Belajar Amanah dari Riwayat Mbah Kholil dalam 'Surat kepada Anjing Hitam'

Surat kepada Anjing Hitam merupakan sebuah buku biografi Syaikhona Kholil

oleh Musthofa Aldo diperbarui 27 Jun 2020, 03:00 WIB
Diterbitkan 27 Jun 2020, 03:00 WIB
Pangdam V Brawijaya
Pangdam V Brawijaya Mayjen Widodo Iryansyah dan Kapolda Jatim Irjen Fadil Imran saat berkunjung ke Madura

Liputan6.com, Bangkalan - Ketika berkunjung ke Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Demangan, Kabupaten Bangkalan, beberapa waktu lalu, Kepala Polda Jatim Irjen Muhammad Fadil Imran dan Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Widodo Iryansyah diberi cendera mata berupa tiga buah buku oleh pengasuh pesantren KH Fahrillah Aschal.

Pemandu acara sempat membocorkan salah satu judul buku yang diberikan itu adalah Surat kepada Anjing Hitam. Sebuah judul yang membuat banyak hadirin kaget dan bertanya-bertanya tentang apakah isi buku itu.

Seusai acara silaturahmi itu, Ketua Yayasan Pesantren Syaikhona Kholil, KH Nasih Aschal menjelaskan isi tiga buku yang dihadiahkan pada kapolda dan pangdam itu.

Buku pertama tentang sejarah bedirinya pesantren. Buku kedua tentang sosok Ra Lilur dan ketiga buku tentang riwayat dan karomah KH Muhammad Kholil yang masyhur dengan nama panggilan Syaikhona Kholil, pendiri pesantren yang terletak di jantung Kota Bangkalan itu.

"Surat kepada Anjing Hitam adalah buku biografi Syaikhona Kholil," kata Nasih yang kini menjadi Anggota DPRD Jatim dari Nasdem, Rabu (24/6/2020).

Simak Video Pilihan Berikut:

Tentang Buku

Nasih Aschal
Anggota DPRD Jatim KH Nasih Aschal

Surat kepada Anjing Hitam merupakan judul salah satu artikel yang kemudian oleh si penulis buku Saifur Rahman dijadikan judul buku yang terbit pertama kali pada 1999.

Artikel itu berkisah tentang si Fulan, yang hendak naik haji namun sowan dulu Syaikhona Kholil Bangkalan. "Saya titip surat ya, nanti berikan ke anjing hitam," kata Mbah Kholil kala itu.

Meski penasaran, Fulan tak menanyakan siapa anjing hitam itu dan di mana ia harus menemuinya. Ketika sampai di Makkah, Fulan baru bertemu seekor anjing hitam pada akhir masa haji.

Ketika dia menyodorkan surat dari Mbah Kholil itu, si anjing menggigitnya dan kemudian berlalu pergi.

Setiba di Bangkalan, Fulan sowan lagi ke Mbah Kholil untuk menyampaikan bahwa amanahnya telah ditunaikan. Barulah Kiai Kholil menjelaskan ke Fulan bahwa anjing hitam itu tak lain seorang wali Allah yang juga sedang menunaikan ibadah haji dengan menyamar menjadi seekor anjing hitam.

Tentang Penulis

Tak ada biografi penulis dalam buku itu. Dalam kata pengantar cetakan kedua yang terbit 2001, Saifur Rahman, si penulis, bercerita ia tergerak menulis buku itu setelah membaca biografi Syaikh Nawawi Banten medio 1988.

Dalam buku itu, disebutkan ada ulama alim di Madura yang hidup sezaman dengan Syaikh Nawawi yaitu Syaikh Kholil Bangkalan.

Saifur Rahman kian bersemangat menelusuri jejak kewalian Kiai Kholil dalam lima jilid ensiklopedia Islam dan belasan jilid ensiklopedia nasional sama sekali tak merekam hidup Kiai Kholil. Padahal, banyak ulama di Jawa dan Madura pernah berguru kepadanya.

Setelah mendatangi para sumber mulai dari Madura, Jawa, hingga Jakarta, dari Kalimantan hingga Lombok, buku Surat kepada Anjing Hitam terbit pertama kali pada 1999.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya