Mimpi Petani Flores NTT Jadi Pemasok Beras ke Pelosok Desa

Petani Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur (Flotim) kini boleh berbangga. Melalui BumDes, beras dari para petani ini akan dipasarkan ke luar desa.

oleh Ola KedaDionisius Wilibardus diperbarui 04 Agu 2020, 12:00 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2020, 12:00 WIB
Pemasok Beras
Foto: Petani di Kabupaten SIKKA saat panen padi (Liputan6.com/Dion)

Liputan6.com, Sikka - Petani Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur (Flotim) kini boleh berbangga. Melalui BUMDes, beras dari para petani ini akan dipasarkan ke luar desa.

Melalui pemerintah desa dalam kerja kemitraan bersama Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Bogor, Yayasan Ayu Tani dan PT Wish Indonesia terlibat dalam upaya menyiapkan petani dari Desa Hewa yang mengelola lahan pertaniannya secara lebih profesional hingga pemasaran beras dari para petani ke BUMDes.

Dari BUMDes, beras itu akan dipasarkan ke luar desa. Memanfaatkan jenis padi bibit galur 88, IF 8 dan IF 17, yang dirawat menggunakan pupuk organik dan pemanfaatan sejumlah ramuan dari akar dan dedaunan pengusir hama merupakan beberapa contoh kecil yang sedang dilakukan para petani.

"Ada perubahan yang berarti bagi warga di desa karena kerja kemitraan ini," ungkap Sirilus Jilu (62), mewakili para petani, kepada Liputan6.com, Minggu (2/8/2020. Sirilus adalah salah satu anggota kelompok tani Ri’it Anak yang bersama petani lainnya mengikuti Sekolah Lapangan Biointensive Pertanian.

Sekolah Lapangan ini dimulai pada Februari 2020 dengan menggandeng PT WiSH Indonesia, KRKP Bogor dan Yayayasan Ayu Tani. Di desa ini pada umumnya petani lahan kering. Sejak tahun 2016 Meraka mengolah pertanian lahan basah. Tetapi hingga 2019 banyak petani belum bisa menggarap sawah dengan baik lantaran, belum memiliki pangetahuan untuk mengelola sawah.

"Sejak adanya pendamping dari KRKP Bogor, Ayu Tani dan PT Wish pada tahun 2020 ini semakin menguatkan semangat kami untuk mantap bertani," katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Kemandirian Pangan

Pemerintah Desa Hewa sendiri bersama pihak kemitraan memang menggagas terciptanya kemandirian pangan bagi warga desanya dengan menerapkan sistem pertanian organik yang ramah lingkungan.

Lebih dari itu, Desa Hewa menargetkan untuk jadi pemasok beras organik ke desa-desa di kabupaten Flores Timur.

"Tahun 2016 lalu, desa kami dapat program percetakan sawah baru. Ada lahan seluas 200 hektare yang dibuat jadi sawah. Jadi kami berencana desa kami harus jadi pemasok beras organik. Pengelolaan produk beras organik ini dilakukan oleh BUMDes," kata Claudius Lein Kein, Sekretaris Desa Hewa.

Niat baik itu, kata dia, terjawab karena adanya dampingan dari Yayasan Ayu Tani, KRKP Bogor, dan PT WiSH Indonesia sejak Februari 2020.

"Sekolah Lapangan sudah berjalan dan saat ini bibit dari uji coba itu sudah ada. Saat musim tanam kali ini, lahan sawah sudah siap untuk ditanami dengan bibit baru hasil dari sekolah lapangan itu," katanya.

Ia mengaku dengan sekolah lapangan membuat dia dan semua kepala keluarga petani mengalami perubahan, tidak hanya soal bakal mendapatkan banyaknya hasil padi tetapi juga soal pola pikir.

"Kami ini berprofesi sebagai petani lahan kering sebelumnya. Jadi kami kerja saja. Saat musim tanam kami tanam, musim petik kami petik jadi prinsipnya ya karena kami petani jadi kerja saja sesuai musim. Sejak ada pendampingan dari Ayu Tani, KRKP Bogor dan dari PT WiSH Indonesia itu pikiran kami mulai terbuka untuk mulai mengembangkan pertanian secara lebih maju lagi," sebutnya.

Ia menjelaskan, dalam sekolah lapangan, mereka menanam padi dengan jenis Galur 88, IF 8, dan IF 17 yang disediakan oleh Yayasan Ayu Tani dan KRKP Bogor. Tiga jenis padi ini lalu ditanam berdampingan dengan varietas padi lokal. Hasil dari uji coba dengan menggunakan pupuk hayati yang disediakan oleh PT WiSH Indonesia ternyata menghasilkan bulir padi yang berlimpah.

"Jadi kami coba buat hitung itu kalau dari padi jenis lokal yang selama ini kami tanam itu beda jauh sekali. Kalau padi lokal kami dalam satu bulir ada sekitar 200-an biji maka dari jeis galur 88, IF 8 dan IF 17 itu dalam satu bulir bisa mencapai 340-an biji. Jadi kami punya kesimpulan jenis baru ini rupanya cocok untuk lahan sawah kita," ujarnya.

Benyamin mengemukakan, kerja sama dalam sekolah lapangan biointensive pertanian menunjukkan hasil yang memuaskan. Impian sebagai salah satu desa pertanian yang bisa memenuhi kebutuhan petani, mulai dari bibit sampai pupuk organik kemudian membeli kembali hasil milik petani lalu menyalurkannya lagi.

"Kita beri akses ke petani supaya bisa dapat pupuk organik. Lalu berikan pendampingan lagi dalam sekolah lapangan ituz jadi jalan terang sebagai desa penyedia beras organik ini sudah siap. Target kami ya bisa tujuh ton kami dapatkan dari petani," tandasnya.

Sementara itu, Direktur Yayasan Ayu Tani, Thomas Uran, mengatakan, produk beras organik yang dihasilkan oleh para petani di Desa Hewa jelas membantu 1.400-an jiwa dari 354 kepala keluarga yang ada di desa tersebut.

"Untuk itu, di Hewa kami gandeng dengan WiSH Bogor untuk dapatkan pupuk hayati. Kami berharap kerja sama ini bisa bantu petani untuk peningkatan kan produksi," kata Thomas.

Ia  menambahkan, pada produk beras organik kini mulai dikembangkan di Desa Hewa. "Kami bangga punya beras organik ini apalagi beras kami dibeli oleh BUMDes," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya