Liputan6.com, Yogyakarta - Jalanan Kota Yogyakarta relatif ramai meski pada masa tanggap darurat Covid-19. Sebaliknya, Malioboro sepi pengunjung.
"Mengingat sikon masih berkutat dengan penanganan Covid-19. Malioboro sangat landai," kata Ekwanto Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Malioboro kepada Liputan6.com.
Malioboro sepi sejak masa tanggap darurat Covid-19 di DIY. Walaupun Malioboro sepi namun tetap terjaga kenyamanan, keamanan dan kebersihannya.
Advertisement
Baca Juga
"Kebersihan, kenyamanan serta keamanan di Malioboro terjaga 24 jam oleh Jogoboro," katanya.
Namun begitu masih ada beberapa warga yang berolah raga di sekitar Malioboro. Ekwanto mengatakan Jogoboro tetap menjaga protokol virus Corona di Malioboro.
"Jogoboro selalu menegur jika ada kerumunan orang-orang," katanya.
Setiap hari ia menugaskan 110 personil Jogoboro dengan shift 3x24 jam di Kawasan Malioboro sepanjang 1,5 kilometer. Hal ini untuk menjaga Malioboro sesuai dengan protokol Covid-19.
"Kursi-kursi pedestrian sudah kami silang-silang. Tidak boleh duduk berimpitan," katanya.
Ia tidak mengetahui sampai kapan kondisi Malioboro sepi dari pengunjung. Namun, selama pemerintah masih tanggap darurat Covid-19 maka aturan Malioboro sepi dari pedagang dan pengunjung terus berjalan.
"Sejak pertengahan Maret Parkir Abu Bakar Ali sudah tidak ada bus wisata masuk, sampai dengan sekarang bahkan ke depan kita belum tahu jadi Malioboro sepi," katanya.
**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Warga Yogyakarta Harus Tetap di Rumah
Walaupun Malioboro sepi jalanan di Kota Yogyakarta mulai ramai. Ihsan warga Tegalrejo Jogja mengaku khawatir kembali ramainya jalanan Kota Yogyakarta.
"Sudah dua minggu ini jalanan Jogja ramai lagi. Anehnya banyak warga yang ceroboh keluar rumah tidak pakai masker," katanya.
Ia berharap pemerintah dapat menindak warga yang tidak sesuai protokol Covid-19. Hal ini demi efektivitas penanganan agar virus Corona segera usai.
"Lha kalau kayak gini terus ya tidak selesai selesai. Bodohnya ramai lagi di jalan bawa anak di tengah tidak pakai masker," ujarnya.
Sementara Dayat warga Giripeni, Wates, Kulonprogo mengaku hal yang sama. Banyak warga yang masih ngeyel tidak sesuai protokol Covid-19 ketika di luar rumah
"Banyakan anak muda yang nongkrong di dekat patung kuda. Sembari makan berdekatan tidak pakai masker di kondisi Seperti ini," katanya.
Ia pun berniat untuk menelepon pihak kepolisian jika kembali menemukan kerumunan dan tidak sesuai protokol. Kebanyakan yang ditemuinya adalah anak muda Kulonprogo.
"Ya mungkin mereka tidak begitu terdampak Corona, tapi mereka bisa jadi carrier atau pembawa. Dia pulang nulari orangtua. Menurut saya itu tolol," katanya.
Advertisement
Pedagang Malioboro Susah
Seorang pedagang di Malioboro Iyan mengaku sudah hampir dua bulan ini tidak ada pemasukan ekonomi. Imbas dari wabah virus Corona, ia tidak jualan lagi sejak bulan Maret.
"Dua bulan ini kondisinya khawatir. Mau makan dari mana wong tidak ada pemasukan kok," katanya.
Sebagai pedagang yang mengandalkan pengunjung Malioboro ia merasa sangat terpukul. Belum ditambah masalah ekonomi lainnya.
"Bayangin saja, tidak ada pemasukan tapi angsuran tetap jalan. Kita bukan pegawai negeri yang tetap gajian," katanya.
Ia merasa kondisi ekonominya hampir merata dirasakan pedagang lainnya. Hanya saja pedagang kecil seperti dirinya sudah menghabiskan tabungan.
"Tabungan juga menipis. Belum masalah keluarga harus jagain orang tua juga. Kalau dipikir ya pusing banget ini," katanya.
Ia berharap agar pemerintah atau gugus tugas Covid-19 dapat memperhatikan nasib pedagang di kawasan Malioboro. Sebab perhatian kecil pun saat ini sangat berarti.
"Ya bantuan ada lah. Hanya saja bantuan ini harusnya menyeluruh baik siapa penerima dan kategori penerimanya," katanya.