Liputan6.com, Gunungkidul - Jumat malam (9/12/2022) lalu, warga Padukuhan Karangasem A, Kalurahan Karangasem, Kapanewon Paliyan, Gunungkidul, Yogyakarta digemparkan dengan hilangnya seorang bocah. Bocah tersebut dikabarkan hilang sekitar pukul 16.00 WIB.
Kapolsek Paliyan, AKP Solechan menuturkan, kejadian bocah hilang tersebut bermula saat Tio Rahmat Ardiansyah (9) pulang memancing dari sungai bersama temannya dari siang hingga jelang petang. Sesampai di rumah, ia kemudian disuruh mandi oleh ibunya untuk pergi mengaji.
Namun, usai mandi, bocah tersebut pergi mengaji tanpa mengenakan pakaian mengaji. Tio malah menggunakan baju sepak bola dan berjalan ke timur dari rumahnya.
Advertisement
"Dia berjalan ke timur, saat ibunya memanggil. Tio kemudian lari dan hingga pukul 00.00 belum kambali," AKP Solechan menceritakan.
Solechan menyampaikan bahwa ibunya telah mencari keberadaan Tio sejak sehabis salat Magrib hingga disiarkan oleh warga melalui pengeras suara masjid. Namun, Tio tak kunjung pulang. Warga pun berdatangan dan menyisir seluruh lokasi sekitar tempat terakhir bocah tersebut terlihat.
Menurut keterangan dari keluarga, kejadian tersebut sudah pernah terjadi beberapa bulan yang lalu. Namun, pada Jumat kemarin hingga jelang dini hari belum ditemukan.
"Kata ibunya kalau marah dia pergi dari rumah tapi kembali lagi. Tapi ibunya kaget saat mendapati hingga jelang dini hari Tio belum juga ditemukan," AKP Solechan melanjutkan.
Sekitar pukul 22.00 WIB, Polsek Paliyan dibantu oleh Basarnas, Satgaskom dan warga sekitar berusaha melakukan pencarian. Mereka dibagi menjadi 3 tim melakukan pencarian Tio ke arah hutan yang diduga menjadi lokasi awal mula hilangnya Tio.
Polisi dan relawan bahkan Kapolres Gunungkidul, AKBP Edy Bagus Sumantripun beserta jajaran turut mendatangi lokasi rumah Tio. Ia mendukung dan memberikan semangat kepada relawan yang menyisir titik-titik yang dapat dilalui bocah 9 tahun tersebut.
"Kedatangan Kapolres tersebut disambut baik oleh warga, di mana pihak kepolisian resort Gunungkidul memimpin langsung operasi pencarian Tio," tuturnya.
"Pukul 00.00 WIB pencarian dihentikan dan akan dilanjutkan esuk paginya. Dan untuk para relawan diberikan balai padukuhan untuk beristirahat dan membagi tugas jaga di lokasi tak jauh dari kediaman rumah Tio," jelas Solechan.
Sabtu dini hari sekitar pukul 03.40 WIB, sang Ibu, Sutrisni, usai melaksanakan salat tahajud keluar rumah. Di sekitar rumah, dia mondar mandir sebanyak 4 kali dan memanggil-manggil nama Tio.
Tiba-tiba saja, saat Sutrisni memanggil nama Tio, dari arah selatan sungai kecil terdengar suara anaknya dan berkata "Dalem". Sontak membuat Sutrisni berlari menuju jalan ke arah selatan dan mendapati Tio keluar dari kebun jagung dalam keadaan basah kuyup.
Mendengar hal tersebut, pihak Kepolisian Sektor Paliyan mendatangi lokasi dan benar bahwa Tio telah ditemukan dalam keadaan selamat. Meski demikian, keluarga diimbau untuk tetap mengamati gerak gerik Tio usai hilang lebih dari 12 jam.
Diganggu Makhluk Halus
Liputan6.com berkunjung ke rumah Tio pada Sabtu (10/12/22) dan mendengar langsung cerita Tio saat hilang. Bahkan, Tio dengan terbata-bata menceritakan kondisi situasi saat dicari ratusan warga.
"Jadi saya itu pergi karena tak mau mengaji, pengin di rumah. Tapi disuruh ngaji, terus saya pergi dari rumah lewat pintu depan kemudian berjalan ke samping rumah menuju ke sebelah barat," kata Tio.
Usai berjalan, Tio menerangkan bahwa ia sempat dikejar kakaknya, tetapi Tio mempercepat jalannya dengan berlari menuju ladang penduduk yang berbatasan langsung dengan hutan. Sesampainya di sebuah gubuk di tengah ladang, Tio berhenti.
Usai beberapa menit dan hari semakim gelap, Tio memutuskan untuk kembali ke rumah dengan tidak melalui jalan yang ia lalui sebelumnya, melainkan melalui jalan pinggir sungai kecil yang terhubung hingga selatan rumah Tio.
Saat di tengah jalan, Tio memutuskan untuk berhenti dan bermalam di sebuah gubuk kecil lagi, tak jauh dari rumah tetangganya. Namun, karena kondisi gubuk tersebut terdapat banyak kotoran hewan dan semut, Tio akhirnya ingin kembali ke rumahnya.
"Jadi sempat mau tidur di gubuk, tapi banyak kotoran hewannya. Terus saya jalan pulang lewat selatan kalen (sungai kecil), tapi pas sudah hampir mendekat ke rumah, terdengar suara warga yang memanggil saya, bahkan dari pengeras masjid juga. Saya jadi takut dan bersembunyi di tengah ladang jagung sebelah selatan rumah," jelas Tio.
Tio yang saat itu hanya mengenakan celana pendek dan kaus warna merah kemudian menyusup ke tengah tanaman jagung yang berada sekitar 50 meter dari rumahnya. Ia bersembunyi dengan duduk sambil mengawasi warga yang mencarinya.
"Tadi sempat ada orang yang lewat depan saya persis, tapi saya ndak bisa ngomong, bahkan mau memanggil, saya ndak bisa. Saya juga ndak bisa bergerak kaya ada yang megangi saya," tutur Tio sambil menirukan duduk di bawah tanaman jagung.
Tio sendiri melihat jika rumahnya juga dipasangi lampu penerangan, dan banyak warga berkumpul di depan rumah Tio. Meski demikian, karena Tio merasa ada yang memeganginya, ia pasrah hingga sekitar pukul 23.30 hujan turun.
Saat hujan turun, warga dan para relawan kemudian meninggalkan lokasi rumah Tio, saat itulah Tio kemudian berusaha untuk keluar dari ladang tersebut hingga akhirnya jelang subuh terdengar suara ibunya memanggil.
"Saya dengar semuanya, warga yang mencari saya dan sinar lampu senter itu saya lihat semua. Tapi saya ndak bisa apa-apa. Pas hujan itu, saya berusaha bangun tapi ndak bisa, tapi pas saat ibu saya memanggil, saya bisa berkata dan akhirnya saya bisa berlari menuju rumah," terangnya.
Tio akhirnya dapat keluar dari ladang jagung tersebut dengan keadaan basah kuyup kedinginan juga ketakutan. Namun demikian, sang ibu menghampiri Tio lalu menggendongnya baru Tio dapat menangis kerana ketakutan.
Advertisement