Kekeringan, Warga Gunungkidul Berebut Mengais Air dari Pipa PDAM yang Bocor

Bencana kekeringan memaksa warga di Padukuhan Klumpit, Kalurahan Krambilsawit, Kapanewon Saptosari, berebut mengais air dari pipa PDAM yang bocor.

oleh Hendro diperbarui 01 Jun 2021, 01:00 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2021, 01:00 WIB
Warga Mengambol Aor dari Bocoran Pipa PDAM
Sulitnya air bersih saat kemarau, warga Klumpit Gunungkidul memanfaatkan bocoran Pipa PDAM untuk kebutuhan sehari hari.

Liputan6.com, Gunungkidul Ada pemandangan miris saat melintas di Kalurahan Kanigoro menuju Kalurahan Krambilsawit Saptosari, Gunungkidul. Tua muda, anak-anak orangtua, semua berkumpul membawa jeriken, mengantre demi mengais air bersih untuk keperluan sehari-hari. 

Bencana kekeringan memaksa warga di Padukuhan Klumpit, Kalurahan Krambilsawit, Kapanewon Saptosari, berebut mengais air dari pipa PDAM yang bocor. Minimnya ketersediaan air akibat kekeringan membuat warga rela berjalan hingga dua kilometer menuju ketempat tersebut.

Puji Rahayu (51), seorang warga yang terkena dampak kekeringan mengatakan, awalnya ada warga yang melihat ada rembesan air dari tanah di pinggir jalan, kemudain ia dibantu tetangga membuat lubang kecil dengan ukuran 60x50 centimeter dengan kedalaman hanya 20 centimeter. Setelah digali terdapat Pipa PDAM yang bocor dan mengeluarkan air.

"Pas ada sambungan pipa, dan disambungan tersebut sudah bocor. Lumayan bisa menampung air untuk warga," kata puji.

Ia dan warga lainnya memanfaatkan air dari pipa bocoran PDAM untuk kebutuhan sehari-hari, seperti untuk minum, mandi, dan untuk kebutuhan ternaknya. Ia bersyukur ada saluran pipa air bersih yang bocor, sebab dirinya warga lainya mendapatkan air bersih secara gratis.

"Memang sedikit keruh, namun masih bisa dimanfaatkan dari pada harus beli tangi air," ungkapnya.

Sebelum ada air bocor, saat kekeringan warga kerap membeli air bersih untuk keperluan sehari-hari, karena bantuan dari pemda setempat terkadang tidak mencukupi kebutuhan warga. Warga akhirnya harus rela membeli air dari tangki swasta seharga Rp150 ribu hingga Rp160 ribu dengan kapasitas sebanyak 5 ribu liter. 

Rebiyati (56) warga Klumpit lainnya mengatakan, setiap hari ia mendatangi pipa bocor PDAM itu dengan membawa dua jeriken bersama warga lain.

"Baru musim kemarau ini, tahun kemarin belum bocor. Ya alhamdulillah bisa mendapat air bersih tanpa beli," kata Rebiyati.

Ia menuturkan, pipa PDAM yang bocor itu terus mengeluarkan air sehingga warga dapat mengambil air tersebut setiap saat untuk kebutuhan.  

Simak juga video pilihan berikut ini:

Langkah Antisipasi

Warga mengambil aira dari bocoran pipa PDAM.
Pipa bocor itu terus mengeluarkan air sehingga warga dapat mengambil air tersebut setiap saat untuk kebutuhan.

Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki mengatakan akan segera melakukan koordinasi dengan sejumlah instansi. Antara lain PDAM, kapanewon, hingga Pamaskarta (Paguyuban Air Minum Masyarakat Yogyakarta).

"Akhir Mei ini akan ada koordinasi dengan mereka, biasanya rutin seperti itu," kata Edy, Minggu (30/5/2021).

Nantinya tiap instansi akan menyiapkan langkah mengatasi kekeringan sesuai ketugasan masing-masing. Langkah tersebut juga disiapkan sesuai kemampuan tiap instansi. Edy juga akan memetakan wilayah rawan kekeringan juga dilakukan bersama kapanewon.

"Biasanya yang berpotensi kekeringan adalah wilayah yang belum ada jaringan PDAM dan Pamaskarta, hanya mengandalkan tampungan air hujan," jelasnya.

BPBD Gunungkidul pun sudah menyiapkan anggaran sebesar Rp700 juta untuk penanganan kekeringan tahun ini. Menurut Edy, sebagian besar anggaran digunakan untuk kebutuhan penyaluran (dropping) air bersih. Besaran anggaran tiap tahunnya hampir sama. Namun, penggunaan anggaran tersebut bergantung kebutuhan hingga lamanya dampak kekeringan yang timbul.

"Seperti tahun lalu serapannya hanya sekitar Rp 350-400 juta, sebab musim keringnya cenderung pendek," kata Edy.

Terkait permohonan dropping air, ia mengatakan pelaksanaannya bergantung pada permohonan yang diajukan. Adapun permohonan dilayangkan oleh kapanewon ke Bupati, yang kemudian diteruskan ke BPBD.

Sebelumnya, Kepala Stasiun Klimatologi (Staklim) BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut musim kemarau sudah memasuki Gunungkidul sejak akhir April lalu. Kondisi itu terutama dirasakan di wilayah selatan dan timur Gunungkidul. Ia pun mengimbau masyarakat hingga pemerintah setempat melakukan langkah antisipasi. Termasuk potensi dampak yang bisa muncul dari musim kemarau tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya