Ini Dua Bendung Tua Pembagi Air dari Waduk Jatiluhur yang Bantu Sektor Pertanian Jabar

Sektor pertanian di Jawa Barat, selama ini mengandalkan dua bendung tua untuk suplai air dari Waduk Jatiluhur ke persawahan.

oleh Asep Mulyana diperbarui 20 Okt 2023, 10:00 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2023, 10:00 WIB
Ini Dua Bendung Tua Pembagi Air dari Waduk Jatiluhur yang Jadi Andalan Pertanian di Jawa Barat
Bendung Walahar, di Kabupaten Karawang yang masih berdiri kokoh meski usianya seabad lebih. Foto (Liputan6.com/Asep Mulyana)

Liputan6.com, Karawang - Waduk Ir Djuanda (Jatiluhur) yang berada di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, merupakan salah satu kawasan konservasi, obyek vital nasional dan sumber air besar yang bisa dikatakan multifungsi.

Selain untuk kebutuhan pembangkit listrik tenaga air (PLTA), air dari waduk buatan ini juga difungsikan untuk penyuplai kebutuhan air baku dan areal pesawahan yang ada di lima kabupaten wilayah hilir. Masing-masing, Jakarta, Bekasi, Karawang, Subang dan Indramayu.

Dilansir dari beberapa sumber, selama ini sedikitnya 240 hektare areal pesawahan di lima kabupaten tersebut mengandalkan suplai air dari Waduk Jatiluhur. Dalam pembagian air untuk kebutuhan wilayah hilir ini, PJT II Jatiluhur selaku pengelola waduk buatan itu mengandalkan dua bendung. Yakni, bendung Curug dan Bendung Walahar.

Bendung Curug, mempunyai fungsi strategis sebagai bendung pembagi penyediaan air untuk untuk irigasi teknis dan air baku ke wilayah Jakarta. Selain itu, Bendung Curug juga difungsikan sebagai pembangkit tenaga listrik yang berfungsi menghidupkan pompa pengendalian banjir di pantai Utara Jawa dan Barat sehingga air yang mengalir bisa proporsional dan memberikan manfaat yang merata.

Dari catatat yang ada, Bendung Curug dibangun pada tahun 1965 dan mulai beroperasi pada tahun 1968. Bendung Curug mempunyai 8 menara dan 7 pintu air yang mempunyai fungsinya masing-masing.

Selain itu juga terdapat pompa hidrolis di aliran Tarum Barat sebanyak 17 unit dan pompa listrik di Tarum Timur sebanyak 6 unit, dengan 4 unit berkapasitas 17,5 m3/detik dan 2 unit berkapasitas 10 m3/detik.

Bergeser ke sebelah Utara, terdapat Bendung Walahar. Bedung pembagi aliran air yang mulai di bangun kurang lebih tahun 1920 dan mulai dioperasikan tahun 1925 itu sangat vital untuk mengairi irigasi di wilayah Kabupaten Karawang bagian Utara.

Saat ini, usianya Bendung Walahar memang sudah lebih dari seabad. Namun, kondisinya masih telihat kokoh. Saat ini, bangunan peninggalan belanda yang tersebut menjadi salah satu wisata heritage yang ada di Kabupaten Karawang.

Bendung ini, bisa dikatakan merupakan salah satu bendung tertua di wilayah kerja Jasa Tirta II. Adapun fungsi utama dari Bendung Walahar ini, sebagai pintu utama Saluran Induk Tarum Utara. Hal mana, aliran Sungai Citarum dari Bendung Walahar, akan dibagi oleh bangunan bagi Leuweung Seureuh untuk disalurkan ke irigasi.

Selama ini, ada kurang lebih 80.000 hektare areal pesawahan yang bergantung pada aliran air dari Bendung Walahar dan BBU Leuweung Seureuh. Dari sisi geografis letak Bendung Walahar sekitar 8 kilometer dari sebelah hilir Bendung Curug Kecamatan Klari Kabupaten Karawang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya