Liputan6.com, Jakarta - Libur lebaran bukan hanya momentum bagi pemudik untuk pulang ke kampung halaman, pun juga kesempatan untuk berlibur bersama keluarga. Selain pemudik, warga yang tak merayakan Idulfitri juga memanfaatkan libur panjang ini untuk bisa berwisata ke destinasi favorit mereka.
Bali salah satunya masih menjadi tujuan pemudik maupun warga menghabiskan waktu cuti dan liburan panjang. Biasanya pengelola destinasi wisata setiap tahun mengambil ramainya kunjungan ini dengan mengantisipasinya.
Baca Juga
"Kita sudah melakukan antisipasi. Mengacu pada referensi yang ada di tahun lalu, karena ini sudah sering kita lakukan jadi kita tinggal evaluasi kekurang-kekurangan pada 2024, dari situ kita membuat persiapan yang lebih matang," sebut Ketua Pengelola Desa Wisata Penglipuran Bali, I Wayan Sumiarsah saat wawancara telepon dengan Tim Lifestyle Liputan6.com, Jumat, 21 Maret 2025.
Advertisement
Pihaknya, kata Wayan, telah melakukan kolaborasi antara Pemerintah Daerah (Pemda) setempat dengan masyarakat Desa Penglipuran sesuai dengan pedoman community pariwisata berbasis masyarakat. Setelah berkoordinasi, menurutnya untuk persiapan libur lebaran diperlukan adanya tim kesehatan yang menjalankan Posko Kesehatan, mengatasi serbuan wisatawan di musim liburan nanti.
Tak kalah penting, Wayan menyebut penunjang fasilitas toilet di kawasan wisata sudah dilakukan perbaikan. "Mungkin kami permasalahannya di kantong parkir sesuai referensi tahun lalu, libur panjang wisatawan sangat antusias sekali, jadi kita bakal buka tutup kaluu kawasan sudah full untuk kenyamanan wisatawan," jelasnya.
Pengelolaan Sampah di Desa Wisata Selama Libur Lebaran
Terkait sampah, Desa Wisata Penglipuran yang telah terkenal sebagai salah satu desa terbersih di dunia yang diakui oleh UN Tourism bisa menjadi salah satu percontohan untuk pengelolaan sampah di destinasi wisata lain. Menurut Wayan, dengan tren kunjungan wisata yang semakin naik, desa tersebut sudah dapat mengatasinya.
Desa Penglipuran sendiri sudah memiliki budaya untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan indah di kalangan warga lokalnya. Masyarakat Desa Penglipuran sendiri telah rutin melakukan pemilahan sampah berbasis sumber.
Mereka membedakan antara sampah yang bisa dijadikan kompos dengan sampah botol yang dikumpulkan di rumah dan dibawa saat pertemuan bulanan untuk dikelola lewat bank sampah."Kita berkoordinasi dengan masyarakat, agar desa ini bebas dari sampah plastik, salah satu yang dilakukan lewat program yang melibatkan wisatawan yaitu We Care Penglipuran," sebutnya lagi.
Wisatawan yang datang pukul jam 08.00-11.00, saat mereka membeli tiket masuk akan diberi kantong plastik ramah lingkungan. "Ketika masuk melihat sampah mereka bisa pungut itu dan Ketika full, bisa tukarkan suvenir ke resepsionis kita, kita beri reward kompensasi kunjungan selanjutnya ke Penglipuran tanpa tiket," katanya dengan nada antusias.
Advertisement
Edukasi Pengelolaan Sampah ke Pengunjung
Cara tersebut merupakan langkah edukasi yang diterapkan Desa Penglipuran untuk mengajak wisatawan ikut berperan. Setelah pulang, mereka akan meniru kebiasaan yang dilakukan saat berwisata di lingkungannya.
Adapun hal yang tidak kalah penting juga, pengelola Desa Wisata Penglipuran mengimbau ke wistaawan untuk mengurangi membawa makanan kemasan plastik. Di internal pihak pengelola telah mengedukasi warga dalam penyajian produk supaya ramah lingkungan.
"Jadi produk wisata kita selalu pakai yang ramah lingkungan. Makanan snack tradisional menggunakan pembungkus daun pisang dan penyajian menggunakan kerajinan bambu," beber Wayan.
Hal ini sudah dilakukan Desa Penglipuran selama tiga tahun, sebab desa tersebut ingin mengimplemantikan keharmonisan antara manusia dengan lingkungan. "Penglipuran sebagai desa wisata menjaga tradisi budaya alam, di dalamnya ada arsitektur bangunan, kebersihan dan alam yang asri, di samping keramahtamahan, living tourism di mana wisatawan bisa melihat aktivitas warga," ungkapnya lagi.
Merasakan Keramahtamahan Desa Penglipuran di Homestay
Desa Penglipuran merupakan desa terbersih nomor tiga di dunia pada 2017 dan 2023 berdasarkan predikat yang diberikan oleh UN Tourism. Daya tarik desa ini terletak pada pelestarian budaya dan tradisi masyarakat setempat.
Dengan predikat tersebut tak jarang turis asing yang tertarik untuk tinggal di rumah warga. Menurut Wayan setidaknya ada 27 homestay yang merupakan rumah warga untuk ditinggali wisatawan.
"Penglipuran sekarang setiap tahun semakin banyak yang menginap ingin merasakan keindahan desa kami," katanya.
Reservasi untuk menginap di homestay warga bisa dilakukan lewat reservasi online dan offline. Layanan perjalanan seperti Booking.com maupun traveloka dan Airnb, serta media sosial Desa Penglipuran Anda bisa memesan layanan tersebut.
Menurut Wayan, untuk mempertahankan kebersihan dan keindahan desa dengan tradisinya, masyarakat setempat melakukan kolaborasi karena keberadaan wisatawan di desa tersebut juga memberi dampak ekonomi bagi masyarakat lokal. Tentu di musim libur lebaran, pemasukan bidang pariwisata menjadikan ekonomi penduduknya bertumbuh.
Advertisement
