Mahasiswa IPB Ini Sukses Buat Inovasi Biskuit Kelor Penyelamat Stunting

Tanaman kelor adalah tanaman kecil penghias pekarangan rumah yang jarang dimanfaatkan orang-orang. Biasanya orang-orang menanam pohon kelor bukan karena sadar akan manfaatnya, melainkan sebagai tanaman penghalau ilmu santet.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 19 Mar 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 19 Mar 2022, 07:00 WIB
Manfaat Daun Kelor
Daun Kelor (Sumber: iStock)

Liputan6.com, Surabaya - Bumi pertiwi menyimpan beragam kekayaan alam yang menunggu untuk dimanfaatkan. Ada yang terkubur di tanah, ada yang tenggelam di dasar laut, ada juga yang ternyata terlihat tapi tidak kelihatan. Contohnya adalah daun kelor, tanaman seribu khasiat yang tidak terlihat mata manusia.

Tanaman kelor adalah tanaman kecil penghias pekarangan rumah yang jarang dimanfaatkan orang-orang. Biasanya orang-orang menanam pohon kelor bukan karena sadar akan manfaatnya, melainkan sebagai tanaman penghalau ilmu santet.

Padahal tanpa orang ketahui tanaman kelor ini memiliki segudang manfaat mulai dari menurunkan gula darah, memelihara kesehatan, hingga meningkatkan kekebalan tubuh. Vitamin C yang terkandung dalam daun kelor dapat membantu melawan bakteri dan virus penyebab penyakit.

Di Kabupaten Bone bagian selatan ada sebuah puncak gunung yang dipenuhi oleh tanaman kelor, tempat itu bernama Puncak Kelor. Lahan pertanian seluas 3 hektare itu dipenuhi oleh banyak tanaman kelor. Tapi sayang, pemanfaatan dari hasil perkebunan ini belum maksimal.

Melihat peluang besar di depan mata tentunya tak akan disia-siakan oleh Rafika Wulandari. Mahasiswa IPB University dan timnya ini berinovasi membuat biskuit sehat untuk balita berbahan dasar tepung daun kelor dan telur kepiting rajungan.

“Awalnya itu Fika lihat potensi di daerah Fika, ternyata setelah aku teliti potensi besar yang ada di daerah aku yaitu tepung daun kelor dan telur rajungan itu belum maksimal pemanfaatnya. Akhirnya aku coba mix dua bahan ini untuk dijadikan biskuit,” katanya belum lama ini kepada Liputan6.com.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Angka Stunting Tinggi

Stunting di Nusa Tenggara Timur (NTT)
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, NTT memiliki 15 kabupaten berkategori “merah” dan tidak ada satupun daerah berstatus 'hijau' stunting. (Dok BKKBN RI)

Hal yang melatarbelakangi Rafika membuat inovasi tersebut adalah karena rasa empatinya terhadap tingginya tingkat stunting anak-anak di Indonesia yang mencapai angka 27,1 persen. Padahal batas prevalensi stunting yang ditetapkan WHO hanyalah 20 pesen.

Berangkat dari masalah ini, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan IPB itu bertekad untuk membantu Indonesia menurunkan tingkat stuntingnya dan membantu daerahnya, Bone, Selawesi Selatan untuk memanfaatkan pohon kelor kebanggannya.

Awalnya Rafika dan tim membuat ide untuk membuat biskut balita dari daun kelor ini adalah untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Program ini mendapatkan pendanaan dari Kemendikbudristek.  Siapa sangka ide dari tim Rafika disambut baik oleh Prof. Hadi Susilo Arifin yang saat itu menjadi pendampingnya. Setelah melewati beberapa kali penyempurnaan ide maka terciptalah Bitran.

Bitran si Biskuit Penyelamat Stunting

Bitran, Biskuit Penyelamat Stunting
Produk inovasi tepung daun kelor dan telur kepiting rajungan Bitran. (Foto: Liputan6.com/Istimewa)

Bitran adalah produk inovasi pertanian dari Rafika dan tim berupa biskuit balita berbahan dasar tepung daun kelor dan telur kepiting rajungan yang kaya akan manfaat.

Bitran kaya akan kandungan protein, karbohidrat, kalsium, vitamin A, dan vitamin B yang dapat memenuhi kebutuhan gizi anak sehingga terhindar dari stunting.

Hingga saat ini Bitran telah terjual sebanyak 920 kemasan di seluruh Indonesia. Diharapkan dengan terciptanya Bitran, kasus stunting anak di Indonesia bisa menurun dan juga tepung daun kelor serta telur kepiting rajungan dapat kembali di manfaatkan secara efektif.

Penulis: Aulia Putri Sholikhah, Mahasiswa Komunikasi Sekolah Vokasi IPB University

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya