Liputan6.com, Gorontalo - Masker menjadi salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang wajib digunakan oleh masyarakat untuk mencegah penularan Covid-19. Apalagi saat beraktivitas di luar rumah.
Itu sebab saat ini masker masih menjadi salah satu kebutuhan sekunder yang penting masyarakat.
Melihat peluang ini, salah satu Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Desa Ayula Timur, Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango (Bonebol), Gorontalo memutuskan untuk memproduksi masker kain dalam jumlah banyak.
Advertisement
Baca Juga
Memang tak bisa di pungkiri, bertahan di tengah pandemi bukanlah hal yang mudah. Pandemi yang hingga kini memukul keras berbagai sektor usaha menjadi salah satu tantangan bagi para pengusaha, salah satunya bumdes.
Namun bagi bumdes Timur Harapan, pandemi bukanlah hal yang bisa menghalangi mereka untuk berusaha. Bumdes yang memiliki unit usaha Rumah Jahit ini, kebanjiran pesanan masker kain semenjak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan Pandemi Covid-19.
Bahkan saat Pemerintah mengumumkan Covid-19 masuk indonesia, bumdes ini sudah lebih dulu berpikir bagaimana bisa menciptakan masker dari kain sebagai pengganti masker yang kala itu sulit untuk didapatkan.
Bumdes ini mengklaim bahwa merekalah pembuat masker kain pertama di Gorontalo saat awal pandemi Covid-19 diumumkan. Maka tak heran jika usaha rumah jahit ini hingga kini mampu memproduksi puluhan ribu pesanan masker kain.
"Peluang ini kami ambil, dari awal pandemi bagaimana menciptakan masker berbahan kain," kata Husni Husain salah satu karyawan rumah jahit Bumdes kepada Liputan6.com.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Sudah Memproduksi 15 Ribu Masker
Alhasil, masker buatan mereka banyak yang peminat, menurut Husni, membludaknya pesanan itu selang bulan April dan Maret 2020. Pesanan yang mereka layani pun bukan hanya di daerah Bonebol saja, namun dari kabupaten dan kota se-Gorontalo.
"Sempat kewalahan membuatnya, bahkan kami harus bekerja lembur hingga larut malam untuk mengerjakan berbagai pesanan," ungkap Husni.
"Hingga kini kami sudah berhasil menjual 15 ribu masker dengan berbagai motif," ungkapnya.
Ditempat yang sama, Direktur Bumdes Timur Harapan Anie Rahman mengaku, dengan banyaknya pesanan tersebut, rumah jahit yang mereka rintis dari tahun 2019 baru kali ini mendapat pesanan meski di situasi pandemi.
Tidak hanya itu, harga masker yang mereka produksi pun harganya bervariasi. Mulai dari harga yang 5 ribu rupiah hingga Rp9.000 ribu per buah, tergantung motif dan tingkat kesulitan saat pembuatan.
"Biasanya para pemesan memilih motif dan model yang berbeda, jadi kami sesuaikan juga harganya,” kata Anie.
“Pendapatan naik, kami juga bisa membeli beberapa buah mesin jahit yang baru,” kata dia lagi.
Advertisement
PADes di Tengah Pandemi
Kepala Desa Ayula Timur Usman Rahman mengakui, rumah jahit ini ia bisa mempekerjakan ibu rumah tangga yang menganggur. Sebelum dipekerjakan mereka mengikuti pelatihan menjahit terlebih dahulu.
“Mereka tidak langsung bekerja begitu saja, kami ikutkan pelatihan dulu. Nanti setelah mahir barulah dipekerjakan,” kata Usman.
Bumdes rumah jahit ini selain memproduksi masker kain juga menerima pesanan hordeng hingga pakaian dinas kantor. Bahkan ia pun tidak menyangka jika pendapatan rumah jahit mendongkrak Pendapatan Asli Desa (PAD).
“Dengan rincian saat ini, unit usaha rumah jahit mampu meraup keuntungan kurang lebih 75 juta per tahun dengan PAD bersih yang masuk mencapai Rp5 juta per tahun meski di situasi pandemi,” ia menandaskan.