Liputan6.com, Bali - Sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan merupakan salah satu program pengembangan desa wisata yang dicanangkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf). Konsep ini memperhatikan dampak pariwisata terhadap lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi.
Dampak tersebut tak hanya berhenti pada masa kini, tetapi juga masa depan. Dengan demikian, desa wisata berkonsep ini pun akan bermanfaat bagi masyarakat lokal maupun wisatawan.
Mengutip dari kemenparekraf.go.id, dari banyaknya desa wisata Indonesia berkonsep sustainable tourism, berikut beberapa di antaranya:
Advertisement
1. Desa Kete Kesu, Toraja
Baca Juga
Desa Kete Kesu merupakan desa adat yang mengusung konsep sustainable tourism dalam kategori pelestarian budaya. Masyarakat setempat maupun wisatawan bisa menikmati berbagai atraksi wisata yang ikonik, yakni upacara adat rambu solo dan kuburan di tebing batu yang diperkirakan telah berusia 500 tahun.
Wisatawan juga bisa melihat rumah adat tongkonan yang berjajar rapi di desa ini. Konon, rumah-rumah adat tersebut telah berusia lebih dari 300 tahun. Desa Kete Kesu juga terkenal sebagai penghasil kerajinan pahat dan lukis.
2. Desa Penglipuran, Bali
Desa Penglipuran terletak di Bangli, Bali. Masyarakat setempat memiliki kesadaran menjaga kelestarian lingkungan yang lahir dari aturan adat desa.
Masyarakat dilarang menggunakan kendaraan bermotor di area desa. Hal itu bertujuan untuk menjaga kebersihan udara di Desa Penglipuran sebagai bentuk pelestarian lingkungan.
Desa ini juga memiliki aturan adat mengatur tentang tata ruang yang disebut Tri Mandala. Konsep tata ruang tersebut membuat desa ini tampak lebih rapi dan tertata.
Desa Penglipuran masuk ke dalam 100 besar Destinasi Berkelanjutan versi Global Green Destinations Days (GGDD). Selain itu, desa wisata Bali ini juga dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia.
Desa Pentingsari, Yogyakarta
3. Desa Pentingsari, Yogyakarta
Desa wisata Pentingsari di Yogyakarta mengusung konsep sustainable tourism dari sektor pelestarian lingkungan. Masyarakat setempat memiliki keseharian yang berdampingan dengan alam, seperti membajak sawah, menanam padi, menangkap ikan, hingga belajar membuat tempe yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Desa ini telah dikenal secara internasional sebagai salah satu desa wisata dengan segudang penghargaan. Sama seperti Desa Penglipuran, Desa Pentingsari juga masuk ke dalam 100 besar destinasi berkelanjutan versi GGDD.
4. Desa Ponggok, Klaten
Potensi alam Desa Ponggok berasal dari lima sumber mata air. Dahulu, air yang berlimpah itu hanya digunakan untuk irigasi sawah dan perkebunan saja, tetapi kini masyarakat memanfaatkannya sebagai destinasi wisata.
Destinasi unggulan di Desa Ponggok adalah Umbul Ponggok. Umbul Ponggok ini juga sempat viral beberapa tahun lalu karena wisata underwater selfie-nya.
Selain berswafoto di bawah air, wisatawan juga bisa berenang, snorkeling, dan latihan menyelam. Dengan memanfaatkan potensi alam yang dimilikinya, Desa Ponggok pun menjadi salah satu desa terkaya di Indonesia dengan penghasilan desa mencapai Rp14 miliar per tahun.
5. Desa Pujon Kidul, Malang
Desa Pujon Kidul terletak di Kecamatan Pujon atau sekitar 30 km dari pusat Kota Malang. Desa ini memiliki lingkungan yang sejuk dan asri karena berada di dataran tinggi.
Sebagai konsep sustainable tourism, Desa Pujon Kidul mengandalkan kelestarian alam dari sektor pertanian dan peternakan. Selain itu, desa ini juga menawarkan beberapa atraksi wisata, seperti menanam dan memetik sayuran serta memerah susu sapi.
6. Desa Umbulharjo, Yogyakarta
Berangkat dari keresahan pemuda karang taruna di Desa Umbulharjo atas irigasi yang terkesan kumuh, maka tercetuslah sebuah ide kreatif. Ide tersebut adalah mengubah irigasi desa menjadi tempat budi daya ikan nila.
Selain bermanfaat untuk ketahanan pangan, budi daya ikan nila di saluran irigasi ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata di Desa Umbulharjo.
7. Kampung Blekok, Situbondo
Selain menjadi rumah tinggal penduduk, Kampung Blekok juga menjadi rumah bagi berbagai jenis tanaman mangrove dan ribuan burung. Masyarakat setempat membuat penangkaran burung untuk melestarikan burung blekok yang hampir punah.
Saat berkunjung ke desa ini, wisatawan bisa ikut serta dalam kegiatan penangkaran, memberi makan burung, hingga merawat burung yang sedang sakit. Pada 2021, Kampung Blekok terpilih sebagai finalis Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI).
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement