini kunyit dijual dengan harga Rp10 ribu – Rp12 ribu per kilogram
“Masih murah sih, belinya Rp6.000 per kilogram. Kalau sebelumnya hanya Rp2.500 per kilogram,” dia mengungkapkan.
Hanya saja, ketersediaan kunyit di Cilacap memang terbatas. Kunyit mendadak langka di pasar tradisional, seturut munculnya keyakinan bahwa kandungan Curcumin mampu menangkal virus Corona.
Suryati mengaku hanya menyediakan kunyit dalam jumlah terbatas. Biasanya, ia memperoleh sekitar satu karung kunyit, kini ia hanya memproleh satu kantong kunyit per hari.
“Masih ada yang bawa. Petani tapi sedikit,” ujarnya.
Advertisement