Fenomena Gerhana Matahari Perkuat Bukti Lebaran Idul Fitri 2023 Jatuh pada Jumat 21 April

Umumnya, apabila hari ini terjadi gerhana matahari, maka keesokan harinya sudah masuk bulan baru hijriah. Gerhana Matahari Hibrida akan terjadi Kamis siang, 20 April 2023.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 18 Apr 2023, 10:05 WIB
Diterbitkan 18 Apr 2023, 10:05 WIB
20150717-Pemantauan Hilal-Jakarta
Ilustrasi hilal (Liputan6.com/Helmi Afandi)

 

Liputan6.com, Jakarta - Lebaran Idul Fitri 2023 kemungkinan besar dirayakan berbeda hari antara pemerintah dan Muhammadiyah. Meski begitu, Menkopolhukam Mahfud MD mengajak semua pihak untuk tetap membangun kerukunan meski ada perbedaan hari perayaan Lebaran Idul Fitri 2023. Mahfud MD juga menegaskan pemerintah di daerah untuk memberikan izin pneddunaan fasilitas publik, seperti lapangan, kepada yang ingin menggelar shalat Idul Fitri pada Jumat, 21 April 2023. 

"Pemerintah mengimbau fasilitas publik seperti lapangan yang dikelola pemda agar dibuka dan diizinkan untuk tempat Shalat Idulfitri jika ada ormas atau kelompok masyarakat yang ingin menggunakannya. Pemda diminta untuk mengakomodasi. Kita harus membangun kerukunan meski berbeda waktu hari raya," kata Mahfud melalui akun Twitter pribadinya.

Mahfud menyambung cuitannya dengan menegaskan bahwa meski terdapat perbedaan, penentuan Hari Raya Idulfitri 1444 H sama-sama dilakukan berdasarkan hadits Nabi Muhammad SAW.

Ia mengutip hadits yang berbunyi "Berpuasalah kamu jika melihat hilal (bulan) dan berhari rayalah jika melihat hilal," sembari menambahkan bahwa proses penentuan hilal bisa dilakukan dengan dua cara, yakni rukyat dan hisab.

"Maksudnya setelah melihat hilal tanggal 1 bulan Hijriyah, melihat hilal bisa dengan rukyat, bisa dengan dengan hisab," cuitnya.

Mahfud menjelaskan bahwa rukyat adalah proses melihat hilal dengan mata telanjang dibantu teropong seperti praktik yang dilakukan semasa Nabi Muhammad SAW.

Sedangkan hisab adalah proses melihat hilal dengan hitungan ilmu astronomi sembari menambahkan bahwa proses rukyat selalu didahului hisab sebelum dilajukan pengecekan secara fisik.

"NU (Nahdlatul Ulama, red.) dan Muhammadiyah sama-sama berhari raya pada tanggal 1 Syawal. Bedanya hanya dalam melihat derajat ketinggian hilal," katanya lagi.

Cuitan Mahfud bukan tanpa sebab, pasalnya beberapa hari lalu muncul kontroversi beberapa pemda menolak memberikan izin penggunaan fasilitas umum untuk peleksanaan shalat Idul Fitri pada Jumat, 21 April 2023. 

Seperti diketahui sebelumnya, Pimpinan Pusat PP Muhammadiyah melalui Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor 1/mlm/1.0e/2023, telah menetapkan jauh-jauh hari bahwa Lebaran Idul Fitri 1 Syawal 1444 Hijriah jatuh pada Jumat 21 April 2023. Sedangkan pemerintah belum menentukan, namun kemungkinan Lebaran Idul Fitri 2023 versi pemerintah jatuh pada Sabtu 22 April 2023. Seperti biasanya, pemerintah akan menggelar sidang isbat dan pengamatan hilal terlebih dahulu. 

Keputusan dalam sidang isbat tersebut nantinya diambil dari informasi awal berdasarkan hasil hilal dan hisab atau perhitungan secara astronomis, kemungkinan besar Lebaran Idul Fitri versi Nahdlatul Ulama (NU) dan pemerintah diperkirakan akan jatuh pada hari Sabtu 22 April 2023.

Menurut laman resmi Kementerian Agama (Kemenag RI), perbedaan penetapan 1 syawal tersebut terjadi karena adanya perbedaan dalam memahami nash dalil dan metode pengambilan hukum istinbath, yaitu tata-cata atau metode dalam menggali dalil-dalil wahyu (al-Quran dan Sunnah) untuk dijadikan dasar hukumm, selain juga belum adanya kalender Islam global yang jadi pegangan bersama.

 

 

Gerhana Matahari Perkuat Hisab Wujudul Hilal Lebaran 2023

Wilayah Indonesia akan menyaksikan fenomena gerhana matahari yang bakal terjadi pada Kamis 20 April 2023. Yang menarik, fenomena gerhana matahari ini menjadi bukti yang memperkuat bahwa pada Jumat 21 April sudah Lebaran, sudah menjadi masuk awal bulan baru, yaitu 1 Syawal. Menurut Najmuddin Saifullah, yang dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, Selasa (18/4/2023), ada hubungan antara fenomena gerhana matahari yang akan terjadi dengan hisab hakiki wujudul hilal yang dipakau Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan Syawal.

Seperti diketahui, gerhana matahari terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus. Posisi ini terjadi ketika bulan baru, yaitu saat matahari dan bulan mengalami konjungsi (ijtimak). Sedangkan gerhana bulan terjadi ketika matahari, bumi, dan bulan berada dalam satu garis lurus, posisi ini terjadi saat bulan purnama.

"Berdasarkan konsep tersebut, maka bisa dipastikan bahwa gerhana matahari terjadi ketika bulan baru, akan tetapi setiap bulan baru belum tentu terjadi gerhana. Begitu juga dengan gerhana bulan yang pasti terjadi ketika bulan purnama, tetapi setiap bulan purnama belum tentu terjadi gerhana," tulis Najmuddin.

Pada umumnya, apabila hari ini terjadi gerhana matahari, maka besok sudah masuk bulan baru hijriah. Akan tetapi kembali lagi kepada waktu terjadinya gerhana, jika gerhana terjadi diwaktu antara pagi sampai siang, maka besok kemungkinan besar sudah bulan baru karena tinggi hilal sudah berada di atas ufuk. Akan tetapi apabila gerhana matahari terjadi ketika sore, maka hilal kemungkinan masih di bawah ufuk dan besok belum masuk bulan baru.

Tinggi hilal pada tanggal 29 Ramadhan 1444 H bertepatan dengan Kamis 20 April 2023 (hari terjadinya gerhana matahari) di Banda Aceh adalah 2°21,39’. Tingga hilal ini sudah cukup masuk kriteria hisab hakiki wujudul hilal, sehingga keesokan harinya, Jumat, 21 April 2023, sudah masuk bulan baru, yaitu Syawal.

"Akan tetapi tinggi hilal tersebut belum memenuhi kriteria MABIMS yang mensyaratkan tinggi hilal 3° dan elongasi 6,4°," katanya.

Perbedaan metode penentuan awal bulan inilag yang mengakibatkan Lebaran Idul Fitri kemungkinan tidak dilaksanakan secara serentak.

Apabila mengaitkan antara penentuan awal bulan dengan fenomena gerhana matahari 20 April 2023, maka hisab hakiki wujudul hilal yang dipakai oleh Muhammadiyah akan lebih diunggulkan. Karena keesokan hari setelah gerhana sudah masuk bulan baru.

Sedangkan kriteris MABIMS yang dipakai pemerintah masih menunggu satu hari lagi untuk masuk bulan baru. Anggapan masyarakat secara luas adalah apabila hari ini terjadi gerhana matahari, maka besok sudah masuk bulan baru. Hal ini akan menjadikan masyarakat akan lebih condong kapada hasil hisab wujudul hilal karena penentuan Syawal nanti sesuai dengan fenomena gerhana matahari.

Gerhana matahari tanggal 20 April 2023 membuat hisab hakiki wujudul hilal lebih unggul karena ketepatannya dalam menentukan awal bulan yang sesuai dengan gerhana matahari.

"Hal ini disebabkan karena gerhana matahari terjadi pada siang waktu siang di Indonesia. Lain cerita apabila gerhana matahari terjadi ketika sore, maka keesokan harinya belum tentu awal bulan karena kemungkinan tinggi hilal masih di bawah ufuk," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya