Curhatan Keluarga Pasien Covid-19 Bertahan Hidup dari Belas Kasih Tetangga

Salah satu keluarga pasien, R, mengaku, sejak salah satu anggota keluarganya dinyatakan positif corona berdasarkan hasil swab oleh laboratorium RSUD Prof WZ Johannes Kupang, keluarganya tidak bisa mencari nafkah untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

oleh Ola KedaDionisius Wilibardus diperbarui 04 Jun 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2020, 08:00 WIB
Covid-19
Foto : Keluarga Hj. Rusneli, saat memberi keterangan kepada wartawan melalui jendela rumah (Liputan6.com/Dion)

Liputan6.com, Kupang - Keluarga pasien yang dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan hasil uji seka, di wilayah Wuring, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengaku belum pernah menerima bantuan dari pemerintah setempat.

Salah satu keluarga pasien, R, mengaku, sejak salah satu anggota keluarganya dinyatakan positif covid-19 berdasarkan hasil swab oleh laboratorium RSUD Prof WZ Johannes Kupang, keluarganya tidak bisa mencari nafkah untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Mereka pun diwajibkan menjalani rapid test dan karantina mandiri di rumah. Untuk bertahan hidup, mereka mengharapkan pemberian tetangga seperti, beras, sayur, ikan, dan kebutuhan lainnya.

"Kalau dari pemerintah kami belum terima bantuan apa pun, hanya dari tetangga sekitar," ujarnya kepada Liputan6.com, Senin (1/6/2020).

Kesulitan semakin dirasakan keluarga ini saat bulan puasa kemarin. Meski makan apa adanya dari pemberian tetangga, keluarga ini tetap menjalankan ibadah puasa di rumah.

"Kemarin kami sempat mendapat bantuan, berupa minyak tanah 10 liter dan mi 10 bungkus, tetapi itu bantuan dari mana kami tidak tahu. Bantuan itu disimpan saja depan rumah," katanya.

Menurut dia, ekonomi keluarganya lumpuh total sejak keluarganya menjalani karantina sesuai protokol kesehatan.

Ia berharap, pemerintah daerah bisa menyalurkan bantuan agar ia dan keluarganya bisa bertahan hidup selama masa karantina.

"Kalau kami ke luar rumah, kasihan masyarakat, mereka juga bisa terjangkit virus corona," imbuhnya.

Sementara itu, Ketua RT 43 RW 009, Jaenap, mengatakan, selama melakukan karantina mandiri, keluarga R tetap berada di rumah dan tidak pernah melakukan aktivitas ke mana-mana.

Bahkan, jelang Idul Fitri baru-baru ini, keluarga tersebut sempat mengeluh kehabisan beras. Keluhan ini pun ia sampaikan ke pihak kelurahan. Namun, tak direspon. Bantuan sembako malah datang dari Puskesmas Wolomarang.

"Saat ini mereka hanya mengharapkan bantuan dan uluran tangan dari tetangga sekitar. Tetapi dari pemerintah belum ada sama sekali," katanya.

Juru Bicara (Jubir) Covid-19 Sikka dan juga Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus, mengatakan, data keluarga pasien positif covid -19 sudah diserahkan ke BPBD Kabupaten Sikka.

"Itu tugas dinas sosial, pasti akan ditindaklanjuti bantuannya," ungkapnya.

Pantauan Liputan6.com, rumah itu tampak sepi dan hampir tak ada aktivitas. Pintu rumah pun selalu tertutup rapat.

Wartawan yang mewawancarai mereka hanya melalui jendela rumah. Berbagai keluhan mereka utarakan saat menjalani karantina mandiri.

Warga sekitar merasa iba dengan kondisi keluarga itu, karena selama menjalani karantina mandiri, tak ada bantuan sedikitpun dari pemerintah.

Simak juga video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya