Ada 52 Titik Tanpa Sinyal, Pemkab Lebak Siapkan Belajar Tatap Muka

Sebanyak 52 titik di wilayah Banten Selatan itu tidak terjangkau jaringan seluler maupun internet.

oleh Yandhi Deslatama diperbarui 20 Mar 2021, 14:00 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2021, 14:00 WIB
FOTO: Perjuangan Siswa SD Mendaki Bukit Agar Bisa Belajar Online
Siswa SD Daki Bukit Agar Bisa Belajar Online: Siswa SD mencari sinyal internet sebelum mengikuti pembelajaran online menggunakan smartphone di bukit Temulawak, Yogyakarta, Jumat (8/5/2020). Mereka ke atas bukit mendapat sinyal agar kegiatan secara online dapat berlangsung. (AGUNG SUPRIYANTO/AFP)

Liputan6.com, Lebak - Kabupaten Lebak sedang mematangkan persiapan pembukaan kembali proses Pembelajaran Tatap Muka (PTM), setelah satu tahun para siswa mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring. Hal ini dikarenakan puluhan wilayah di Lebak tak terjangkau akses internet.

Tercatat, sebanyak 52 titik di wilayah Banten Selatan itu tidak terjangkau jaringan seluler maupun internet, yang menjadi permasalahan tersendiri.

Pemkab Lebak tengah menggodok PTM agar sesuai protokol kesehatan (prokes) Covid-19, terutama menjaga jarak, penyediaan cuci tangan, hingga meningkatkan kepatuhan warga sekolah menggunakan masker.

"Kita juga tidak menutup kemungkinan akan melakukan tatap muka, akan kita evaluasi mana saja yang zona hijau, yang bisa dilakukan tatap muka. Ada komitmen bersama, bersama sekolah, wali murid dan orangtua," kata Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya, Jumat (19/3/2021).

Banyaknya daerah yang belum terjangkau jaringan seluler dan internet, membuat para guru harus berkeliling ke rumah siswa untuk memberikan materi, tugas, dan mengumpulkan Pekerjaan Rumah (PR).

Kondisi geografis dan akses yang tak sebagus di perkotaan, menjadi tantangan tersendiri bagi para guru di Kabupaten Lebak untuk memberikan pendidikan kepada siswa selama satu tahun PJJ sejak pandemi Covid-19.

"Dengan pembelajaran daring ini, Kabupaten Lebak memiliki 52 blankspot, tentunya para tenaga pendidik kami yang harus mendatangi rumah anak didik kami. Kalau mendatangi rumah, tentu memakan waktu banyak," dia menerangkan.

[Bintang] Di Balik Tampangnya yang Imut, Ternyata Bupati Lebak...
Ini lho Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya yang videonya lagi viral! (Foto: Instagram/@viajayabaya)

Iti mengaku sudah berkomunikasi dengan Menkominfo untuk penyediaan tower jaringan seluler dan internet, tetapi belum terealisasi. Bupati Lebak juga khawatir banyak siswa di wilayahnya putus sekolah jika terlalu lama PJJ. Karena ada saja siswa yang tidak memiliki smartphone dan kesulitan mengakses jaringan seluler maupun internet.

"Daring ini juga risiko, banyak anak murid putus sekolah yang kita khawatirkan, buta aksara juga. Guna meminimalisir putus sekolah, kita akan buka tatap muka. Targetnya di tahun ajaran baru," jelasnya.

Simak video pilihan berikut ini:

Kota Serang, Baru 74 Persen Sekolah Siap Belajar Tatap Muka

Belajar Tatap Muka Hari Pertama di Kota Serang
Pemkot Serang hari ini, Selasa, 18 Agustus 2020, membuka kembali aktivitas belajar mengajar tatap muka di sekolah meski pandemi Covid-19 belum ada tanda-tanda berakhir. (Liputan6.com/ Yandhi Deslatama)

Begitupun di ibu kota Banten, Pemkot Serang menargetkan bulan Juli, sekolah di bawah kewenangannya sudah bisa menggelar PTM. Namun, baru 74 persen yang sudah memenuhi standar protokol kesehatan (prokes). Sisanya, 26 persen, masih dalam tahap persiapan.

"Dari semua sekolah yang kami miliki, baru 74 persen yang sudah dinyatakan siap. Masih 26 persen yang dikatakan belum siap," kata Kepala Dindik Kota Serang, Wasis Dewanto, Jumat (19/3/2021).

Guru dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun non-PNS juga sudah mulai diberi vaksin covid-19. Harapannya, bisa memperlancar dan mempercepat proses PTM.

Vaksinasi hingga penerapan prokes saat PTM akan dipantau langsung oleh Dindik Kota Serang. Sedangkan, untuk vaksin bagi guru masih terus berjalan.

"Vaksin guru sudah dilakukan di wilayah kerjanya masing-masing, 7 ribu guru negeri maupun swasta. Tatap muka lebih menjamin jika guru itu sudah divaksin, karena ada rasa nyaman bagi siswa yang diajar. Jika tidak lolos screening (pemeriksaan kesehatan), kita juga tidak memaksa (guru untuk divaksin)," dia menandaskan. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya