Noken, Identitas Papua Cerminan Status Sosial

Noken di Papua dan Papua Barat memiliki berbagai jenis sesuai dengan karakter dan bahannya.

oleh Tifani diperbarui 08 Nov 2022, 23:00 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2022, 23:00 WIB
Papua
Eco Nusa gelar Mari Cerita (MaCe) Papua: Noken, Rajutan Identitas Masyarakat Papua di Cinema Hall, Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta Selatan, 31 Juli 2019. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Papua - Noken adalah tas rajut khas Papua yang biasa digunakan masyarakat untuk membawa barang. Noken memiliki bentuk seperti kantong ataupun tas pada umumnya.

Dalam jurnal yang berjudul "Melestarikan Tas Noken Sebagai Budaya Papua Barat" (2019) oleh Mira Herawati Soekamto, noken terbuat dari kulit kayu dan tumbuh-tumbuhan yang dianyam atau dirajut. Cara membawa noken biasa disangkutkan di kepala untuk membawa barang atau hasil kebun.

Noken merupakan salah satu ikon kerajinan masyarakat Papua. Noken di Papua dan Papua Barat memiliki berbagai jenis sesuai dengan karakter dan bahannya.

Keberadan noken di Papua sudah berlangsung bertahun-tahun lamanya. Sebanyak, 250 suku di Papua mengenal dan menggunakan noken dalam kehidupan sehari-hari.

Noken memiliki beberapa sebutan, tergantung tempat noken berkembang. Di Hugula, suku Papua yang menempati Kabupaten Jayawijaya, noken disebut dengan Su.

Di Dani, noken disebut Jum. Di Yali, noken disebut Sum. Di Biak, noken disebut dengan Inoken/Inokenson. Sedangkan di Mee, noken disebut Agia, dan di Asmat, noken disebut Ase.

Umumnya, noken dibuat oleh perempuan atau mama-mama Papua yang rata-rata sudah berusia lanjut, yang disebut 'Mama Noken'. Namun, ada juga noken yang dikerjakan kaum laki-laki, yaitu di daerah suku Mae dan dinamakan Meuwodide atau bapak-bapak Papua di daerah suku Mae.

Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat noken pun berbeda-beda di setiap wilayah. Di wilayah selatan Papua, noken dibuat dari kulit pohon genemo atau melinjo.

Sedangkan, di Papua bagian pegunungan tengah, noken terbuat dari batang anggrek. Namun seiring dengan perkembangan zaman, banyak bermunculan noken-noken berbahan wol.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Cerminan Status Sosial

Noken memiliki ukuran yang berbeda-beda, ukuran noken menentukan fungsinya pula. Noken yang berukuran besar digunakan untuk membawa hasil kebun, menggendong bayi, atau menggendong anak babi.

Noken yang berukuran sedang dipakai untuk membawa buku. Sedangkan, noken yang berukuran kecil digunakan untuk menyimpan ponsel.

Noken juga menjadi cerminan status sosial pemakainya. Orang terkemuka di masyarakat, seperti kepala suku, biasanya dia akan membawa noken dengan pola dan hiasan khusus.

Di Papua, noken dijual di pasar, tetapi sekarang noken banyak dijual di pinggir jalan. Noken sebagai salah satu kerajinan tradisional masyarakat Papua.

Noken memiliki peran sebagai saksi berkembangnya kebudayan di Papua. Untuk menjaga kelestariannya, noken Papua ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) di Paris, Prancis.

Penetapan dilakukan dalam proses panjang setelah memenuhi kriteria-kriteria yang ditetapkan. Sebagai upaya perlindungan terhadap warisan budaya sesuai dengan konvensi perlindungan warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 2003.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya