TPPAS Lulut Nambo Beroperasi Akhir Tahun 2023, Sampah Warga Depok Siap Meluncur

Setelah TPPAS Lulut Nambo tahap satu ini beroperasi, daerah yang pertama kali akan diangkut sampahnya adalah Kota Depok.

oleh Arie Nugraha diperbarui 22 Sep 2023, 13:00 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2023, 13:00 WIB
Ilustrasi sampah plastik. (Dok. Pixabay)
Ilustrasi sampah plastik. (Dok. Pixabay)

Liputan6.com, Bandung - Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Lulut Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat hampir rampung pembangunannya.

Kemungkinan besar pada akhir tahun 2023, TPPAS yang kini pembangunannya mencapai 87 persen itu dapat dioperasikan. Itu dikatakan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin.

"Saya mendorong untuk segera dioperasikan. Tahap satu ini progresnya sudah 87 persen, saya minta target sebelum akhir tahun sudah beroperasi," ujar Bey dalam siaran persnya, Bandung, Rabu, 20 September 2023.

Pada tahap satu ini, kata Bey TPPAS Lulut Nambo hanya mampu mengolah sampah sebanyak 50 ton per hari.

Namun, Bey optimistis kapasitasnya bisa meningkat walaupun dengan luas lahan yang sama. Itu dikarenakan adanya investor baru yang masuk dan inovasi yang sedang dikembangkan.

"Tahap awal 50 ton per hari dulu. Nanti setelah ada investor baru dan inovasi mudah-mudahan bisa dinaikan kapasitasnya dengan luas yang sama," kata Bey.

Setelah TPPAS Lulut Nambo tahap satu ini beroperasi, Bey menerangkan daerah yang pertama kali akan diangkut sampahnya adalah Kota Depok.

Selain Depok, tiga daerah lain yang akan membuang sampah ke TPPAS yang punya daya tampung total 1.800-2.300 ton per hari itu adalah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kota Tangerang Selatan.

"Setelah beroperasi (tahap satu) sampah dari Kota Depok dulu yang akan diambil sesuai PKS-nya," ucap Bey.

Total luas lahan TPPAS Lulut Nambo yakni 55 hektare. Hasil pengolahan sampahnya berupa Refuse Derived Fuel (RDF). Prosesnya antara lain, sampah masuk dan ditimbang kemudian dipisah sesuai jenisnya.

Setelah dimasukkan ke dalam mesin pencacah sampah akan masuk proses biologis yaitu pengeringan selama beberapa waktu lamanya.

Setelah kering sampah dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu kompos, sampah sisa yang tidak bisa dimanfaatkan, dan sampah material RDF yang siap diambil oleh PT Indocement.

Bey memastikan, setelah TPPAS Lulut Nambo tahap satu beroperasi, pembangunan tahap dua akan berjalan. Saat ini proses tahap dua tengah memasuki penjajakan dengan investor.

"Tahap dua masih dalam penjajakan dengan investor ya, total dua tahap, tapi kita fokus dulu tahap satu ini beroperasi. Kalau sudah jalan, maka ke tahap duanya akan lebih mudah," sebut Bey.

Bey berharap meski adanya tempat pembuangan dan pengolahan sampah terbarukan, tetapi dirinya tetap meminta pemerintah kabupaten dan kota seperti di Kawasan Bandung Raya untuk memperkuat tata kelola sampah.

Hal itu dikatakan Bey saat melakukan monitoring ke sejumlah TPS di Kota Cimahi, seperti TPS Pasar Citeureup dan TPST 3R Cibeber, Selasa (19/9/2023).

"Kondisi Sarimukti, api tinggal 20 persen lagi. Tapi meski api sudah ditangani, TPA Sarimukti tidak bisa digunakan full seperti biasa. Bandung Raya hanya bisa membuang ke sana 50 persen dari total produksi sampah yang ada. Yang 50 persen ini harus dicari solusinya. Jangan sampai hanya memindahkan masalah," tutur Bey.

Bey juga menuturkan, salah satu upaya memperkuat tata kelola sampah dapat dilakukan pada tingkat rumah tangga melalui pemilahan sampah.

Apabila setiap rumah tangga mengerjakan hal ini, Bey meyakini sampah yang terpilah itu menjadi lebih mudah dikelola.

"Sampah yang terpilah dapat dimanfaatkan sehingga memiliki nilai ekonomi, seperti yang dilakukan di TPST 3R Cibeber," terang Bey.

Berdasarkan Instruksi Gubernur, sampah organik tidak boleh masuk ke TPA Sarimukti, sehingga diharapkan pemda kabupaten dan kota melakukan upaya pengurangan sampah secara maksimal di wilayah masing-masing.

Bey menilai langkah pengolahan sampah yang dilaksanakan di TPST 3R Cibeber dapat berkontribusi untuk mengurangi sampah.

"Tadi plastiknya sudah bisa dipisahkan, jadi yang organik sudah bisa langsung diolah, bisa untuk kompos, jadi sangat mengurangi sampah," tukas Bey.

Bey menyebut bahwa TPST 3R Cibeber yang dalam satu jam dapat mengolah hingga dua ton sampah tersebut dinilai sudah cukup baik.

Bey menginginkan agar kegiatan pengolahan sampah serupa dapat dikembangkan di tempat lain. Bey menilai jika sampah tidak diolah dari awal maka akan menyebabkan penumpukan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

"Sehari itu kurang lebih 6,5 jam, kali dua (ton) kan hampir 13 ton, sudah cukup lumayan. Ini untuk awal cukup baik, jadi Pak Wali diintensifkan. Harus ada yang seperti ini lagi, karena kalau enggak seperti ini berulang terus sampahnya akan menumpuk di TPA," ungkap Bey.

Selain itu, untuk mendukung hal tersebut, Bey menyebut perlu ada upaya untuk merubah pola pikir dalam mengolah sampah dimulai dari tingkatan paling dasar.

"Harus ada perubahan mindset tentang pengolahan sampah, mulai dari rumah tangga, seperti ini kan di kelurahan bagus sudah dicacah, jadi makin berkurang," tutur Bey.

Sebelumnya, Bey juga turut meninjau terlebih dahulu Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Pasar Kuda, Kota Cimahi untuk melihat secara langsung kondisi sampah yang ada di sana.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya