Liputan6.com, Pekanbaru - Berada di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) tak lantas membuat narapidana berdiam diri menunggu hari kebebasan. Hal-hal produktif dilakukan sebagai bekal saat kembali bergabung dengan masyarakat.
Seperti yang dilakukan narapidana di Lapas Bangkinang, Kabupaten Kampar. Berbekal modal dari koperasi di Lapas Kelas IIA itu, warga binaan bersama petugas beternak ayam potong.
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya, warga binaan mendapat pelatihan dari petugas. Mereka juga mendapatkan upah dari jerih payahnya membesarkan ayam untuk dipasarkan ke masyarakat luas.
Kepala Lapas Bangkinang Sutarno menerangkan, ternak ayam menjadi pilihan setelah pihaknya melakukan survei guna menentukan bisnis apa yang cocok. Ternak ayam menjadi pilihan karena permintaan pasar tidak pernah turun.
"Kebutuhan daging ayam sangatlah tinggi, masyarakat gemar makan ayam, karena selain rasanya yang enak, harganya relatif murah dibanding lauk yang lain," terang Sutarno, Senin siang, 27 Juni 2022.
Setelah itu, pihak Lapas menyeleksi warga binaan yang diikutkan pelatihan setelah memenuhi syarat. Pelatihan ini selain memberikan skil juga membina warga binaan menjadi pribadi beriman.
"Tujuannya menciptakan warga binaan unggul dan mempunyai keterampilan sehingga dapat diterima kembali di tengah-tengah masyarakat," ucap Sutarno.
Kandang narapidana beternak ayam di Lapas Bangkinang dibangun diatas lahan seluas 8 x 16 meter persegi dan bisa menampung sebanyak 2.000 ekor ayam. Sumber modal awalnya dari Koperasi Pegawai Lapas Bangkinang.
Setelah berkembang dan menghasilkan, keuntungannya diputar kembali menjadi modal. Modal awal tadi dikembalikan ke koperasi.
*** Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Perputaran Modal
Kandang dibuat lengkap dengan tempat makan dan minum dengan modal Rp35 juta. Selanjutnya, pembelian bibit ayam sebanyak Rp37 juta termasuk pakan dan vitamin.
Waktu pemeliharaan 30 hari dengan rata-rata berat 1,5 sampai 2 kg per ekornya. Satu bulan rata-rata bisa menghasilkan sebanyak 1.400 kg ayam. Perbulannya bibit ayam dimasukkan sebanyak 2 kali, hal ini untuk mengantisipasi kekosongan kandang pasca panen.
"Pemasarannya cukup mudah, karena ada toke ayam yang langsung menjemput kesini, jadi kalau dihitung-hitung dengan harga sekarang, omzetnya bisa sampai ratusan juta, sangat menjanjikan," sebut Sutarno.
Sutarno menambahkan, sebagian keuntungan diberikan sebagai upah kepada WBP sesuai dengan aturan yang ada. Kemudian disetorkan juga sebagai Pendapatan Negara Bukan Pajak.
"Sisanya disimpan di koperasi lapas," kata Sutarno.
Sujeri, salah satu dari 20 warga binaan yang ikut pelatihan ini sangat berterima kasih kepada Lapas Bangkinang. Dia menyebut rasanya seperti mendapatkan hikmah dibalik musibah yang dialaminya karena masuk penjara.
"Terimakasih, kami jadi paham dan mengerti dari bagaimana cara pemilihan bibit, perawatan, sampai ke pemasarannya," tegasnya.
Di sisi lain, Sujeri bersama warga binaan lainnya yang berternak ayam mengaku tak sabar lagi untuk keluar dari penjara.
"Saya dan teman-teman lain rasanya sudah tidak sabar untuk beternak ayam setelah bebas," ujar Sujeri.
Advertisement
Berani Berubah
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Riau, Mhd Jahari Sitepu selalu berpesan dan mengajak warga binaan berani berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.
Narapidana diminta tak menganggap dirinya hina dan diharap mengubur masa lalu yang kelam tersebut. Narapidana diajak menatap masa depan dengan optimisme.
"Beranilah berubah, lakukan hal yang bermanfaat, jangan tunggu bebas, mulai sejak kalian menebus kesalahan di lapas/rutan ini," pesannya.
Kakanwil turut mengajak petugas lapas dan rutan berani melakukan sesuatu serta jangan monoton hanya melakukan tugas rutin yang biasa-biasa saja.
Bagi Jahari, manusia terbaik adalah manusia yang bisa memberikan manfaat kepada yang lain. Petugas diajak sama-sama berbuat, bekerja, memberikan ide juga pemikiran untuk membantu warga binaan.
"Jangan kita biarkan warga binaan menghabiskan waktu hanya dengan makan dan tidur, berikan mereka keterampilan, ajak mereka berbuat sesuatu yang bisa menghasilkan sebagai modal hidupnya nanti setelah bebas," kata Jahari.