Liputan6.com, Denpasar - Dia adalah I Made Adi Mantara, Direktur Program Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba), pria yang karib disapa Bli Moyong itu sudah bertahun-tahun menggeluti pekerjaan sebagai LSM, yang concern pada penanganan dan penanggulangan AIDS dan narkoba di Pulau Bali. Bergelut di bidang penanggulangan HIV/AIDS selalu menyisakan banyak cerita untuknya.
Bli Moyong menjelaskan, banyak hal yang dilakukan pihaknya dengan pihak-pihak terkait terkadang harus terkendala stigma-stigma buruk di masyarakat, seperti yang harus dilakukan ketika untuk mengurangi angka penyebaran yang terkonfirmasi mengidap penyakit mematikan itu.
Salah satunya ketika harus melakukan kampanye penggunaan kondom, stigma kondom yang selalu dikaitkan dengan seks bebas dan HIV/AIDS justru tak membuat warga takut.
Advertisement
Baca Juga
"Memang menurut saya stigma negatif kondom memang selalu dikaitkan dengan seks bebas, hal ini muncul karena konsekuensi penyebaran informasi terkait pencegahan HIV/AIDS," katanya kepada Liputan6.com melalui sambungan telepon, Jumat (30/9/2022).
Bali Bebas HIV/AIDS 2030
Menurut Moyong, pemahaman sepintas yang diketahui masyarakat luas tentang HIV/AIDS selalu dikaitkan dengan pergaulan atau seks bebas, pada kenyataan hal tersebut adalah salah.
"HIV/AIDS juga distigma bahwa akibat dari seks bebas. Maka cap itu menjadi subur di masyarakat. Padahal data HIV tidak selalu muncul akibat seks bebas," ujar Bli Moyong.
Bli Moyong menyebut kampanye-kampanye yang dilakukan oleh berbagai pihak tentang penggunaan kondom seharusnya bisa dimengerti dan dipahami bahwa hal itu untuk melindungi keluarga dari tertularnya penyakit mematikan itu. Bahkan, penggunaan kondom bukan hanya sebagai pelindung kesehatan keluarga hingga tertularnya penyakit kelamin lainnya.
"Jelas sangat penting (pemakaian kondom), karena sebenarnya manfaat kondom bukan hanya terkait dengan HIV. Tetapi berkaitan dengan kesehatan lainnya, bukan saja kesehatan pribadi si pengguna tetapi juga berkaitan dengan kesehatan keluarganya," tutur dia.
Ia mengungkapkan, saat ini pihaknya tengah berupaya semakin menggerakkan kampanye pemakaian kondom dengan institusi dan beberapa organisasi yang bergerak di penanganan HIV/AIDS, untuk menekan angka penularan dan kematian akibat HIV/AIDS.
"Kami dengan institusi dan juga organisasi yang bergerak di isu HIV/AIDS bekerjasama dengan BKKBN. Agar kondom dikampanyekan sebagai alat kesehatan keluarga. Ini sudah mulai kampanye bersama-sama," ucapnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga melakukan kampanye penggunaan kondom di lokasi-lokasi atau tempat para pekerja seks komersil biasa menjajakan diri. selain itu mereka juga melakukan edukasi pada siswa-siswa sekolah tentang bahaya penularan HIV/AIDS.
"Itu (kampanye di lokalisasi) salah satu cara dalam pencegahan HIV/AIDS. Di setiap penyuluhan kami menyampaikan pentingnya pemakaian kondom. Hanya saja untuk di pelajar menengah, kami hanya sampaikan secara tidak detail," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Nyoman Gede Anom menyebut, untuk mempercepat capaian Bali bebas dari HIV/AIDS pihaknya telah melakukan berbagai upaya, salah satunya sosialisasi penguatan sistem kesehatan melalui RSSH Project untuk HIV/AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria (ATM).
Dirinya melanjutkan, jumlah layanan program HIV/AIDS di Bali mulai dari layanan tes, layanan PDP (test and treat), layanan tes IMS, layanan PPIA, dan juga layanan PTRM. "Layanan yang dilakukan untuk mengejar capaian Bali bebas HIV/AIDS tahun 2030," kata dia dikutip dari situs Dinkes Bali.
Menurutnya, data terakhir pada Maret 2022 lalu jumlah kasus yang berkaitan dengan HIV/AIDS menurun, dan Bali masuk sebagai kategori epidemi terkonsentrasi. Angka estimasi Odhiv (orang dengan HIV/AIDS) sebanyak 31.686.
"Kasus ditemukan sebanyak 26.519 orang, dan odhiv yang menjalani perawatan atau pengobatan (ODHIV ON ARV) sampai maret 2022 terdapat 10.671," tuturnya.
Advertisement