Tak Melulu Karst, Ada Taman Keanekaragaman Hayati 10 Hektare di Gunungkidul

Gunungkidul, salah satu kabupaten di DIY akhirnya tidak melulu didominasi kawasan karst.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 01 Jun 2021, 13:45 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2021, 13:45 WIB
Taman Kehati Eroniti Gunungkidul
Aktifitas monitoring dan penyulaman tanaman endemik, dilakukan oleh masyarakat Karangasem Ponjong Gunungkidul untuk menjaga indeks keanekaragaman hayati di Taman Kehati Eroniti.

Liputan6.com, Yogyakarta- Gunungkidul, salah satu kabupaten di DIY akhirnya tidak melulu didominasi kawasan karst. Kini, ada taman keanekaragaman hayati (kehati) seluas 10 hektare di Gunungkidul.

Taman kehati itu bernama Eroniti. Keberadaan taman ini menjadi salah satu alternatif yang efektif untuk memulihkan ekosistem karena bisa meningkatkan keanekaragaman hayati lokal dan mendukung konservasi flora dan fauna di luar kawasan hutan.

Eroniti yang berlokasi di Karangasem, Ponjong, Gunungkidul, dirintis oleh Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta dan PT Sarihusada Generasi Mahardhika (Danone Indonesia). Berdasarkan pendataan, ditemukan 23 jenis flora di taman kehati itu, mulai dari semai, sapihan, tiang, dan pohon. Selain itu ada dua jenis burung langka, yakni Walet Linchi dan Cekakak Jawa.

Taman ini berada di atas lahan karst. Ekosistem karst menjadi tangki penyimpan air tawar serta beragam biota gua yang berfungsi sebagai pendukung penyedia cadangan pangan.

Menurut Dekan Fakultas Kehutanan Instiper Yogyakarta Sugeng Wahyudiono, Eroniti merupakan nama salah satu dari 10 gunung yang mengelilingi Gunungkidul. Eroniti berarti berasal dari bahasa jawa, iron yang bermakna perjuangan dan niti berarti melihat. Eroniti dimaknai melihat perjuangan.

“Kami membangun taman Eroniti dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat, misal masyarakat bisa mengembangkan objek wisata gua atau wisata berbasis eco wisata,” ujarnya dalam peluncuran taman Eroniti, Senin (31/5/2021).

Sementara, Head of Climate And Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni, bersama dengan Insiper sudah mengawali studi analisis dan perhitungan indeks keragaman hayati di kawaasan itu sejak 2018. Hasilnya, indeks keberagaman hayati termasuk kategori rendah, yakni 1,15.

Hal ini yang menjadi acuan keduanya untuk mendorong potensi flora dan fauna Gunungkidul dilestarikan.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya