Status Gunung Api Dieng Naik Jadi Waspada, Warga Dilarang Mendekat Radius 1 Km

Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikan status aktivitas vulkanik Gunung Dieng jadi level II (Waspada).

oleh Dikdik RipaldiArie Nugraha diperbarui 19 Jan 2023, 12:43 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2023, 12:43 WIB
Selain Kawah Sileri, Kawah Timbang Dieng Juga Berbahaya
Pengunjung yang terdampak letusan Kawah Sileri Dieng ternyata berada di jarak 20 meter dari kawah. (dok. istimewa)

Liputan6.com, Bandung - Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menaikan status aktivitas vulkanik Gunung Dieng dinaikan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada) sejak tanggal 13 Januari 2023 pukul 23.00 WIB.

Rekomendasi yang diterbitkan adanya penaikan status Gunung Dieng ini disesuaikan dengan potensi ancaman bahaya terkini.

Menurut Plt Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Wafid, tingkat aktivitas Gunung Api Dieng dapat dievaluasi kembali jika terdapat perubahan aktivitas secara visual dan instrumental yang signifikan.

"Sehubungan dengan aktivitas Gunung Dieng dalam tingkat aktivitas Level II (Waspada), maka direkomendasikan masyarakat dan wisatawan tidak mendekati Kawah Sileri pada jarak 1 kilometer dari bibir kawah," ujar Wafid dalam keterangan tertulisnya, Bandung, Kamis, 19 Januari 2023.

Wafid meminta pula agar masyarakat tidak melakukan aktivitas di Kawah Timbang, dan agar waspada jika melakukan penggalian tanah di sekitar Kawah Timbang karena dapat berpotensi terpapar gas CO2 yang berbahaya bagi kehidupan.

Wafid mengimbau masyarakat dan wisatawan agar tidak memasuki kawah-kawah di Komplek Dieng yang dapat berpotensi terjadi erupsi freatik berupa semburan lumpur atau lontaran material dan di kawah-kawah dengan konsentrasi gas vulkanik yang tinggi dan berbahaya bagi kehidupan.

 

Gempa Lokal

Berdasarkan data pengamatan visual dan instrumental, kata Wafid, terjadi peningkatan aktivitas vulkanik yang ditandai dengan meningkatnya kejadian gempa vulkanik dalam dan gempa tektonik lokal sejak 9 Januari 2023.

Dia mengatakan, hal tersebut dapat mengindikasikan terjadinya rekahan di bawah permukaan sebagai akibat dari aktivitas vulkanik di Gunung Api Dieng.

Berdasarkan hasil pengukuran gas CO2 di Kawah Timbang pada kurun waktu tanggal 1 Januari 2023 – 13 Januari 2023 cenderung meningkat dengan rata-rata antara 0,09 persen - 0,11 persen.

Sedangkan hasil pengukuran suhu air Kawah Sileri pada kurun waktu tanggal 1 Januari 2023 – 13 Januari 2023 antara 68,5-68,6 derajat Celcius dan suhu tanah di Kawah Sileri menunjukkan antara 21,6-21,7 derajat Celcius, menunjukkan relatif stabil.

"Potensi bahaya yang bisa ditimbulkan akibat meningkatnya aktivitas vulkanik di Dieng saat ini adalah meningkatnya konsentrasi gas vulkanik terutama CO2 di Kawah Timbang yang dapat diikuti oleh terjadinya aliran gas CO2," sebut Wafid.

Bahaya lainnya berupa erupsi (letusan) freatik di Kawah Sileri berupa semburan lumpur atau lontaran material. Erupsi freatik atau semburan lumpur bisa terjadi tanpa didahului oleh adanya peningkatan aktivitas baik visual maupun kegempaan.

 

Gunung Aktif Tipe-A

Secara umum data dari Badan Geologi menyebutkan Kawasan Dataran Tinggi Dieng merupakan suatu komplek gunung api aktif tipe - A dan secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo, dan Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah.

Gunung Api Dieng memiliki beberapa kerucut vulkanik dan beberapa lapangan fumarole. Pada kurun waktu 20 tahun terakhir, Kawah Timbang dan Kawah Sileri tercatat paling sering mengalami peningkatan aktivitas dan erupsi.

Aktivitas di Kawah Timbang terjadi pada tanggal 23 Mei 2011, dan mengalami peningkatan kembali pada tanggal 27 Maret 2013, mengeluarkan aliran gas CO2 dengan konsentrasi yang sangat berbahaya sejauh maksimum 2 km ke arah selatan, dengan tinggi asap maksimum mencapai 500 meter.

"Aktivitas terakhir di Kawah Sileri terjadi pada tanggal 29 April 2021 berupa erupsi freatik," tukas Wafid.

Erupsi ini tidak didahului oleh peningkatan gempa-gempa vulkanik yang signifikan, yang menandakan tidak ada suplai magma yang naik ke permukaan.

Erupsi tersebut disebabkan oleh terjadinya akumulasi tekanan uap air di level yang dangkal di bawah permukaan. Material yang dilontarkan berupa lumpur dengan radius kurang dari 500 meter. Tidak ada peningkatan konsentrasi gas-gas vulkanik seperti CO2, CO, H2S maupun SO2.

Aktivitas lainnya terjadi pada Kawah Siglagah pada tanggal 30 Juli 2021 yang berupa erupsi freatik atau pun semburan lumpur dengan radius semburan sekitar 10 meter.

"Material semburan berupa lumpur, disertai suara dentuman yang sesekali terdengar hingga jarak 100 meter," sebut Wafid.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya