Menyusun Bibliografi Nasional, Pekerjaan Rumit tapi Penting

Bibliografi memegang peran penting dalam perkembangan peradaban Indonesia.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 12 Sep 2023, 19:08 WIB
Diterbitkan 12 Sep 2023, 19:08 WIB
Kepala Perpusnas Syarif Bando
Kepala Perpusnas Syarif Bando, saat seminar nasional "Bibliografi Nasional Indonesia dari Masa ke Masa: Senarai Pustaka Peradaban Bangsa" yang diselenggarakan secara hibrida, pada Selasa (12/9/2023). (Liputan6.com/ Dok Ist)

 

Liputan6.com, Jakarta - Bertugas sebagai pencatat semua buku yang diterbitkan di Indonesia, bibliografi memegang peran penting dalam perkembangan peradaban Indonesia. Hal itu diungkapkan Kepala Perpusnas Syarif Bando, saat seminar nasional "Bibliografi Nasional Indonesia dari Masa ke Masa: Senarai Pustaka Peradaban Bangsa" yang diselenggarakan secara hibrida, pada Selasa (12/9/2023).

Lebih jauh Syarif menyebutkan, bibliografi memiliki peran sentral dalam mendukung perpustakaan sehingga diibaratkan sebagai 'roh' dari perpustakaan suatu negara. Ditegaskan bahwa bibliografi berbeda dengan katalog.

Bibliografi mencatat semua buku yang diterbitkan dalam suatu daerah, sedangkan katalog merupakan suatu daftar buku yang diterbitkan pada suatu priode tertentu tanpa memperhatikan asal daerahnya.

"Bibliografi memiliki peran strategis dalam menentukan rasio antara jumlah buku yang terbit dan jumlah penduduk, menentukan buku mana yang paling banyak dibutuhkan oleh masyarakat, serta menjadi dasar perpustakaan untuk mencari buku yang paling populer," katanya.

Syarif menambahkan, Indonesia berada di peringkat ke-7 dari 49 negara di dunia dalam industri penerbitan global. Hal ini berdasarkan laporan industri penerbitan global edisi empat dari World Intellectual Property Organization (WIPO) pada 2023. Laporan ini menyajikan ikhtiar data industri penerbitan secara komprehensif.

Daftar 10 besar penerbitan secara global, antara lain:

  1. Amerika Serikat dengan 2,56 juta
  2. Korea Selatan 340.506
  3. Jerman 354.000
  4. Polandia 220.042
  5. Jepang 184.985
  6. Inggris 168.960
  7. Indonesia 159.330
  8. Italia 142.267
  9. Spanyol 95.985
  10. Iran 89.884.

Menurut syarif, Perpusnas perlu mengembangkan aplikasi digital untuk mendigitalkan buku-buku dalam bibliografi. Hal ini akan memudahkan akses dan penelusuran Bibliografi Nasional Indonesia melalui portal Perpusnas tersebut.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Cerminan Warisan Budaya

Sementara itu, Kepala Perpusnas periode 2001-2009 Dady P Rachmananta menyampaikan bibliografi nasional merupakan daftar buku yang mencerminkan warisan budaya suatu negara dan katalogisasi perpustakaan memainkan peran penting dalam proses ini.

"Pentingnya bibliografi nasional adalah sebagai sumber informasi tentang warisan budaya suatu negara. Ini juga digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang jumlah buku yang terbit di negara tersebut, dan ini merupakan tanggung jawab Perpustakaan Nasional," ungkapnya.

Dikatakan, proses mengumpulkan buku-buku untuk bibliografi nasional adalah pekerjaan yang rumit, terutama dalam mencatat dan mengumpulkan semua buku yang terbit di berbagai tempat dan waktu. Meskipun komputerisasi telah membantu, masih banyak tantangan dalam mengelola koleksi.

"Maka perlu adanya kerjasama antara pusat dan perpustakaan daerah untuk memastikan pengumpulan buku-buku yang efisien. Hal ini juga perlu dilakukan dengan mematuhi pedoman dan standar internasional yang ada," katanya.

Pengawas Pengurus Pusat IPI Zulfikar Zen menjelaskan bibliografi merupakan bagian dari pengelolaan informasi, dan penting untuk dijaga agar informasi ilmu pengetahuan tetap tersedia untuk generasi mendatang.

"Adanya Undang-undang Nomor 13 tahun 2018 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam, berperan dalam mendorong pustakawan untuk mencatat dan menyimpan terbitan Indonesia," jelasnya.

Dikatakan, kendala dalam mengumpulkan buku-buku ini adalah bagian dari tantangan yang dihadapi oleh perpustakaan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Pakar ilmu perpustakaan Ida Fajar Priyanto mengatakan bibliografi nasional harus mengikuti perkembangan baru dunia digital. Selain itu, bibliografi nasional perlu dikembangkan untuk penyandang disabilitas, seperti bibliografi suara dan braile.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya