Liputan6.com, Denpasar - Noer Alifah (61), wisatawan domestik yang mengalami kecelakaan tertimpa batu saat berwisata di Objek Wisata Waterfall Desa Blangsingan Gianyar sudah dimakamkan beberapa bulan lalu.
Namun, pelunasan biaya rumah sakit selama korban dirawat beserta biaya operasi batok kepala masih menjadi PR untuk keluarga.
Kerabat korban I Made Malik Adnyana (54) mengatakan, meski sudah kehilangan anggota keluarga, mereka tak akan menuntut apa-apa selain minta dibantu membayar biaya rumah sakit.
Advertisement
"Kami tidak menuntut apa-apa. Kami hanya meminta kepada manajemen objek wisata atau yang bertanggung jawab untuk membantu membayar biaya rumah sakit sebesar Rp267 juta. Itu saja permintaan kami," tutur Malik kepada wartawan di Denpasar Senin 19 Desember 2022.
Ia juga menjelaskan kronologi peristiwa kecelakaan yang dialami Noer Alifah. Korban datang ke objek wisata tersebut, Sabtu 15 Oktober 2022 sekitar pukul 16.00 Wita.
Usai membeli tiket masuk, korban bersama cucunya dan rombongan dari Surabaya berjumlah kurang lebih 50 orang berjalan menuju lokasi air terjun.
"Sebelum sampai air terjun, jatuh batu dari atas tebing dan mengenai kepala Ibu Noer Alifah," terangnya.
Cucunya yang melihat menjerit histeris dan oleh rombongan dan karyawan Blangsinga Waterfall, korban ditandu ke atas dan dibawa ke Rumah Sakit Kasih Ibu Saba, Gianyar.
Sampai di rumah sakit, langsung dilakukan tindakan operasi terhadap korban. Sekitar tiga hari berselang, datang dari Detukad menjengukya yang diwakili oleh Bu Jero dan Bendesa Adat Blangsinga Made Suanta membawa buah-buahan dan roti.
"Selain itu, mereka juga mau memberi uang untuk pasien Rp5 juta. Namun, kami dari pihak keluarga menolak uang tersebut," jelasnya.
Sepekan menjalani perawatan, wanita paruh baya ini meninggal dunia. Keluarga korban kemudian dipanggil oleh manajemen rumah sakit dan menjelaskan bahwa tagihan pengobatan yang harus dibayar sebesar Rp267 juta.
Bayar Tagihan Rumah Sakit
Segala upaya dilakukan oleh pihak keluarga untuk membayar tagihan. Di satu sisi, mereka hanya menerima uang santunan dari Detukad Rp25 juta dan Jasa Raharja sebesar Rp27,5 juta.
"Dari Rp267 juta, kami baru bayar Rp108 juta. Di mana uang itu berasal dari Detukad dan Jasa Raharja sebesar Rp52,5 juta, uang keluarga Rp55,5 juta. Kemudian kami dapat potongan Rp11 juta, sehingga kami masih punya utang Rp148 juta ke rumah sakit," bebernya.
Made Malik Adnyana menerangkan, pihak keluarga sempat didatangi staf Oleh-Oleh Krisna untuk menyerahkan uang Rp20 juta, Bendesa Adat Blangsinga Rp7,5 juta, dan Detukad Rp10 juta.
Namun, ia meminta agar uang tersebut tidak diserahkan lebih dulu, dikarenakan pihak keluarga masih kekurangan uang untuk membayar sisa tagihan yang jumlahnya masih besar.
Sementara itu, dikonfirmasi terkait persoalan ini, Bendesa Adat Blangsinga Made Suanta mengatakan, Waterfall Blangsinga sudah memberikan santunan sesuai dengan kebijakan yang ada.
"Dari hasil rapat, kemauan keluarga kan semuanya. Dia maunya semuanya. Dari pihak kita, kita sudah memenuhi sesuai dengan apa yang tertera di waterfall," ucapnya.
Ia menerangkan, di depan loket waterfall sudah terpampang informasi besaran asuran yang diterima jika meninggal dunia atau mengalami kecelakaan dan cacat.
Hal itu, lanjutnya, juga sudah disampaikan kepada pihak keluarga korban, bahwa Waterfall Blangsinga tidak bisa menanggung seluruh biaya seperti permintaan dari keluarga korban.
"Kita sudah bilang kalau selanjutnya, itu kita tidak bisa tanggung karena itu dari pemerintah juga. Kita bisa tanggung biaya perawatan. Biaya perawatan itu Rp2,5 juta, setelah itu biaya meninggalnya itu Rp25 juta. Itu sudah tertera di tiket kita. Itu dari asuransi," tuturnya.
Made Suanta menjelaskan, saat korban dalam perawatan di rumah sakit, pihaknya sering menjenguk. Bahkan, saat korban meninggal, ia mengaku berada di sana.
Lebih jauh dikatakan, Waterfall Blangsinga dikelola oleh desa adat, kemudian untuk suvenirnya Krisna Oleh Oleh, sedangkan di Tukad River juga ada investornya.
Ditambahkan, investor Detukad sudah memberi santunan Rp25 juta dan Oleh-Oleh Krisna mau memberi Rp20 juta sebagai ucapan duka cita, tetapi tidak diterima oleh pihak keluarga.
"Air terjun mempunyai asuransi, kita sudah keluarkan. Kita punya itikad baik juga untuk membantu. Kita bantu lagi Rp7,5 juta, dari Krisna membantu lagi Rp20 juta, setelah itu dari river club membantu lagi Rp10 juta, tapi tidak diterima," bebernya.
"Sebenernya dari Ajik Krisna, ini membantu cuma yang meninggal. Istilahnya kemanusiaan, membantu yang meninggal," tegasnya.
Advertisement