Sepak Terjang Sultan Cirebon Arief Natadiningrat Lestarikan Seni Budaya

Ucapan belasungkawa mengalir di tengah suasana duka meninggalnya Sultan Sepuh XIV Keraton Kasepuhan Cirebon PRA Arief Natadiningrat.

oleh Panji Prayitno diperbarui 23 Jul 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 23 Jul 2020, 09:00 WIB
Sepak Terjang Sultan Cirebon Arief Natadiningrat Sosok Periang Melestarikan Seni Budaya dan Pluralis
Foto Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat dipajang dirumah duka Keraton Kasepuhan Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Cirebon - Doa dan dukungan kerabat hingga masyarakat mengiringi kepergian Sultan Sepuh ke XIV PRA Arief Natadiningrat kepada Sang Pencipta. Sultan Arief meninggal saat menjalani perawatan di RS Santosa Bandung akibat kanker usus.

Satu per satu para pelayan dari berbagai kalangan datang ke Keraton Kasepuhan Cirebon. Tak terkecuali masyarakat non-muslim yang ada di Cirebon.

Lahir 5 September 1965, sosok Sultan Arief di mata sejumlah elemen masyarakat sangat dikenal peduli dengan pelestarian adat, seni, dan budaya. Dalam setiap kegiatan yang diikutinya, Sultan Arief selalu berpesan agar tetap menjaga serta melestarikan warisan seni dan budaya Cirebon.

"Waktu belau mantu kami jadi among tamunya jadi kedekatan kami sudah seperti keluarga," ujar Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Suryapranata, Rabu (22/7/2020).

Semangat dan konsistensi Sultan Arief melestarikan seni dan budaya terlihat dari sepak terjangnya yang menjabat sebagai ketua Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN). Sultan Arief pun menjadi ketua penyelenggara Festival Keraton Nusantara (FKN) selama dua kali di Cirebon yakni tahun 1997 dan 2017.

Suryapranata mengaku, Sultan Arief merupakan sosok pemimpin yang merakyat. Kepedulian Sultan Arief terhadap seni budaya sangat tinggi.

Sultan Arief, kata Surya, merupakan sosok yang mendukung pluralitas. Selain seni budaya, pesan kebinekaan dan pluralisme selalu disampaikan Sultan Arief di setiap kegiatan.

"Pluralitas dan seni budaya itu semangat Sultan Arief semasa hidupnya," kata dia.

Pastor Paroki Santo Yusuf Cirebon Pst Yulius Hirnawan Christyanto OSC menyampaikan Sultan Arief adalah tokoh budaya yang mencoba menjaga dan membangun kearifan lokal Cirebon.

Yusuf berharap, siapa pun yang menggantikan almarhum merupakan sosok yang tetap menjaga semangat dan amanah terhadap budaya, keberagaman, kearifan lokal, dan ramah terhadap suara hati masyarakat.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lestarikan Seni Budaya

Sepak Terjang Sultan Cirebon Arief Natadiningrat Sosok Periang Melestarikan Seni Budaya dan Pluralis
Sultan Sepuh ke XIV Keraton Kasepuhan Cirebon PRA Arief Natadiningrat menabuh bedug dalam sebuah tradisi Dlugdag setiap menjelang ramadan. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis mengaku, Sultan Arief merupakan sosok yang dewasa. Sultan Arief memiliki karakter seperti orangtua.

"Meski usia Pak Sultan lebih muda dari saya tapi bagi saya pribadi Pak Sultan memiliki watak seperti orangtua," ungkap Azis.

Semasa hidup, kata Azis, Sultan Arief selalu memberi nasihat kepadanya sebagai seorang pemimpin. Salah satu hal yang paling diingat ketika Sultan Arief menasihati sembari merengkuh bahunya.

"Saya sering diberi nasihat, sambil pegang pundak saya dan tindakan itu merupakan ciri khas orangtua kepada anak," ujar.

Dalam mengawal pemerintahan, Sultan Arief dianggap sebagai penyeimbang. Sultan Arief sosok yang selalu mendorong sektor kebudayaan.

"Beliau berpesan untuk selalu melestarikan budaya itu merupakan niatan luhur untuk mengembangkan pariwisata Cirebon," ujar dia.

Senada disampaikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Dia mengaku sangat kehilangan sosok Sultan Arief.

Dia mengatakan, ada dua pesan kepemimpinan Almarhum Sultan Arief yang selalu diingatnya. Pesan tersebut yakni selalu menjadi pemimpin itu sifatnya sementara.

"Saya sangat kehilangan beliau sering menjadi penasihat informal Gubernur se-Jawa Barat. Jadi setiap gubernur yang bertugas selalu ada sesi diskusi kenegaraan, kebangsaan, tentang Jawa Barat dan tentang Cirebon," kata Emil.

Sosok Periang

Sepak Terjang Sultan Cirebon Arief Natadiningrat Sosok Periang Melestarikan Seni Budaya dan Pluralis
Sultan Sepuh ke XIV Keraton Kasepuhan Cirebon PRA Arief Natadiningrat menabuh bedug dalam sebuah tradisi Dlugdag setiap menjelang ramadan. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Pesan lain yakni agar menjadi pemimpin yang bermanfaat untuk orang lain bukan untuk kekuasaan. Dua pesan tersebut, kata Emil hingga saat ini masih terus diingat.

"Sampai saya sekarang jadi Gubernur Jawa Barat dan saat ini secara simbolis saya melepas jenazah ke peristirahatan terakhir," ujar dia.

Selain konsisten terhadap pelestarian seni budaya dan pluralisme. Sultan Arief juga dikenal sebagai orang memiliki selera humor yang tinggi.

Sultan Arief dikenal ramah dan terbuka bagi setiap tamu yang ingin bertemu dengannya.

"Sosoknya ramah disela obrolan beliau kadang suka bercanda dan membuat orang tertawa," kata salah seorang pelayat, Fiqri.

Sultan Arief meninggal dunia pada usia 55 tahun. Arief meninggalkan seorang istri bernama Raden Ayu Isse Natadiningrat. Arief dikarunia empat anak yaitu Raja Luqman Zulqaidin, Ratu Raja Fatimah, Pangeran Raja Muhamad Nusantara, dan Pangeran Raja Arief Rachmanudin.

Adik kandung Arief, Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat menyebutkan, almarhum banyak terlibat di berbagai organisasi. Arief juga sempat menjabat sebagai anggota DPD RI mewakili Jabar periode 2004-2009.

Arief merupakan sarjana ekonomi lulusan Universitas Islam Nusantara Bandung. Arief juga aktif di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Cirebon.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya